Anda di halaman 1dari 19

LEARNING

ISSUE
Aulia Naifah Azzahra
30102100032
1.Mengapa pasien tsb tidak bisa berjalan?
Pada penderita spondilitis TB yang mengalami kerusakan tulang belakang, terutama pada vertebrae thorakal atau
lumbal, dapat terjadi perubahan bentuk tulang belakang yang menyebabkan terbentuknya busung atau tonjolan di
daerah punggung.
Gibbus biasanya terjadi karena proses peradangan dan kerusakan yang terjadi pada tulang belakang akibat infeksi TB.
Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan tulang, kolaps vertebrae, dan pengurangan tinggi badan. Proses ini juga
dapat mengakibatkan tulang belakang melengkung ke depan atau ke samping, yang menghasilkan tonjolan yang
terlihat jelas pada punggung.
Ketika gibbus terbentuk, hal ini dapat menyebabkan nyeri punggung yang menjalar karena deformitas tulang
belakang yang mengganggu struktur normal dan menekan saraf tulang belakang. Nyeri ini dapat menjalar ke area lain
yang dilayani oleh saraf tulang belakang yang terjepit.

apabila terdapat cedera/gangguan pada tulang belakang maka kondisi umumnya akan terjadi paraplegia atau
kelumpuhan pada ekstremitas bawah. karena impuls saraf akan melewati medspin, nah kalau medspinnya ada
gangguan maka aliran impuls dari medspin ke bawah juga akan terganggu
Beberapa saraf yang mungkin terganggu pada spondilitis TB meliputi:
• Saraf spinal: Spondilitis TB dapat mempengaruhi saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang melalui
celah antara tulang belakang (foramen intervertebralis). Tekanan pada saraf ini dapat menyebabkan nyeri,
kesemutan, mati rasa, atau kelemahan pada area tubuh yang diinervasi oleh saraf tersebut. Misalnya, jika saraf
tulang belakang serviks terganggu, gejalanya dapat dirasakan di leher, bahu, dan lengan.
• Saraf korpus kavernosum: Saraf ini berjalan di dekat tulang belakang tengah (thoraks) dan mengatur sensasi di
dada. Jika terjadi peradangan atau tekanan pada saraf ini akibat spondilitis TB, seseorang dapat mengalami nyeri
dada yang menjalar ke belakang atau kesemutan pada area dada.
• Saraf interkostal: Saraf interkostal berjalan di antara tulang rusuk dan berperan dalam memberikan sensasi ke
kulit di sekitar dada. Jika terjadi peradangan pada area tulang belakang yang terinfeksi, saraf interkostal dapat
terganggu, menyebabkan nyeri, kesemutan, atau mati rasa pada area dada.
• Saraf cauda equina: Spondilitis TB yang melibatkan tulang belakang bagian bawah (lumbal) dapat menyebabkan
peradangan pada akar saraf cauda equina. Akibatnya, seseorang dapat mengalami gejala seperti nyeri punggung
bawah yang menjalar ke tungkai bawah, kesemutan, kelemahan otot, atau bahkan gangguan fungsi kandung
kemih dan usus.
2. Mengapa terjadinya nyeri punggung yang menjalar ke dada terutama pd malam hari diikuti
kesemutan pd ujung jari kaki sampai ulu hati? (anatomi vertebra, medulla spinalis beserta jarasnya
dan sarafnya)

Gejala klasik konstitusional pada tuberkulosis mengindikasikan adanya penyakit aktif, meliputi gejala malaise,
keringat malam, fatigue, penurunan berat badan dan kenaikan suhu pada sore hari. Nyeri punggung belakang dan
kaku saat melakukan pergerakan dapat menjadi keluhan awal penyakit, terutama bila telah didapatkan deformitas
kifosis yang terlokalisir dan nyeri saat dilakukan perkusi Nyeri punggung belakang merupakan gejala yang paling
sering pada spondilitis TB. Intensitas nyeri bervariasi mulai dari nyeri ringan tumpul konstan sampai dengan nyeri
berat yang melumpuhkan. Nyeri dapat diperberat dengan gerakan tulang belakang, batuk, dan menahan beban.
Terdapat juga spasme otot di paraspinal yang mengenai otot di sekeliling vertebrae. Pada saat istirahat atau tidur,
nyeri dapat berkurang tetapi dapat muncul kembali saat melakukan pergerakan diantara permukaan yang inflamasi
yang disebut dengan typical night cries.
anatomi medula spinalis
Posterior Column-Medial
Spinothalamic Pathway of CNS
Lemniscus Pathway of CNS
3. Apa penyebab BAK & BAB bisa terganggu? (fisiologi BAK & BAB normal dan dihubungkan ke
sarafnya)
4. Apa hubungan Riwayat btuk, penurunan bb,
dan riwayat konsumsi obat dengan keluhan
pasien tsb?

Perjalanan penyakit yang lebih bersifat perlahan mendukung


diagnosis penyakit granulomatosa. Pasien dengan
immunocompromised, akibat obat-obatan atau infeksi HIV,
memiliki risiko tinggi untuk menderita tuberkulosa aktif

Sumber : Moroz, M. 2021. Infectious Diseases


Mycobacterium Tuberculosis: Pathogenesis and clinical
findings
5. Bagaimana interprestasi dari pemeriksaan motoric, fisik, sensorik, dan otonom vertebra?

Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan motoric : UMN paraplegi inferior tipe spastik
Pemeriksaan sensorik : hipestesi pada dermatome thoracal 6 (gambar) ke bwah
Pemeriksaan otonom : retensio uri dan retensio alvi
6. Mengapa pasien mengalami hipestesi dari dermatome thoracal 6 sampai ujung jari kaki?

Sebagai contoh, saat penis terasa gatal ( sensorik), impuls akan disampaikan ke otak melalui saraf yang melewati
tulang belakang, impuls di otak diolah, selanjutnya hasil olahan melewati saraf pada tulang belakang lagi, hasil olahan
dapat berupa gerakan tangan menggaruk ditempat yang gatal (motorik). Pada penis, perjalanan sistem ini melewati
saraf tulang belakang setingkat sacral 3 - 5. Jika terdapat kelainan pada tulang belakang setingkat ini, maka dapat
terjadi hipestesi atau anestesi pada jaringan kulit penis, namun perjalanan sistem saraf otonom baik-baik saja. Pada
kondisi anestesi, sistem motorik tidak dapat berjalan akibat impuls sensorik tidak sampai ke otak.

Hipestesi adalah kondisi menurunnya kepekaan terhadap rangsangan raba. Jika kepekaan tidak ada sama sekali
disebut dengan anestesi. Namun jika kepekaan terganggu, yang menyebabkan keluhan kesemutan atau mati rasa,
disebut parestesi.
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada scenario tsb?

Laboratorium
• Darah rutin : LED ↑
• Tes Tuberkulin (+)
• Sputum BTA 3x, kultur sputum
• Kultur thd M.Tuberkulosa dr bahan material bedah (70 % kasus)

Radiologi
• Kolumna vertebralis anteroposterior dan lateral :
1. Diskus intervertebralis ,menyempit
2. Dekalsifikasi korpus vertebra
3. Bayangan jar lunak paraspinal
4. Erosi bbrp vertebra CT Scanning :
5. Deformitas kolumna vertebralis 1. Lbh baik utk melihat tulang → lesi litik ireguler, sklerosis, diskus sempit,
• Ro Thorax sekeliling tulang sempit
2. Kontras rendah → jar lunak, epidural, paraspinal
3. Deteksi lesi awal → kalsifikasi abses pd jar lunak
4. Kalsifikasi
• Mielografi / MRI : epidural abses
• Mielografi → tingginya lesi
• MRI → lokasi anatomi dan kompresi neural
8. Bagaimana DU & DD dari scenario tsb?

Klinis ->
• UMN paraplegi inferior tipe spastik
• Hipestesi pada dermatome thoracal 6 ke bwah
• Retensio uri dan retensio alvi
• Parastesis
• Nyeri

Topis ->
• SSP, medulla spinalis à thoracal 6 (hipestesi)

Etiologis ->
• Spondylitis TB

DD : Tumor medulla spinalis, HNP


9. Bagaimana tata laksana dari kasus tsb? (Tatalaksana OAT, golongan, dan mekanisme kerja)

Prinsip pengobatan spondilitis tuberkulosa adalah dengan metode konservatif yaitu pemberian tuberkulostatika dan
metode operatif yatu dengan radikal debridement. Prinsip pemberian tuberkulostatika harus dikombinasi, tidak boleh
terputus dan jangka waktu lama atau dikenal sebagai combined, continued dan prolonged
• British Medical Research Council → OAT 6 - 9 bulan
• Umum :
• Istirahat di tempat tidur
• Diet yang baik
• Roboransia
• Obat Anti Tuberkulosa :
• Isoniazid (H) 300 mg/hari
• Rifampisin (R) 600 mg/hari
• Pirazinamid (Z) 25 mg/kgBB/hari
• Etambutol (E) 15 mg/kgBB/hari
• RHZE → 2 bulan pertama
• RH → sampai 6 bulan
• Lama pemberian OAT → 6 - 9 bulan dpt lbh dr 1 tahun
• Indonesia → 12 bulan → 2RHZE/ 10 RH
• Lama pemberian tergantung dari menghilangnya gejala dan KU penderita
• Efek samping : ringan atau berat
Efek samping OAT :
1. Isoniazid (INH)
• Ringan → kesemutan, rasa terbakar pd kaki, nyeri otot
• Beri Piridoksin 10 mg/ hari atau B kompleks → OAT diteruskan
• Berat → Hepatitis (0,5 % penderita) → OAT dihentikan → pedoman TB pd keadaan khusus
2. Rifampisin
• Ringan :
• Sindroma flu → demam, menggigil, nyeri tulang
• Sindroma perut → sakit perut, mual, tdk nafsu makan, muntah, diare
• Sindroma kulit → gatal - gatal, kemerahan pd kulit
• Berat (jarang terjadi) :
• Hepatitis imbas obat → OAT dihentikan → TB keadaan khusus
• Purpura, anemia hemolitik, syok, gagal ginjal → OAT stop
• Sindroma respirasi → sesak napas
3. Pirazinamid
• Hepatitis imbas obat
• Nyeri sendi → artritis Gout
• Demam, mual, kemerahan, reaksi kulit yang lain
4. Etambutol
• Gangguan penglihatan → ketajaman berkurang, buta warna merah dan hijau
• Tergantung dosis yg dipakai
• Jarang jk dosisnya 15 - 25 mg/kgBB/ hr atau 30 mg/kgBB tiga kali seminggu
• Ggn penglihatan kembali normal dl bbrp minggu stlh obat dihentikan
• Tidak diberikan pd anak – anak
5. Streptomisin
• Utama : kerusakan saraf kedelapan→ keseimbangan dan pendengaran
• Sesuai dg pe ↑ dosis dan umur
• Meningkat pd ggn fungsi ginjal
• Tinitus, pusing, kehilangan keseimbangan
• Hilang jk obat di hentikan atau dosis dikurangi 0,25 gr
• Reaksi hipersensitivitas → demam, sakit kepala, muntah, eritema pd kulit
10. Bagaimana prognosis & edukasi pada pasien tsb?
• Tdk ada deformitas & pengobatan yg tepat → berhasil baik
• Jk penekanan pd medula spinalis tdk berat → paraplegia msh dpt membaik

prognosis spondilitin TB bervariasi tergantung dari manifestasi klinik yang terjadi. prognosis yang buruk berhubungan
dengan TB milier dan meningitis TB, dapat terjadi sekuele antara lain tuli, buta, paraplegi, retardasi mental, gangguan
bergerak dll. prognosis bertambah baik bila pengobatan lebih cepat dilakukan. mortilitas yang tinggi terjadi pada anak-
anak dengan usia kurang dari 5 tahun sampai 30%

Anda mungkin juga menyukai