Anda di halaman 1dari 32

CEDERA

OLAHRAGA
FA U Z A N N A N G G A D I TA
AV N . 0 8 . 1 3 . AVA S T
• Wakil Ketua I Korps Bantuan Medis “Avicenna“, FK UPN
“Veteran” Jakarta (2009 – 2010)
• Wakil Ketua II Perhimpunan Tim Bantuan Medis
Mahasiswa Kedokteran Indonesia (2011 – 2012)
• Anggota Komisi Medis Pengurus Besar Persatuan Atletik
Seluruh Indonesia (PB. PASI) (2016 – Sekrang)
• Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu
Kedokteran Olahraga (2017 – Sekarang)
• Medical Coordinator Athletic’s Venue Asian Games 2018
• Medical Director BNI-UI Half Marathon 2019
• Anggota Tim Sports Science Program Olahraga Prestasi
Berkelanjutan (POPB) DISPORA DKI Jakarta (2019 -)
• Para-Athletics National Clasifier

@naggadita
DEFINISI

• Cedera olahraga didefinisikan sebagai cedera yang dialami saat


kegiatan atau aktivitas olahraga, tidak tergantung terhadap usia, dan
semua tingkatan performance.
FAKTOR RISIKO
 Faktor risiko internal
1. Pemeriksaan pre partisipasi dan pemeriksaan kesehatan berkal untuk mengetahui riwayat
kesehatan maupun riwayat cedera sebelumya
2. Peningkatan kebugaran fisik melalui program latihan yang tepat
3. Modifikasi anatomis (penggunaan insole, brace, taping, dan sebagainya)
4. Latihan dan penerapan teknik gerakan (skiil) yang tepat dan aman untuk meminimalisir risiko
cedera

 Faktor risiko eksternal


1. Menerapkan manajemen medis yang baik dalam setiap event pertandingan olahraga (personel
medis, ruang medis, rujukan, ambulance, dsb)
2. Sosialiasi dan edukasi pada setiap tim dan perangkat pertandingan mengenai fair play dan
peraturan pertandingan lainnya
3. Penggunaan perlengkapan pelindung sesuai standar
4. Perawatan infrastruktur pertandingan (mis; lapangan)
KLASIFIKASI
WAKTU / ONSET

Akut
• Kontak
• Non-Kontak

Kronik / Overuse
• Repetitive trauma
JARINGAN

• Ligamen (sprain)
• Tendon
Lunak
• Otot (strain, cramp)
• Kulit
• Tulang
Keras
• Kartilago
DERAJAT CEDERA

Memberikan Robekan parsial Robekan total


Grade 1

Grade 2

Grade 3
gambaran cedera Memar, nyeri, Sprain
secara mikroskopis bengkak moderate
tanpa adanya • Bengkak-memar
robekan secara Sprain hebat
makroskopis • Sedikit instability • Instability
• weight bearing • Nyeri +- (sensori
Memar, nyeri,
bengkak difficulty terganggu)
Strain Strain
No joint instability
a.Nyeri ++ • Memar, bengkak,
kontraksi nyeri hebat
b.Kekuatan istirahat
berkurang • Nyeri +++,
LIGAMENT SPRAIN
MUSCLE STRAIN
HAMSTRING STRAIN
Cedera non kontak
dg prevalensi
paling tinggi

Prevalensi
meningkat pada
olahraga explosive

Kejadian re-injury
cukup tinggi
TATALAKSANA
ON-SITE
TUJUAN

• Meminimalkan perdarahan dan pembengkakan


• Melindungi terhadap kerusakan lebih lanjut
• Mencegah kekakuan sendi
• Meningkatkan penyembuhan jaringan
• Sprain
– memperkuat otot untuk memberikan stabilitas sendi tambahan
MAU PAKAI YANG MANA..??
• RICE (Rest – Ice – Compression –
Elevation)
• PRICE (Protection – Rest – Ice –
Compression – Elevation)
• RICER (Rest – Ice – Compression –
Elevation – Referral)
• POLICE (Protection – Optimal Loading
– Ice – Compression – Elevation)
UNTUK APA SIH.?
Rest

• Relatif thd lokasi cedera, termasuk aktivitas weight bearing atau aktivitas berat
lainnya yang melibatkan peningkatan aliran darah ke bagian yang cedera.

Protection

• Penting untuk menghindari kerusakan jaringan lbh lanjut

Optimal Loading

• Pembebanan yang optimal akan merangsang proses penyembuhan karena tulang,


tendon, ligamen, dan otot semuanya memerlukan pembebanan untuk merangsang
pertumbuhan jaringan, mencegah kekakuan sendi, mencegah hipotrofi otot.
REST & PROTECTION
• Dilakukan pada awal terjadinya cedera
• Hanya diaplikasikan pada bagian yang cedera untuk mencegah
kerusakan jaringan tambahan
• Komplikasi immobilisasi berlebihan
– Hipotrofi
– Kekakuan sendi
– Masa rehabilitasi memanjang
– Peforma menurun signifikan
ICING
• Dilakukan segera pada fase akut (72 jam pertama)
• Gunakan crushed ice atau ice cube
• Aplikasikan di titik yang paling nyeri
• Hindari kontak langsung dengan kulit, berikan alas yang tipis dan
basah
• Aplikasi ± 15 menit (>20 menit dapat terjadi luka bakar)
• Dapat diulang per 3 – 4 jam
SEMPROTAN SAKTI..??
FAKTANYA:

Anestesi subkutan
COMPRESSION & ELEVATION
• Dapat dilakukan bersamaan (juga Bersama es)
• Tujuan
– Mencegah bengkak
– Pain relief
• Mengikuti bentuk tubuh
• Teknik membalut:
– Overlap setengah balutan
– Distal  proximal
– Sedikit dikencangkan
– Tidak terlalu ketat  memngganggu sirkulasi
• Aplikasi yang salah akan membuat bertambah bengkak
EXERCISE-
ASSOCIATED
MUSCLE CRAMPS
(EAMC)
DEFINISI

• Kram: Kontraksi otot atau bagian otot yang tiba-tiba, involunter,


menyakitkan, dan dapat hilang dengan sendirinya dalam hitungan
detik sampai beberapa menit dan seringkali disertai knotting otot
yang dapat dipalpasi

• EAMC: Kontraksi spontan spasmodik involunter pada otot skeletal


yang terjadi selama atau segera setelah latihan fisik, dan paling
sering terjadi pada calf muscles (gastrocnemius dan soleus).
GEJALA KLINIS
• Sangat nyeri dan dapat berlangsung terus-menerus (48-72 jampeningkatan
creatine kinase.
• Terjadi tiba-tiba, kontraksi yang terlihat dan teraba
• Biasanya terjadi dalam satu otot.
• Terkait baik dengan gerakan coba-coba dan kontraksi yang kuat (terutama pada
otot yang memendek)
• Diawali dan diakhiri dengan bukti EMG naik-turun dari twitching otot yang
berkedut secara independen di berbagai bagian otot
• Peregangan otot biasanya dapat mengakhiri kram
TEORI PENYEBAB
Altered Neuromuscular Control Theory
• Loading yang berulang pada otot tertentu selama latihan fisik yang
menyebabkan kelelahan otot.
Serum Electrolyte and Dehydration Theory
• konsentrasi natrium, kalium, magnesium, klorida, dan/atau kalsium
pada “teori serum elektrolit”, dan terjadi penurunan level cairan
tubuh pada “teori dehidrasi” yang dipicu oleh keluarnya keringat.
KRAM DI LINGKUNGAN DINGIN…??

• Teori diatas tidak dapat menjelaskan bagaimana EAMC tetap dapat terjadi pada
atlet yang berlatih di lingkungan yang dingin atau pada temperatur terkontrol.
Maughan (2010) melaporkan bahwa  15 dari 82 subjek pelari marathon (18%)
mengalami EAMC meski temperatur berkisar antara 10-12oC. Dengan demikian,
lingkungan yang panas dan lembab tidak selalu menjadi penentu terjadinya EAMC,
meskipun EAMC dimungkinkan lebih sering terjadi pada kondisi lingkungan
dengan temperatur yang lebih tinggi.  15 dari 82 subyek pelari marathon (18%),
mengalami EAMC meski temperatur berkisar antara 10-12 oC. Dengan demikian, lingkungan yang
panas dan lembab tidak selalu menjadi penentu terjadinya EAMC, meskipun EAMC dimungkinkan
lebih sering terjadi pada kondisi lingkungan dengan temperatur yang lebih tinggi.
TATALAKSANA
• Stretching otot reguler
• Koreksi postur dan keseimbangan otot
• Conditioning yang adekuat
• Pemeliharaan jaringan otot normal melalui pemulihan yang cukup
setelah pelatihan dengan peregangan dan pemijatan
• Asupan cairan, elektrolit dan karbohidrat yang adekuat
• Asupan tinggi karbohidrat/carbohydrate loading 2-3 jam sebelum
latihan fisik pada olahraga endurance
WANNA TRY..??

PLEASE STEP FORWARD

Anda mungkin juga menyukai