Anda di halaman 1dari 48

HUKUM ACARA PIDANA

Marcus Priyo Gunarto


Hukum Acara Pidana
• Hukum Acara Pidana merupakan bidang
Hukum yg bersegi majemuk. Ada aspek HAN,
HTN, Hk. Pidana, Hk. Perdata.
• Mendefinisikan pengertian HAP dari sisi
materi muatan akan sangat tergantung pada
penekanan atau hal yg akan ditonjolkan oleh
perumus.
Pengertian Hukum Acara Pidana
• Peraturan yg mengatur cara bagaimana badan
pemerintah berhak menuntut jika terjadi
suatu tindak pidana, cara bagaimana akan
didapat suatu keputusan pengadilan yg
menjatuhkan suatu hukuman dapat
dilaksanakan (Prof. Wirjono Prodjodikoro)
• Bertugas mengatur cara-cara negara dengan
alat kelengkapannya mempergunakan
wewenangnya untuk memidana dan
menjatuhkan pidana (D. Simons)
• Bagian dari keseluruhan hukum yg berlaku di suatu
negara, yg memberi dasar-dasar dan aturan-aturan yg
menentukan dengan cara dan prosedur macam apa,
ancaman pidana yg ada pada suatu perbuatan pidana
dapat dilaksanakan apabila ada sangkaan bahwa
orang telah melakukan delik tersebut (Prof Moeljatno).
• Peraturan yg memberikan petunjuk apa yg harus
dilakukan oleh aparat penegak hukum dan pihak-
pihak atau orang-orang lain yg terlibat di dalamnya,
apabila ada persangkaan bahwa hukum pidana
dilanggar (Prof. Sudarto)  Termasuk pengertian yg
luas karena menentukan adresat hukum acara pidana
tidak hanya para penegak hukum pidana, tetapi juga
masyarakat.
Unsur Esensiill HAP
• Fungsi HAP untuk menegakkan HPid. (substantif).
• HAP dan HPid saling berhubungan erat dan saling
membutuhkan.  sedemikian eratnya kita sulit
membedakan norma HAP dan norma Hpid. Misalnya kttn
non bis in idem, daluwarsa, Tdw meninggal dunia,
penyertaan, delik aduan dlsb.
• Bekerjanya HAP tidak harus terjadi delik dahulu. HAP
telah bisa beroperasi meskipun baru ada sangkaan/
dugaan terjadinya delik.
• HAP bersifat formal/ Resmi hanya badan-badan/
institusi beserta wewenang yg diatur UU saja yg berhak
dilaksanakan menurut HAP.
Sumber Hukum HAP
• UU tentang KUHAP (No. 8 Tahun 1981) mhs agar mengikuti
perkembangan pembaharuan KUHAP.
• UU tentang Kekuasaan Kehakiman (No. 48 Tahun 2009)
• UU tentang MA (No. 14 Tahun 1985 jo UU No. 5 Tahun 2004
jo. UU 3 Tahun 2009 ttg Perubahan kedua UU tentang MA)
• UU tentang Peradilan Umum (No. 2 Tahun 1986)
• UU tentang Kepolisian (No. 2 Tahun 2002)
• UU tentang Kejaksaan (No. 16 Tahun 2004)
• PP No.27/1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP;
• Lain-lain peraturan tersebar diberbagai perundang-undangan
Pidana Khusus/ tertentu: UU Korupsi, Peng.HAM Berat ., KPK,
Terorisme, Narkotika, Psikothropika, Pemilu, Perbankan dll.
Asas-Asas Pokok HAP
• Equality before the law;
• Principle of legality ; Prinsip legalitas  upaya
paksa hanya berdasar wewenang tertulis
• Presumption of innocence – (legal concept)
• Peradilan murah, cepat, sederhana
• Pengadilan dg hadirnya terdakwa
• Peradilan terbuka untuk umum
• Kebebasan dan kemerdekaan hakim
• Fair and impartial court - obyektifitas
Desain Proses Peradilan Pidana (KUHAP)
Sangkaan
Tindak pidana

Pemeriksaan di
Pemeriksaan Pelaksanan Putusan/
Pengadilan (PN, PT,
Pendahuluan MA) eksekusi

Penyelidikan
Penyidikan
Penuntutan
Pengawasan &
Pengamatan
PEMERIKSAAN BANDING PT KASASI MA
SIDANG PN
Tunggal
Alternatif
Komulatif SURAT DAKWAAN
Subsider eksekusi
kombinasi
Penuntutan
BAP Lengkap

PENUNTUT UMUM
BAP kembali kpd Penyidik disertai
Petunjuk

Pasal 14, 110, 138


Pra Penuntutan Pjlsn Ps 30 UU No. 16 Thn 2004
spdp
Tindak Pidana
HIMPUN ALAT BUKTI Pasal 75
Tertangkaptangan
PENYIDIK BAP
Laporan
Pengaduan
TEMUKAN TERSANGKA
Tindakan Polisi

MEMBUAT TERANG
TP yg TERJADI
PENYELIDIK
PENYELIDIKAN

Serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu


peristiwa yg di duga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yg diatur menurut UU ini (Pasal 1
angka 5)

Penyelidikan adalah tindakan Siapa pejabatnya dan


awal/ tindakan yg mendahului apa wewenangnya ?
sebelum dilakukan penyidikan.
Pejabat dan Wewenang Penyelidik
• Penyelidik adalah setiap Polisi Negara RI
• Untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yg di duga
sebagai tindak pidana, Penyelidik mempunyai wewenang :
– Menerima laporan atau pengaduan ;
– Mencari keterangan dan barang bukti;
– Menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri;
– Tindakan lain menurut huku yg bertanggung jawab;
– Atas perintah penyidik, melakukan:
• Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan, penyitaan ;
• Pemeriksaan dan penyitaan surat;
• Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
• Membawa dan menghadapkan seseorang kepada penyidik.
Penyidikan

SERANGKAIAN TINDAKAN PENYIDIK DALAM HAL DAN MENURUT CARA yg


DIATUR DALAM UU INI UNTUK MENCARI SERTA MENGUMPULKAN BUKTI
yg DENGAN BUKTI ITU MEMBUAT TERANG TENTANG TINDAK PIDANA yg
TERJADI DAN GUNA MENEMUKAN TERSANGKANYA.

Pejabat Wewenang

a. terima-laporan atau pengaduan;


a. pejabat polisi negara RI; b. lakukan tindakan pertama pada saat di
tempat kejadian;
b. PPNS tertentu yg diberi c. menyuruh berhenti seorang dan
wewenang khusus oleh UU memeriksa tanda pengenal diri Tsk;
d. Mlkkn penangkapan, penahanan,
penggeledahan dan penyitaan;
Penyidik pembantu memp e. Mlkkn riks dan penyitaan surat;
f. ambil sidik jari dan memotret seorang;
kewenangan sama dgn g. Panggil orang untuk didengar dan
penyidik, kecuali utk diperiksa sbg Tsk/ saksi;
penahanan hrs ada izin h. mendatangkan orang ahli yg diperlukan
penyidik, dlm hub-nya dgn riks perkara;
i. adakan penghentian dik ;
j. adakan tindakan hlain mnrt hkm yg
bertgjwb;

wewenang PPNS sesuai dengan UU yg menjadi dsr


hkm-nya.
PENANGKAPAN, PENAHANAN, PENGGELEDAHAN BADAN, PEMASUKAN RUMAH,
PENYITAAN DAN PEMERIKSAAN SURAT

Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara


waktu kebebasan Tsk atau Tdw apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan
penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yg
diatur dalam undang-undang ini.
Penahanan adalah penempatan Tsk atau Tdw di tempat tertentu oleh penyidik,
atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut
cara yg diatur dalam undang-undang ini.
Penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah
tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan
pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan menurut
cara yg diatur dalam undang-undang ini.

Penggeledahan badan adalah tindakan penyidik untuk mengadakan


pemeriksaan badan dan atau pakaian Tsk untuk mencari benda yg didup keras
ada pada badannya atau dibawanya serta, untuk disita.

Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau
menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak,
berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,
penuntutan dan peradilan.
Penangkapan

• Untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan;


• Ditujukan sesorang yg diduga keras melakukan tindak
pidana berdasarkan bukti permulaan yg cukup.
• Jangka waktu 1 hari;
• Harus ada surat perintah penangkapan, kecuali tertangkap
tangan;
• tertangkap beserta barang bukti yg ada hrs diserahkan
kepada penyidik atau penyidik pembantu yg terdekat.
• Tembusan surat perintah penangkapan harus diberikan
kepada keluarga tersangka;
Tertangkap tangan
• Tertangkap pada waktu sedang melakukan tindak
pidana;
• sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan;
• sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai
sebagai orang yg melakukannya;
• sesaat kemudian padanya ditemukan benda yg diduga
keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak
pidana itu yg menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya
atau turut melakukan atau membantu melakukan
tindak pidana
Penahanan
• Dapat dilakukan penyidik, penuntut umum, hakim;
• Ada syarat obyektif, syarat subyektif dan syarat formil;
– Syarat obyektif: hanya dapat dikenakan terhadap Tsk atau Tdw yg melakukan
tindak pidana diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih atau yg
ditentukan pada Pasal 21 ayat 4 huruf b;
– Syarat subyektif: ada kekhawatiran ersangka atau Tdw akan melarikan diri,
merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana;
– Syarat Formil: Harus ada surat perintah penahanan atau penetapan hakim dan
tembusannya disampaikan kepada keluarga tersangka;
• Jenis penahanan ada 3 (penahanan Rutan, Penahanan Rumah dan
Penahanan Kota);
• dapat dilakukan penangguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan
uang atau jaminan orang.
Jangka Waktu Penahanan
• Penyidik = 20 + 40 hari = 60 hari
• JPU = 20 + 30 hari = 50 hari
• Hakim PN = 30 + 60 hari = 90 hari
• Hakim PT = 30 + 60 hari = 90 hari
• Hakim MA = 50 + 60 hari =110 hari
• Penangkapan 1 hari

Jumlah =401 hari


Penggeledahan
• Ada 2 jenis penggeledahan:
– Penggeledahan rumah;
– penggeledahan pakaian / penggeledahan badan;
• Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan
oleh dua orang saksi (dalam hal Tsk atau
penghuni menyetujuinya),
• apabila penghuni rumah tidak menyetujui/ tidak
hadir harus disaksikan oleh kepala desa atau
ketua lingkungan dengan dua orang saksi.
Penyitaan
• dilakukan oleh penyidik dengan surat izin ketua pengadilan
negeri setempat; Kalau tidak sempat minta izin ?
• yg dapat disita:
– Benda/ tagihan Tsk atau Tdw yg seluruh atau sebagian diduga
diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
– benda yg telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak
pidana atau untuk mempersiapkannya;
– benda yg dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak
pidana;
– benda yg khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
– benda lain yg mempunyai hubungan lansung dengan tindak pidana yg
dilakukan.
PEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN
Dibedakan dalam 3 Jenis Pemeriksaan:
• Acara Pemeriksaan Biasa;
• Acara Pemeriksaan Singkat ;
– kejahatan atau pelanggaran yang menurut penuntut
umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah
dan sifatnya sederhana.
• Acara Pemeriksaan Cepat
– Perkara Tipiring (ancaman pidana maks 3 bln kurungan).
– Perkara Pelanggaran Lalu Lintas
Acara Pemeriksaan Biasa
• ketua pengadilan menunjuk hakim yang akan menyidangkan perkara ;
• hakim yang ditunjuk menetapkan hari sidang.
• hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum kecuali
dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-anak;
• terdakwa dipanggil masuk dan jika ia dalam tahanan, ia dihadapkan dalam keadaan
bebas;
• hakim ketua sidang menanyakan kepada terdakwa tentang identitas dan
mengingatkan terdakwa supaya memperhatikan segala sesuatu yang didengar dan
dilihatnya di sidang;
• penuntut umum membacakan surat dakwaan;
• keberatan terdakwa / PH bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya
atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkanbn(kalua ada);
• penuntut umum diberi kesempatan menyatakan pendapatnya;
• hakim mengambil keputusan (menerima/ tidak menerima—Pts Sela).
• Apbl PU berkeberatan terhadap keputusan hakim, ia
mengajukan perlawanan kepada PT melalui PN ybs;
• Jika Perkara diterima, diteruskan dengan pembuktian;
• Setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, penuntut umum
mengajukan tuntutan pidana (Requisitoir);
• Terdakwa dan/ atau PH mengajukan pembelaannya (Replik)
yang dapat dijawab oleh PU(-Duplik), dengan ketentuan
bahwa terdakwa atau penasihat hukum selalu mendapat
giliran terakhir;
• hakim mengadakan musyawarah terakhir untuk mengambil
keputusan.
Pemeriksaan Singkat
• Hakim membuka sidang dan menanyakan identitas
terdakwa serta mengingatkan terdakwa supaya
memperhatikan segala sesuatu yang didengar dan
dilihatnya di sidang;
• PU memberitahukan dengan lisan dari catatannya kepada
terdakwa tentang tindak pidana yang didakwakan
kepadanya dengan menerangkan waktu, tempat dan
keadaan pada waktu tindak pidana itu dilakukan;
• pemberitahuan ini dicatat dalam berita acara sidang dan
merupakan pengganti surat dakwaan.
Pemeriksaan Cepat
• penyidik atas kuasa penuntut umum, dalam
waktu tiga hari sejak berita acara pemeriksaan
selesai dibuat, menghadapkan terdakwa
beserta barang bukti, saksi, ahli dan atau juru
bahasa ke sidang pengadilan.
• pengadilan mengadili dengan hakim tunggal
pada tingkat pertama dan terakhir, kecuali
dalam hal dijatuhkan pidana perampasan
kemerdekaan terdakwa dapat minta banding.
Pembuktian
• Adalah bagian dari hukum acara pidana yang mengatur tentang
macam-macam alat bukti yang sah menurut hukum, sistem yang
dianut dalam pembuktian, syarat-syarat dan tata cara
mengajukan bukti tersebut serta kewenangan hakim untuk
menerima, menolak dan menilai suatu pembuktian.
TUJUAN PEMBUKTIAN
• Bagi Penuntut Umum,
• Pembuktian adalah merupakan usaha untuk meyakinkan hakim yakni berdasarkan alat bukti yang
ada, agar menyatakan seorang terdakwa bersalah sesuai dengan surat atau catatan dakwaan.
• Bagi Terdakwa atau Penasehat Hukum,
• Pembuktian merupakan usaha sebaliknya, untuk meyakinkan hakim, yakni berdasarkan alat bukti
yang ada, agar menyatakan terdakwa dibebaskan atau dilepaskan dari tuntutan hukum atau
meringankan pidananya.
• Terdakwa atau penasehat hukum jika mungkin harus mengajukan alat-alat bukti yang
menguntungkan atau meringankan pihaknya.
• Bagi Hakim
• Atas dasar pembuktian tersebut yakni dengan adanya alat-alat bukti yang ada dalam persidangan
baik yang berasal dari Penuntut Umum atau Penasehat Hukum/ Terdakwa dibuat dasar untuk
membuat keputusan
teori pembuktian yang dipakai sebagai dasar
Bewijstheorie pembuktian oleh hakim di pengadilan.

alat-alat bukti yang digunakan untuk


Bewijsmiddelen membuktikan telah terjadi suatu perbuatan
pidana

ketentuan yang mengatur cara bagaimana


Bewijsvoering
alat-alat bukti itu disampaikan ke pengadilan
Problem
Pembuktian
pembagian beban pembuktian yang
Bewijslast diwajibkan oleh UU untuk membuktikan suatu
perbuatan pidana
kekuatan pembuktian masing-masing alat
Bewijskracht bukti dalam rangkaian penilaian terbuktinya
suatu perbuatan pidana

bukti minimum yang diperlukan dalam


Bewijsminimmum
pembuktian untuk mengikat kebebasan hakim
conviction intime: Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan
belaka.

laconviction raisonnee: Sistem pembuktian berdasarkan


keyakinan hakim atas alasan yang logis.
Teori Pembuktian
Bewijstheorie

positief wettelijke bewijs theorie: Sistem pembuktian


berdasarkan undang-undang secara positif.

negatief wettelijke bewijs theorie: Sistem pembuktian


berdasarkan undang-undang secara negatif
Conviction Intime
• Teori ini didasarkan kepada keyakinan hati nurani
hakim, yang menetapkan bahwa terdakwa telah
melakukan perbuatan yang didakwakan.
 aliran ini didasarkan semata-mata atas keyakinan
hakim belaka dan tidak terikat kepada aturan-
aturan tentang pembuktian dan menyerahkan
segala sesuatu kepada kebijaksanaan sehingga ada
anggapan hakim bersifat subjektif.
 Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan belaka.
laconviction raisonnee
 Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim
atas alasan yang logis.
• Menurut teori ini hakim dapat memutuskan seseorang
bersalah berdasar keyakinan yang didasarkan
kepada dasar-dasar pembuktian disertai dengan
suatu kesimpulan (conclusi) yang berlandaskan
kepada peraturan-peraturan pembuktian tertentu.
• Sistem atau teori pembuktian ini disebut juga
pembuktian bebas, karena hakim bebas untuk
menyebut alasan-alasan keyakinannya (vrije
bewijstheorie)
Positief Wettelijke Bewijs Theorie
 Sistem pembuktian berdasarkan undang-undang secara positif.
 Menurut sistem ini apabila alat-alat bukti sudah dipakai sesuai
yang ditetapkan undang-undang maka hakim harus
menetapkan keadaan sudah terbukti, walaupun hakim
mungkin berkeyakinan bahwa yang harus dianggap terbukti itu
tidak benar
 hakim tetap menyatakan terdakwa tidak terbukti, walaupun
mungkin hakim berkeyakinan bahwa terdakwa itu melakukan
tindak pidana.
 D. Simons : sistem positief wettelijk Eropa dipakai pada waktu masih berlakunya
hap yang bersifat inkuisitor.
 Andi Hamzah: sistem atau teori pembuktian berdasar undang-undang secara
positif untuk menghindari pertimbangan subjektif hakim
Negatief Wettelijke Bewijs Theorie
 Sistem pembuktian berdasarkan undang-undang secara
negatif;
 perpaduan antara sistem pembuktian menurut undang-
undang secara positif dan sistem pembuktian berdasarkan
keyakinan hakim;
 “salah tidaknya seorang terdakwa ditentukan oleh
keyakinan hakim yang didasarkan pada cara dan dengan
alat-alat bukti yang sah menurut UU”
 wettelijk, sesuai dgn alat-alat bukti yang sah yang ditetapkan oleh
undang;
 negatief, oleh karena dengan alat-alat bukti yang sah dan ditetapkan
undang-undang saja belum cukup untuk membuat hakim pidana
menganggap bukti sudah diberikan, akan tetapi masih dibutuhkan
adanya keyakinan hakim.
KETERANGAN SAKSI

KETERANGAN AHLI

Bewijsmiddelen SURAT

alat-alat bukti yang


digunakan untuk PETUNJUK
membuktikan telah terjadi
suatu perbuatan pidana

KETERANGAN
TERDAKWA
Pasal 175
RUU KUHAP
(1) Alat bukti yang sah mencakup:
a. barang bukti ;
b. surat-surat;
c. bukti elektronik;
d. keterangan seorang ahli;
e. keterangan seorang saksi;
f. keterangan terdakwa; dan.
g. pengamatan hakim.
 Barang bukti adalah alat atau sarana yang dipakai untuk melakukan
tindak pidana atau yang menjadi obyek tindak pidana atau hasilnya
atau bukti fisik atau materiel yang dapat menjadi bukti dilakukannya
tindak pidana.
Keterangan Saksi:

(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di
sidang pengadilan.
(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa
terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila
disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.
(4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu
kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang
sah apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang
lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu
kejadian atau keadaan tertentu.
(5) Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja,
bukan merupakan keterangan ahli.
Penilaian thd Saksi:

a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan


yang lain;
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat
bukti lain;
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk
memberi keterangan yang tertentu;
d. cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu
yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat
tidaknya keterangan itu dipercaya;
Penilaian thd saksi yg tidak disumpah:

• meskipun sesuai satu dengan yang lain,


tidak merupakan alat bukti, namun
apabila keterangan itu sesuai dengan
keterangan dari saksi yang disumpah
dapat dipergunakan sebagai tambahan
alat bukti sah yang lain.
Keterangan Ahli (ps.186-187)

 Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di


sidang pengadilan;
 tidak hanya berdasarkan pada pengetahuan yang
diperoleh melalui pendidikan formal, melainkan juga
berdasarkan pengalamannya;
 Keterangan ahli diperlukan untuk menjelaskan hal- hal
di luar hukum, maupun yang berkaiatan dengan hukum
(dasar hukum, analisis hukum, pengertian elemen
delik, alasan-alasan dalam pokok perkara pidana);
 Ahli dilarang memberikan penilaian terhadap kasus
konkrit yang sedang disidangkan.
Surat (ps.187)
a. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh
pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di
hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau
keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri,
disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangannya itu
b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal
yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung
jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal
atau sesuatu keadaan;
c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu
keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;
d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat pembuktian yang lain.
Keterangan terdakwa (ps.189)
(1) Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di
sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui
sendiri atau alami sendiri.
(2) Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat
digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang,
asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah
sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.
(3) Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya
sendiri.
(4) Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan
bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan
kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain.
Petunjuk (ps.188)

• Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan,


yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu
dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu
sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu
tindak pidana dan siapa pelakunya.
• Sumber:
a. keterangan saksi;
b. surat;
c. keterangan terdakwa.
Penilaian petunjuk:

• Penilaian atas kekuatan pembuktian dari


suatu petunjuk dalam setiap keadaan
tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif
lagi bidjaksana setelah ia mengadakan
pemeriksaan dengan penuh kecermatan
dan kesaksamaan berdasarkan hati
nuraninya.
Bewijsvoering

• Menyangkut prosedur pengajuan alat-alat


bukti;
• Formalitas pengajuan alat bukti penting untuk
menentukan apakah barang bukti itu dapat
diterima sebagai alat bukti;
• Di negara yang sangat menghargai HAM,
unlawful legal evidence dapat membebaskan
tersangka.
Bewijslast
• pembagian beban pembuktian yang diwajibkan oleh UU
untuk membuktikan suatu perbuatan pidana;
• Dalam perkara pidana kewajiban membuktikan dakwaan
merupakan kewajiban JPU.
• Pasal 66: Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban
pembuktian.
• Dalam praktek, JPU, terdakwa/ penasehat hukum saling
membuktikan. Pembuktian oleh terdakwa yang menunjukkan
ia tidak bersalah melakukan kejahatan disebut exculpatory
evidence.
Bewijskracht
 Kekuatan pembuktian masing-masing alat bukti;
 Penilaian masing-masing alat bukti merupakan otoritas
hakim;
 Masing-masing alat bukti mempunyai kekuatan pembuktian
yang sama, dlm arti tidak ada alat bukti yang mempunyai
nilai lebih dari alat bukti yang lain.
 Yang disyaratkan adalah alat bukti itu relevan dengan hal
yang akan dibuktikan, sehingga ada alat bukti yang dapat
diterima atau ditolak.
 Karena ada keterkaiatan antara alat bukti yang satu dengan
yang lain, maka ada yang disebut alat bukti pelengkap.
Bewijsminimmum

bukti minimum yang diperlukan


dalam pembuktian untuk mengikat
kebebasan hakim

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana


kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya.
(Pasal 183)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai