Anda di halaman 1dari 27

PRAPERADILAN

Oleh : Supriyadi

Program Studi S1 Ilmu Hukum


Fakultas Hukum UGM
Tahun 2015
SILABUS

 Kompetensi Praperadilan.
 Pemohon Praperadilan.
 Pengajuan Praperadilan.
 Pemeriksaan Praperadilan.
 Putusan Praperadilan.
 Upaya Hukum Putusan Praperadilan.
 Gugurnya Praperadilan.
 Perubahan Paradigma Dalam Praperadilan.
REFERENSI
 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan
dan Penerapan KUHAP : Pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan
Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (KUHAP).
 PP No. 27 Tahun 1983 jo. PP No. 58 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan KUHAP.
 Pedoman Pelaksanaan KUHAP dan Tambahan
Pedoman Pelaksanaan KUHAP.
 Putusan MK No. 65/PUU-IX/2011 (1-5-2012).
 Putusan MK No. 76/PUU-X/2012 (8 -1-2013).
 Putusan MK No. 21/PUU-XII/2014 (28-4-2015)
 UU No. 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer.
ILUSTRASI KASUS (1)

 Pada awal bulan September 2015 yang lalu,


Fakultas Hukum UGM telah digemparkan oleh
penemuan mayat seorang mahasiswinya, yang
bernama Clara (20 tahun), di toilet Gedung V.
Kasus tersebut ditangani oleh Penyidik Polres
Sleman. Penyidik menyimpulkan bahwa
tewasnya Clara diduga karena pembunuhan.
 Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari
hasil penyidikan, Penyidik menetapkan Susi (20
tahun) dan pacarnya yang bernama Adit (21
tahun) sebagai tersangka dan melakukan
penahanan terhadap keduanya.
ILUSTRASI KASUS (2)
 Penyidik juga telah menggeledah rumah milik
teman Susi yang bernama Rini (20 tahun) dan
menyita mobil milik Rini, dengan alasan mobil
tersebut sering dipakai oleh Susi.
 Dalam perkembangannya, Penyidik ternyata
melakukan tindakan penghentian penyidikan
terhadap Susi karena tidak cukup bukti dan
membebaskannya dari tahanan. Sebaliknya,
penyidikan dan penahanan terhadap Adit
berjalan terus.
 Atas tindakan Penyidik tersebut, maka Adit, Susi,
maupun Rini berniat mengajukan praperadilan.
ANALISIS KASUS (1)

 Apabila Adit, Susi, dan Rini hendak mengajukan


praperadilan atas tindakan yang dilakukan oleh
penyidik dalam ilustrasi kasus di atas, maka
permohonan praperadilan tersebut seharusnya
disampaikan ke mana ?
 Apakah Adit dan Susi bisa mengajukan
praperadilan atas “penetapan statusnya sebagai
tersangka” yang dilakukan oleh penyidik ?
 Apakah Rini bisa mengajukan praperadilan atas
tindakan “penggeledahan rumahnya” dan
“penyitaan mobilnya” yang dilakukan oleh
penyidik ?
ANALISIS KASUS (2)

 Apakah tindakan penghentian penyidikan yang


dilakukan oleh penyidik tersebut bisa
dipersoalkan “keabsahannya” melalui
praperadilan ?
 Siapakah yang memiliki “hak” untuk
mempersoalkan sah-tidaknya penghentian
penyidikan tersebut ?
 Apabila putusan praperadilan menyatakan
bahwa tindakan penghentian penyidikan yang
dilakukan oleh penyidik adalah “sah”, maka
apakah putusan praperadilan tersebut bisa
dimintakan “upaya hukum” ?
ANALISIS KASUS (3)

 Apakah Susi bisa mengajukan “ganti kerugian”


atas tindakan penghentian penyidikan yang
dilakukan oleh penyidik ?
 Apakah permohonan praperadilan yang akan
diajukan oleh Adit, Susi, maupun Rini
dimungkinkan “kandas” atau “gugur” di tengah
jalan ?
KOMPETENSI PRAPERADILAN

 Pengaturan praperadilan terdapat di dalam Pasal


1 angka 10 dan Pasal 77-83 KUHAP.
 Praperadilan merupakan kompetensi dari
Pengadilan Negeri.
 Kompetensi praperadilan adalah memeriksa dan
memutus perkara tentang :
1. sah-tidaknya penangkapan/penahanan;
2. sah-tidaknya penghentian penyidikan/
penghentian penuntutan;
3. permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi
karena perkara tidak diajukan ke pengadilan.
PEMOHON PRAPERADILAN

 Sah-tidaknya penangkapan/penahanan :
tersangka/keluarga/kuasa hukum.
 Sah-tidaknya penghentian penyidikan :
penuntut umum/pihak ketiga yang
berkepentingan.
 Sah-tidaknya penghentian penuntutan :
penyidik/pihak ketiga yang berkepentingan.
 Ganti kerugian/rehabilitasi : tersangka/
pihak ketiga yang berkepentingan.
PENGAJUAN PRAPERADILAN

 Permohonan ditujukan kepada Ketua


Pengadilan Negeri.
 Permohonan diregister dalam perkara
praperadilan.
 Ketua Pengadilan Negeri menunjuk
Hakim dan Panitera.
 Pemeriksaan dilakukan dengan Hakim
Tunggal.
PEMERIKSAAN PRAPERADILAN

 Penetapan hari sidang.


 Penyampaian panggilan sidang.
 Pemeriksaan sidang praperadilan.
 Penjatuhan putusan.
PUTUSAN PRAPERADILAN

Isi : Pertimbangan Hukum dan Amar Putusan


Amar Putusan :
 sah-tidaknya penangkapan/penahanan;
 sah-tidaknya penghentian
penyidikan/penuntutan;
 diterima/ditolaknya ganti kerugian/ rehabilitasi;
 perintah pembebasan dari tahanan;
 perintah melanjutkan penyidikan/penuntutan;
 besarnya ganti kerugian;
 pernyataan pemulihan nama baik tersangka;
 perintah segera mengembalikan sitaan.
UPAYA HUKUM PUTUSAN
PRAPERADILAN

 KUHAP : penetapan tidak sahnya


penghentian penyidikan atau penuntutan
dapat dimintakan putusan akhir ke
Pengadilan Tinggi (Banding).
 Apakah putusan praperadilan bisa
dimintakan upaya hukum Kasasi ?
1. Putusan MA No. 227/K/Pid/1982 juncto
Putusan MA No. 680 K/Pid/1983.
2. Pasal 45A UU No. 5 Tahun 2004.
 Catatan : Bagaimanakah dengan upaya
hukum Peninjauan Kembali ?
GUGURNYA PRAPERADILAN

 Praperadilan “gugur” : “pemeriksaan


praperadilan dihentikan sebelum putusan
dijatuhkan” atau “pemeriksaan
praperadilan dihentikan tanpa ada putusa
n”.
 Praperadilan “gugur” : apabila perkaranya
(pokok perkara) telah diperiksa Pengadilan
Negeri, dan pada saat perkaranya diperiksa
Pengadilan Negeri, pemeriksaan
praperadilan belum selesai.
PERUBAHAN PARADIGMA
DALAM PRAPERADILAN (1)

 Eksistensi Praperadilan dalam KUHAP (UU No. 8


Tahun 1981) mengalami perubahan paradigma
yang cukup signifikan pasca keluarnya
beberapa putusan Mahkamah Konstitusi.
 Perubahan paradigma a quo setidaknya
menyangkut tiga hal, yaitu :
1. Kompetensi Praperadilan.
2. Pemohon Praperadilan.
3. Upaya Hukum Putusan Praperadilan.
PERUBAHAN PARADIGMA
KOMPETENSI PRAPERADILAN (2)

Putusan MK No. 21/PUU-XII/2014 (28-4-2015) :


 Uji Materi Pasal 1 angka 2, Pasal 1 angka 14,
Pasal 17, Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 77 huruf
a, dan Pasal 156 ayat (2) KUHAP.
 Uji Materi diajukan oleh Bachtiar Abdul Fatah,
Karyawan PT. Chevron Pasific Indonesia.
 Putusan MK mengabulkan permohonan
Pemohon untuk sebagian.
PERUBAHAN PARADIGMA
KOMPETENSI PRAPERADILAN (3)

Putusan MK No. 21/PUU-XII/2014 (28-4-2015) :


 Putusan MK : frasa “bukti permulaan”, “bukti
permulaan yang cukup”, dan “bukti yang
cukup” dalam Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan
Pasal 21 ayat (1) KUHAP bertentangan dengan
UUDNRI Tahun 1945 dan tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat SEPANJANG TIDAK
DIMAKNAI bahwa “bukti permulaan”, “bukti
permulaan yang cukup”, dan “bukti yang
cukup” adalah MINIMAL DUA ALAT BUKTI YANG
TERMUAT DALAM PASAL 184 KUHAP.
PERUBAHAN PARADIGMA
KOMPETENSI PRAPERADILAN (4)

Putusan MK No. 21/PUU-XII/2014 (28-4-2015) :


 Putusan MK : Pasal 77 huruf a KUHAP
bertentangan dengan UUDNRI Tahun 1945
dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat SEPANJANG TIDAK DIMAKNAI
TERMASUK PENETAPAN TERSANGKA,
PENGGELEDAHAN, DAN PENYITAAN.
PERUBAHAN PARADIGMA
PEMOHON PRAPERADILAN (5)

Putusan MK No. 76/PUU-X/2012 (8-1-2013) :


 Uji Materi Pasal 80 KUHAP, khususnya
interpretasi frasa “Pihak Ketiga Yang
Berkepentingan”.
 Uji Materi diajukan oleh Dr. Ir. Fadel
Muhammad.
 Putusan MK : menolak permohonan Pemohon
untuk seluruhnya.
 Pendapat MK : Pihak Ketiga Yang
Berkepentingan BUKAN HANYA saksi korban
tindak pidana atau pelapor, tetapi harus juga
diinterpretasikan secara luas.
PERUBAHAN PARADIGMA
PEMOHON PRAPERADILAN (6)
Putusan MK No. 76/PUU-X/2012 (8-1-2013) :
 Pendapat MK : interpretasi mengenai Pihak
Ketiga Yang Berkepentingan TIDAK HANYA
TERBATAS pada saksi korban atau pelapor saja,
tetapi juga harus mencakup MASYARAKAT LUAS
yang dalam hal ini bisa diwakili oleh
perkumpulan orang yang memiliki kepentingan
dan tujuan yang sama yaitu untuk
memperjuangkan kepentingan umum (public
interests advocacy) seperti LSM atau Organisasi
Masyarakat lainnya karena pada hakikatnya
KUHAP adalah instrumen hukum untuk
menegakkan hukum pidana. Hukum pidana
adalah hukum yang ditujukan untuk melindungi
kepentingan umum.
PERUBAHAN PARADIGMA
PEMOHON PRAPERADILAN (7)

Putusan MK No. 76/PUU-X/2012 (8-1-2013) :


 Pendapat MK : peran serta masyarakat baik
perorangan warga negara ataupun
perkumpulan orang yang memiliki kepentingan
dan tujuan yang sama untuk memperjuangkan
kepentingan umum (public interests advocacy)
sangat diperlukan dalam pengawasan
penegakan hukum.
PERUBAHAN PARADIGMA
UPAYA HUKUM PUTUSAN
PRAPERADILAN (8)

Putusan.MK No. 65/PUU-IX/2011 (1-5- 2012) :


 Uji Materi Pasal 83 ayat (1) dan ayat (2)
KUHAP.
 Uji Materi diajukan oleh Tjetje Iskandar,
Pegawai Negeri Sipil.
 Putusan MK : mengabulkan permohonan
Pemohon untuk sebagian.
 Putusan MK : Pasal 83 ayat (2) KUHAP
bertentangan dengan UUDNRI Tahun 1945
dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat.
PERUBAHAN PARADIGMA
UPAYA HUKUM PUTUSAN
PRAPERADILAN (9)

Putusan.MK No. 65/PUU-IX/2011 (1-5- 2012) :


 Pendapat MK : Pasal 83 ayat (2) KUHAP
bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1)
UUDNRI Tahun 1945, karena memperlakukan
secara berbeda antara tersangka/terdakwa di
satu pihak dan penyidik serta penuntut umum
di pihak lain dalam melakukan upaya hukum
banding terhadap putusan praperadilan.
Ketentuan demikian tidak sesuai dengan
filosofi diadakannya praperadilan yang justru
menjamin hak-hak tersangka/terdakwa .
PERUBAHAN PARADIGMA
UPAYA HUKUM PUTUSAN
PRAPERADILAN (10)

Putusan MK No. 65/PUU-IX/2011 (1-5- 2012) :


 Pendapat MK : untuk memperlakukan sama
antara tersangka/terdakwa dan penyidik
serta penuntut umum dalam Pasal 83 ayat (2)
KUHAP terdapat 2 alternatif : (1) memberikan
hak kepada tersangka/terdakwa untuk
mengajukan banding; atau (2) menghapus
hak penyidik dan penuntut umum untuk
mengajukan banding.
PERUBAHAN PARADIGMA
UPAYA HUKUM PUTUSAN
PRAPERADILAN (11)
Putusan.MK No. 65/PUU-IX/2011 (1-5- 2012) :
 Pendapat MK : karena filosofi diadakannya
praperadilan sebagai peradilan yang cepat,
untuk memberikan perlakuan yang sama
terhadap tersangka/terdakwa dan penyidik
serta penuntut umum, maka yang dinyatakan
bertentangan dengan UUDNRI Tahun 1945
adalah pemberian hak banding kepada
penyidik dan penuntut umum, sehingga MK
meniadakan hak banding kepada kedua pihak
(tersangka/terdakwa dan penyidik serta
penuntut umum).
TERIMA KASIH – MATUR NUWUN

Anda mungkin juga menyukai