Anda di halaman 1dari 16

KERJASAMA ORANGTUA DENGAN

LEMBAGA DALAM MEMBANGUN


ANAK CERDAS DAN BERKARAKTER
Oleh
Dr. Novan Ardy Wiyani, M.Pd.I
Dosen IAIN Purwokerto
Disampaikan pada seminar parenting di TPA Tunas Melati Sokaraja Kidul
Banyumas
Sabtu, 14 Desember 2019
Biodata Narasumber
O TTL: Brebes, 25 Mei 1985
O Alamat rumah: Nomor 20 RT 01 RW 03 Beji,
Kedungbanteng, Banyumas. WA: 082314817005
O Guru di: (1) TPQ Nurul Iman Karangjambu
Purwokerto (2004-2007), (2) SD Islam Ta’allumul
Huda Bumiayu (2007-2012), (3) SMA BU NU
Bumiayu (2008-2012).
O Dosen: STKIP Islam Bumiayu/kini UPB (2010-2013),
STAI Al-Hikmah Benda-Sirampog-Brebes (2012-
2014), dosen mitra IKIP Veteran Semarang, tutor S1
PENDAS dan S2 PENDAS di UPBJJ-Universitas
Terbuka Purwokerto, dosen IAIN Purwokerto.
O S1 STAIN Purwokerto (2007) prodi PAI.
O S2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2011) prodi
MKPI.
O S3 Universitas Islam Nusantara/UNINUS (2017) prodi
Ilmu Pendidikan, konsentrasi Manajemen Pendidikan
KELUARGA SEBAGAI LEMBAGA
PENDIDIKAN INFORMAL
O Keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak.
O Ayah berperan sebagai leader (pemimpin) dan ibu berperan sebagai
manajer. Sedangkan anak-anak berperan sebagai anggotanya.
O Bagaimana perilaku anak sebagai anggota akan sangat dipengaruhi
bagaimana pola asuh orangtuanya sebagai leader sekaligus manajer.
O Ada orangtua yg mendidik dengan pola asuh otoriter, permisif dan
demokratis.
O Tidak ada satupun pola asuh yg paling baik, yg ada adalah pola asuh
mana yg paling tempat untuk suatu kondisi.
O Namun satu hal yg harus diperhatikan oleh orangtua, yaitu perilaku
anak akan sangat dipengaruhi oleh perilaku orangtua di lingkungan
keluarga.
Ingatlah Bahwa:
O Modal awal dan modal utama dalam
membangun anak yang cerdas dan berkarakter
adalah kehidupan keluarga yang harmonis
O Bagi orangtua mendidik anak bukanlah hal yg mudah.
O Anak sebagai amanah dari Allah SWT memiliki dua
karakteristik yg saling berlawanan.
O Dengan pendidikan yg diberikan oleh orangtuanya
anak diharapkan dapat menjadi pribadi yg
sholeh/sholehah.
O Dan target utama orangtua mendidik anak adalah agar
mereka menjadi anak yg sholeh/sholehah, bukan agar
anaknya kelak menjadi ini-itu-ini-itu...
Namun sayang orangtua memiliki
keterbatasan dalam mendidik anak
1. Keterbatasan waktu dalam mendidik anak, karena kedua orangtuanya
bekerja.
2. Keterbatasan kemampuan dalam mendidik anak, karena latarbelakang
pendidikan orangtua yang kurang mendukung.
3. Keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh
orangtua dalam mendidik anak. Sarana dan prasarana pendidikan di
lingkungan keluarga tentu tidak selengkap di lembaga PAUD.
4. Keterbatasan biaya dalam mendidik anak di lingkungan keluarga
(home schooling/les privat), namun jika di lembaga PAUD pembiayaan
pendidikan dapat dibayarkan secara kolektif.
KETERBATASAN DI ATAS MENJADIKAN ORANGTUA
AKHIRNYA MENYERAHKAN URUSAN PENDIDIKAN KE
PARA GURU PAUD DI LEMBAGA-LEMBAGA PAUD
LEMBAGA PAUD SEBAGAI LEMBAGA
PENDIDIKAN NON FORMAL
O Guru PAUD mendidik anak sebagai konsekuensi logis
dari orangtua yg menyerahkan anaknya ke pihak
lembaga PAUD.
O Jadi bagi guru PAUD anak adalah amanah dari orangtua.
O Namun bukan berarti pekerjaan dan tanggungjawab
mendidik anak pd orangtua telah berpindah pada guru
PAUD.
O Orangtua tetap menjadi pendidik yg utama dan pertama
bagi anak, sedangkan guru PAUD adalah mitra orangtua
dalam mendidik anak.
O Meski hanya sebagai mitra namun tugas dan
tanggungjawab seorang guru begitu berat, terlebih lg
perintah untuk menjadi seorang guru memang datangnya
langsung dari Allah SWT.
O Peran guru PAUD dlm mendidik anak usia dini pun sangatlah vital.
Kita bisa belajar dari apa yg kini telah diperoleh oleh Singapura saat
ini, dimana Singapura sekarang telah menjadi negara ASEAN yg
paling maju.
O Vitalitas PAUD dapat dilihat dari teori neurosains berikut ini:
1. Anak sejak dilahirkan sudah memiliki milyaran sel syaraf yang
masih saling terpisah. Namun banyaknya sel syaraf tersebut tidak
berpengaruh terhadap kecerdasan anak.
2. Agar memberikan pengaruh pada kecerdasan anak, maka sel syarat
tersebut harus disambungkan dengan pemberian stimulasi
pendidikan oleh orang tua. Semakin kuat sambungan tersebut
maka anak akan semakin cerdas.
3. Sambungan-sambungan tersebut bisa renggang bahkan putus
ketika orangtua sering membentak anak tanpa makna dan juga
ketika anak dipukul (dan kekerasan fisik lainnya). Hal ini
berpengaruh terhadap turunnya kecerdasannya.
Bagaimana guru di lembaga
PAUD mendidik anak?
O Anak usia dini belajar dengan cara bermain. Ketika bermain, otaknya yg
seperti spoon akan menyerap berbagai hal yg dijumpainya.
O Fokus utama guru dlm mendidik anak adalah agar anak memiliki kecerdasan
emosional dan spiritual melalui berbagai kegiatan pembiasaan (secara
terprogram, spontan, dan keteladanan), setelah itu baru berikutnya mendidik
agar anak memiliki kecerdasan spiritual.
O Guru mendidik anak dengan menggunakan pendekatan tema untuk
mengakomodir delapan bentuk kecerdasan pd anak, yaitu kecerdasan verbal-
linguistik, logis-matematik, visual-spasial, kinestetik, musikal, natural,
intrapersonal dan interpersonal.
O Guru mendidik di lembaga PAUD hanya 6-7 jam (di TPA), selebihnya anak
akan dididik oleh orangtuanya di lingkungan keluarga. Itulah sebab orangtua
harus mau dan mampu bekerjasama dengan guru dlm mendidik anaknya.
Hal yg harus dilakukan oleh
orangtua dalam mendidik anaknya
O Mendiagnosa dalam hal apakah kecerdasan yg
dimiliki oleh anak kemudian kembangkan
kecerdasan tersebut.
O Memberikan berbagai permainan yg edukatif kepada
anak, kontrol penggunaan gadget, perbanyak
permainan sosial dan permainan fisik-motorik.
O Membiasakan anak untuk berperilaku positif di
lingkungan keluarga.
O Jangan segan untuk berdiskusi dengan guru ketika
menghadapi masalah dalam mendidik anak.
O Menjadi teladan dalam mendidik anak di lingkungan
keluarga.
O Menggunakan “filosofi pohon mangga” dan
“filosofi ikan” dalam mendidik anak.

Anda mungkin juga menyukai