PENGAWETAN MAKANAN :
PROSES EMULSI
1. Emulsi langsung
Pada emulsi dilakukan proses tipe langsung dengan cara yang
berlawanan, yaitu tahap hidrofilik dilakukan pertama kali dan tahap
lipofilik setelahnya. Ini biasanya dikaitkan dengan pembuatan
mentega. Emulsi langsung paling umum di antara 3 varian
2. Emulsi ganda
Dalam varian ganda, fase bekerja secara berbeda, kalau pada fasa
terdispersi pertama terjadi proses terbalik tetapi dalam fasa kontinu
dikunci dengan cairan berair. Jenis ini terjadi pada dasarnya pada
produk farmasi untuk mendapatkan pelepasan yang tertunda.
Tujuan proses emulsi pada industri pangan
• untuk mengontrol flavor,
• untuk mengatur kondisi fisik produk seperti tekstur & tingkat
kekentalannya.
contoh emulsi
Oleh karena setiap bahan pangan memilki karakteristik masing-masing maka
setiap bahan pangan memiliki jenis emulsi dan pengaruh jenis emulsi yang
berbeda-beda, yaitu:
• Campuran minyak dan air adalah contoh emulsi saat dikocok bersama.
Minyak akan membentuk tetesan dan menyebar ke seluruh air.
• Kuning telur adalah emulsi yang mengandung zat pengemulsi lesitin.
• Crema on espresso adalah emulsi yang terdiri dari air dan minyak kopi.
• Mentega adalah emulsi air dalam lemak.
• Mayones adalah emulsi minyak dalam air yang distabilkan oleh lesitin
dalam kuning telur.
• Emulsi adalah campuran dari dua atau lebih jenis cairan di mana, satu
adalah seperti tetesan, ukuran kecil atau bahkan ultramatroskopis,
yang didistribusikan satu sama lain.
• Emulsi biasanya dibentuk dari komponen cairan baik dalam bentuk
alami atau, lebih sering, menggunakan mekanisme seperti agitasi,
yang disediakan bahwa cairan campuran ini tidak memiliki jenis
kelarutan timbal balik.
Dua cairan dapat membentuk berbagai jenis emulsi,
Contoh minyak dan air :
• Pertama, emulsi minyak-dalam-air, di mana
minyak adalah fase terdispersi, dan air adalah
fase kontinu.
• Kedua, emulsi air-dalam-minyak, di mana air
adalah fase terdispersi dan minyak adalah fase
kontinu.
• Beberapa emulsi juga dimungkinkan, yaitu
emulsi “air dalam minyak dalam air” dan emulsi
“minyak dalam air dalam minyak”.
• Pada proses pembentukan emulsi dibutuhkan emulsifier dan energi untuk memecah
fase terdispersi menjadi butiran-butiran yang halus.
• Emulsifier tersebut akan diabsorpsi oleh medium dispersi lebih besar daripada zat
yang terdispersi, kemudian proses absorpsi emulsifier ini akan menurunkan tegangan
permukaan dari medium dispersi yang lebih besar daripada zat yang terdispersi,
sehingga akan mengurangi kecenderungan medium disperse dan membentuk suatu
lapisan yang terpisah, sehingga terbentuklah emulsi.
• Didalam molekul emulsifier, salah satu gugus harus lebih dominant jumlahnya. Bila
gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul emulsifier tersebut akan
diadsropsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan
permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase
kontinyu. Demikian juga sebaliknya bila gugus non polarnya yang lebih dominant,
maka molekul molekul emulsifier diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan air.
• Salah satu dari zat cair tersebut
tersebar berbentuk butiran-
butiran kecil kedalam zat cair
yang lain distabilkan dengan zat
pengemulsi
(emulgator/emulsifiying/surfact
an).
• Pada dasarnya emulsifier merupakan surfaktan yang mempunyai dua gugus, yaitu gugus hidrofilik
dan gugus lipolifik. Gugus-gugus ini menyebabkan emulsifier memilki kemampuan untuk
menyatukan dua jenis bahan yang tidak saling melarutkan
• Penambahan air disebut fase hidrofilik. (pembuatan susu, mayones, ). Fase dispersi adalah zat berlemak yang
disebut zat lipofilik
• Gugus hidrofilik mampu berikatan dengan air atau bahan lain yang
bersifat polar, sedangkan gugus hidrofobik mampu berikatan dengan
bahan lain yang bersifat non polar seperti minyak.
• Didalam molekul emulsifier, salah satu gugus harus lebih dominant
jumlahnya. Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekul-
molekul emulsifier tersebut akan diadsropsi lebih kuat oleh air
dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air
menjadi lebih rendah sehinggaa mudah menyebar dan menjadi fase
kontinyu. Demikian juga sebaliknya bila gugus non polarnya yang lebih
dominant, maka molekul molekul emulsifier diabsorpsi lebih kuat oleh
minyak dibandingkan air.
• Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fase terdispersi) dengan
zat cair lainnya (fase pendispersi) dimana satu campuran yang terdiri dari dua bahan tak
dapat bercampur, dengan satu bahan tersebar di dalam fasa yang lain. Dikarenakan setiap
bahan pangan memilki karakteristik masing-masing maka setiap bahan pangan memiliki
jenis emulsi dan pengaruh jenis emulsi yang berbeda-beda
Emulsifier
• Tujuan penambahan emulsifier adalah untuk menurunkan
tegangan permukaan antara kedua fase (tegangan
interfasial) sehingga mempermudah terbentuknya emulsi.
• Emulsifying agent akan membentuk lapisan tipis (film) yang
akan menyelimuti patrikel dan akan mencegah partikel
tersebut bersatu dengan partikel sejenisnya.
• Beberapa emulsifier yang berperan di dalam emulsi pangan
antara lain adalah protein, pati fosfolipid dan turunan-
turunan lemak seperti mono dan digliserida.
• Protein yang dapat dijadikan sebagai emulsifier adalah
protein dari jenis protein konyugasi yaitu protein yang
mengandung senyawa lain selain protein seperti
fosfoprotein (protein yang berikatan dengan fosfat) dan
lipoprotein (protein yang berikatan dengan lemak). Sifat dari
protein ini sangat penting dalam proses pengolahan pangan,
seperti pada pembuatan salad dressings, saos, frankfurters,
dan sosis.
• Bahan pangan seperti daging, susu, telur, dan kedelai dapat
dijadikan sebagai emulsifying agent alami.
• Kasein merupakan protein yang dominan terdapat pada
susu, dimana 82 % protein yang terdapat pada susu sapi
adalah kasein.
• Kasein berasal dari susu hewan, termasuk didalamnya susu
manusia. Karena kasein merupakan protein, maka kasein
memiliki sifat hidrofilik dan hidrofobik yang dibutuhkan
sebagai emulsifying agent dan dapat menstabilkan emulsi
dengan cara mengikat air dan minyak dikedua fasenya
tersebut.
Keuntungan emulsifikasi
• Emulsifikasi pada minyak sawit dilakukan dengan proses
mikroenkapsulasi untuk melindungi karotenoid pada minyak
sawit. menghasilkan produk dalam bentuk serbuk maupun
granula yang memiliki kandungan karotenoid dengan stabilitas
yang lebih tinggi selama penyimpanan dibandingkan dengan
minyak sawit dalam bentuk mentah.
• homogenisasi mempengaruhi kualitas dan karakteristik dari
emulsi dan mikroenkapsulat minyak sawit. Karakteristik emulsi
meliputi stabilitas dan kadar total karotenoid dipengaruhi oleh
peningkatan volume emulsi dan lamanya waktu homogenisasi.