Anda di halaman 1dari 43

PENEGAKKAN PERATURAN DAERAH

DAN PERATURAN KEPALA DAERAH


DASAR HUKUM
UNDANG UNDANG DASAR 1945
Pasal 18 ayat (2)

“Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur


dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan”

- Daerah memiliki tugas untuk mengatur dan mengurus pemerintahan Untuk Menjamin Kepatuhan diperlukan
- fungsi polisionil di daerah yang
Menciptakan ketertiban umum dan perlindungan masyarakat
- trecantum pada UU 23 Tahun 2014
Membuat Peraturan Daerah atau Peraturan Kepala Daerah
tentang Pemerintahan Daerah
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UUD 1945 PUSAT

DPR MPR DPD


PRESIDEN/ MA MK BPK
WAPRES
KPU Kementerian
Negara
KY
BANK dewan
pertimbangan
SENTRAL
TNI/POLRI

Lingkungan
PROVINSI Peradilan PERWAKILAN
DAERAH Umum BPK PROV
PEMDA DPRD
Agama

Militer
KAB/KOTA TUN

PEMDA DPRD

3
UU 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMDA
SEBAGAI DASAR HUKUM BAGI SATPOL PP DAN PERDA
ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN
Pasal 10 – 12 UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

URUSAN PEMERINTAHAN

ABSOLUT ( 6 ) CONCURRENT (32) PEMERINTAHAN UMUM (7)


(Mutlak urusan Pusat) (Urusan bersama Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)

- PERTAHANAN PILIHAN (8) Wawasan Kebangsaan;


WAJIB (24) Ketahanan Sosial;
(Sektor Unggulan) Pengamalan pancasila
- KEAMANAN Persatuan dan Kesatuan;
PELAYANAN NON PELAYANAN DASAR (18)
Penanganan Konflik Sosial;
- MONETER DASAR (6 ) Kelautan & Perikanan, Koordinasi Pelaksanaan
1. pendidikan; tenaga kerja; pemberdayaan Pariwisata, Pertanian, Tugas Antar Instansi di
- YUSTISI 2. kesehatan; perempuan & anak, pangan;
Kehutanan, ESDM, Provinsi/Kab/Kota;
3. PU & penataan ruang; Pertanahan; Lingkungan Hidup;
Perdagangan, Pengembangan
- POLITIK LUAR 4. Perumahan Dukcapil, PMD, penduduk dan
Perindustrian dan Kehidupan Demokrasi;
Rakyat KB, perhubungan, kominfo,
NEGERI dan kawasan Koperasi UKM, Penanaman Transmigrasi Pelaksanaan semua urusan
Modal, PORA, statistik, sandi, pemerintahan yang bukan
permukiman;
- AGAMA 5. Trantib umum, dan Budaya, perpustakaan, & arsip kewenangan Daerah & tidak
Ditangani oleh Instansi
Linmas,
Vertikal
6. Sosial

SPM NSPK
URUSAN URUSAN PEMERINTAHAN YG
DIOTONOMIKAN
1. PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2. KESEHATAN
3. LINGKUNGAN HIDUP
4. PEKERJAAN UMUM
5. PERTANIAN
6. KETAHANAN PANGAN
7. ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL
8. KEPENDUDUKAN
9. KELUARGA BERENCANA
10. SOSIAL
11. NAKERTRANS
12. PERUMAHAN RAKYAT
13. KETENTRAMAN KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN
MASYARAKAT
14. PERHUBUNGAN
15. PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
16. PENATAAN RUANG
17. PERTANAHAN
18. KEHUTANAN
URUSAN URUSAN PEMERINTAHAN YG DIOTONOMIKAN

19. KOMINFO
20. KOPERASI , USAHA KECIL DAN MENENGAH
21. PENANAMAN MODAL
22. PEMUDA DAN OLAH RAGA
23. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
24. STATISTIK
25. PERSANDIAN
26. PERPUSTAKAAN
27. ARSIP
28. KELAUTAN DAN PERIKANAN
29. PARAWISATA DAN EKONOMI KREATIF
30. ENERJI DAN SUMBER DAYA MINERAL
31. PERDAGANGAN
32. PERINDUSTRIAN
HASIL AKHIR DARI SETIAP URUSAN

1. Hasil akhir dari setiap urusan pemerintahan akan bermuara


pada penyediaan barang dan jasa (Goods and Services)
2. Goods umumnya berbentuk hardware seperti jalan, jembatan,
pasar, terminal, RSUD, Sekolah, irigasi dll
3. Services umumnya berbentuk Regulasi yang diatur dalam
Perda atau Perkada (KTP, KK, IMB, SIUPP, Ijin Trayek,
Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan berbagai bentuk
perijinan lainnya).
4. Pelanggaran atas regulasi tersebut akan bermuara pada
sanksi baik Pidana ataupun administrative sesuai ketentuan
peraturan perundangan yang mengaturnya.
MUATAN PERDA DALAM UU 23/2014
Pasal 236
1) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas
Pembantuan, Daerah membentuk Perda.
2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh DPRD
dengan persetujuan bersama kepala Daerah.
3) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi
muatan: a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas
Pembantuan; dan b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.
4) Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Perda
dapat memuat materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
SANKSI PELANGGARAN PERDA DALAM UU 23/2014
1) Pasal 238
2) Perda dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan
penegakan/pelaksanaan Perda seluruhnya atau sebagian kepada
pelanggar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang.
3) Perda dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
4) Perda dapat memuat ancaman pidana kurungan atau pidana denda
selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5) Selain sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perda dapat memuat
ancaman sanksi yang bersifat mengembalikan pada keadaan semula dan
sanksi administratif.
6) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa: a.
teguran lisan; b. teguran tertulis; c. penghentian sementara kegiatan; d.
penghentian tetap kegiatan; e. pencabutan sementara izin; f. pencabutan
tetap izin; g. denda administratif; dan/atau h. sanksi administratif lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN
DIREKTORAT POLISI PAMONG PRAJA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

Undang-Undang
No. 23 Tahun 2014

Pasal 1. Satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakkan Perda dan
255 Perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman,
serta menyelenggarakan pelindungan masyarakat.
2. Satuan polisi pamong praja mempunyai kewenangan:
a. melakukan tindakan penertiban non-yustisial terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan
pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada
b. menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang
mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;
c. melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat,
aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan
pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada; dan
d. melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat,
aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas
Perda dan/atau Perkada.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN
DIREKTORAT POLISI PAMONG PRAJA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

Undang-Undang
No. 23 Tahun 2014

Pasal 1. Polisi pamong praja adalah jabatan fungsional pegawai negeri sipil yang
256
penetapannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Polisi pamong praja diangkat dari pegawai negeri sipil yang memenuhi
persyaratan.
3. Polisi pamong praja harus mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis dan
fungsional.
4. Pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilakukan oleh Kementerian.
5. Kementerian dalam melakukan pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berkoordinasi dengan Kepolisian
Republik Indonesia dan Kejaksaan Agung.
6. Polisi pamong praja yang memenuhi persyaratan dapat diangkat sebagai penyidik
pegawai negeri sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai satuan polisi pamong praja diatur dengan
peraturan pemerintah
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN
DIREKTORAT POLISI PAMONG PRAJA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

Undang-Undang
No. 23 Tahun 2014

Pasal
1) Penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda
257 dilakukan oleh pejabat penyidik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Selain pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat ditunjuk penyidik pegawai negeri sipil yang diberi tugas
untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas
ketentuan Perda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum dan
berkoordinasi dengan penyidik kepolisian setempat.
4) Penuntutan terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda
dilakukan oleh penuntut umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2018
TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
SATPOL PP MEMPUNYAI TUGAS

Menegakkan Perda dan Perkada;

Menyelenggarakan Ketertiban Umum


Dan Ketenteraman; Dan

Menyelenggarakan Pelindungan
Masyarakat.

Bab II Pasal 5
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN
DIREKTORAT POLISI PAMONG PRAJA DAN PERLINDUNGAN
MASYARAKAT

FUNGSI SATPOL PP

a. penyusunan program penegakan Perda dan Perkada, penyelenggaraan


ketertiban umum dan ketenteraman serta penyelenggaraan pelindungan
masyarakat;

b. pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan Perkada, penyelenggaraan


ketertiban umum dan ketenteraman umum dan ketenteraman serta
penyelenggaraan pelindungan masyarakat;

c. pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan ketenteraman serta penyelenggaraan


pelindungan masyarakat dengan instansi terkait;

d. pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum atas


pelaksanaan Perda dan Perkada; dan

e. pelaksanaan fungsi lain berdasarkan tugas yang diberikan oleh kepala


daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6
a. melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan
pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada;

b. menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan


hukum yang mengganggu ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat;

KEWENANGAN
SATPOL PP c. melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang diduga
melakukan pelanggaran atas Perda dan/ atau
Perkada; dan

d. melakukan tindakan administratif terhadap warga


masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang
melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada

Pasal 7
KEWENANGAN SATPOL PP

Pasal 8
1) Dalam melaksanakan penegakan Perda Satpol PP bertindak
selaku koordinator PPNS di lingkungan Pemerintah Daerah.

2) Dalam melaksanakan penegakan Perda dan/atau Perkada


Satpol PP dapat berkoordinasi dengan Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan
pengadilan yang berada di daerah provinsi/kabupaten/kota.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai koordinasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan
Menteri.
KEWENANGAN SATPOL PP
Pasal 9

1) Penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda


dilakukan oleh pejabat penyidik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Selain pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat ditunjuk PPNS yang terdiri atas unsur PPNS Pol PP dan
PPNS perangkat daerah lainnya.
3) Penunjukan PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh kepala Satpol PP.
4) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dberi tugas untuk
melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan
Perda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan,
5) PPNS sebagimana dimaksud pada ayat (4) menyampaikan
hasil penyidikan kepada penuntut umum dan berkoordinasi
dengan penyidik kepolisian setempat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN
DIREKTORAT POLISI PAMONG PRAJA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

Permendagri No. 3 Tahun 2019


Tentang PPNS di Lingkungan
Pemda

Permendagri No. 17 Tahun 2019


Tentang Pemenuhan Hak PNS,
Penyediaan Sarana dan Prasarana
Minimal, Pembinaan teknis Ops, dan
Penghargaan Satpol PP

PP No. 16 Tahun 2018


Tentang Satpol PP Permendagri No. 32 Tahun 2019
Tentang Pelaksanaan Tugas
Pembinaan Jabatan Fungsional
Pol PP

Permendagri No. 7 Tahun 2020


Tentang Pedoman Perhitungan
Formasi Jabatan Fungsional Pol PP

Permendagri No. 26 Tahun 2020


Tentang Penyelenggaraan
Tibumtranmas & Linmas
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2019
TENTANG
PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
RUANG LINGKUP PERMENDAGRI 3/2019 PPNS DI LINGKUP
PEMERINTAH DAERAH

RUANG LINGKUP TUGAS DAN


PERMENDAGRI WEWENANG
PPNS

SEKRETARIAT
PPNS

PAKAIAN & ADMINISTRASI


ATRIBUT PPNS PEMBERKASAN
TUGAS DAN WEWENAG PPNS
Ps.2 ayat (5)

MELAKUKAN PENYIDIKAN
TERHADAP PELANGGARAN
ATAS KETENTUAN PERDA
SESUAI DENGAN KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
WEWENANG PPNS
Ps. 4

MENERIMA LAPORAN ATAU PENGADUAN

MELAKUKAN TINDAKAN PERTAMA PADA SAAT DI TEMPAT KEJADIAN

MENYURUH BERHENTI SEORANG TERSANGKA DAN MEMERIKSA TANDA PENGENAL

MELAKUKAN PENGGELEDAHAN DAN PENYITAAN

MELAKUKAN PEMERIKSAAN DAN PENYITAAN SURAT

MENGAMBIL SIDIK JARI DAN MEMOTRET SESEORANG

MEMANGGIL ORANG UTK DIDENGAR DAN DIPERIKSA SBG TERSANGKA ATAU SAKSI
MENDATANGKAN ORANG AHLI YG DIPERLUKAN DLM HUB DG PEMERIKSAAN
PERKARA
MENGADAKAN PENGHENTIAN PENYIDIKAN
SEKRETARIAT PPNS
• Untuk mewadahi keberadaan
PPNS yang berada pada Satpol
PP dan perangkat daerah
lainnya, perlu dibentuk
sekretariat PPNS yang
berkedudukan di Satpol PP.

• Sekretariat PPNS ditetapkan


dengan Keputusan Kepala
Daerah.
Pasal 8
PP 16 Tahun 2018
Satpol PP

Dalam
melaksanakan
penegakan Perda
Satpol PP PASAL 6
SEKRETARIAT
bertindak selaku PERMEN
koordinator PPNS di PPNS
DAGRI
lingkungan
Pemerintah Daerah.
STRUKTUR SEKRETARIAT PPNS
GUB/BUP/
PEMBINA WALIKOTA

SEKDA
PENGARAH

KETUA KASAT POL PP


SEKRETARIS SAT
SEKRETARIS
POL PP
KOORDINATOR KABID GAKDA
OPERESIONAL
KORWAS PPNS
KOORDINATOR POLDA/POLRES
TEKNIS PENYIDIKAN
•Ka. OPD
•KARO HUKUM
ANGGOTA •PPNS di lingkungan Pemda
PENINDAKAN
NON YUSTISI DAN YUSTISI
Tindakan Penertiban Non Yustisi
Tindakan yang dilakukan oleh Pol PP dalam rangka menjaga dan/atau
memulihkan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat terhadap
pelanggaran Perda dan/atau Perkada dengan cara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak sampai proses
peradilan.

Tindakan Penertiban Yustisi


Tindakan Penertiban Yustisi sebagai upaya penegakan hukum yang
dilakukan oleh penegak hukum dengan menggunakan sistem peradilan
oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang memiliki kewenangan
Kepolisian terbatas sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981.
Mekanisme penegakan secara yustisial oleh PPNS di lingkungan Satpol
PP dapat dilakukan dalam lingkup acara tindak pidana ringan (tipiring)
dengan aturan sanksi 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) bulan kurungan
dan denda maksimal Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah).
TUGAS SEKRETARIAT
PPNS

MELAKUKAN KOORDINASI, FASILITASI, MONEV PADA KEGIATAN


PENYIDIKAN, OPERASIONAL PENYIDIKAN PENEGAKAN PERDA DAN
UNDANG-UNDANG

MELAKUKAN PENDATAAN PPNS

MENYUSUN PEDOMAN OPERASIONAL PENYIDIKAN, TEKNIS PENYIDIKAN DAN


ADMINISTRASI PENYIDIKAN BAGI PPNS

MEMBERIKAN REKOMENDASI KEPADA KEPALA DAERAH DALAM MENYUSUN


PERDA TERKAIT DENGAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PELANGGARAN
PERDA DAN UNDANG-UNDANG
TUGAS SEKRETARIAT
PPNS

MEMBERIKAN REKOMENDASI KEPADA KEPALA DAERAH TERKAIT


KEBUTUHAN PPNS DI DAERAH BERDASARKAN LUAS DAERAH, TINGKAT
KERAWANAN, DAN KEPADATAN PENDUDUK DI DAERAH

MELAKUKAN KOORDINASI DENGAN INSTANSI PENEGAK HUKUM LAINNYA

MEMFASILITASI ADMINISTRASI PPNS

MENYAMPAIKAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN SECARA BERKALA


KEPADA KEPALA DAERAH DALAM WAKTU 6 (ENAM) BULAN SEKALI
ADMINISTRASI
PENYIDIKAN PPNS
kegiatan
penatausahaan
penyidikan untuk
menjamin ketertiban,
keseragaman dan
kelancaran penyidikan.
Bentuk kegiatan dalam proses penyidikan

1. PEMBERITAHUAN DIMULAINYA PENYIDIKAN;


2. PEMANGGILAN;
3. PENANGKAPAN;
4. PENAHANAN;
5. PENGGELEDAHAN;
6. PENYITAAN;
7. PEMERIKSAAN;
8. BANTUAN HUKUM;
9. PENYELESAIAN BERKAS PERKARA;
10. PELIMPAHAN PERKARA;
11. PENGHENTIAN PENYIDIKAN;
12. ADMINISTRASI PENYIDIKAN; DAN
13. PELIMPAHAN PENYIDIKAN.
URUTAN KEGIATAN PENYIDIKAN DISESUAIKAN
DENGAN SITUASI KASUS YANG SEDANG
DILAKUKAN PENYIDIKAN.

PROSES PENYIDIKAN DILAKSANAKAN DENGAN


KETENTUAN TIDAK BOLEH DILIMPAHKAN KEPADA
PETUGAS LAIN YANG BUKAN PPNS LAINNYA YANG
TIDAK TERCANTUM DALAM SURAT PERINTAH
PENYIDIKAN.

ADMINISTRASI PENYIDIKAN DIGUNAKAN OLEH


PPNS SESUAI DENGAN KEBUTUHAN.
ADMINISTRASI
PENYIDIKAN PPNS

Pemeriksaan Cepat

Pemeriksaan Singkat
ACARA PEMERIKSAAN CEPAT

Acara pemeriksaan cepat sebagaimana, merupakan tindak pidana


ringan yang perkaranya diancam dengan pidana penjara atau
kurungan paling lama tiga bulan dan atau pidana denda paling
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT

Acara pemeriksaan singkat, merupakan pelanggaran yang


tidak termasuk acara pemeriksaan cepat dan memuat
ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau
pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN
DIREKTORAT POLISI PAMONG PRAJA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

ADMINISTRASI PENYIDIKAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT MELIPUTI

a. laporan kejadian; m. surat permintaan bantuan penggeledahan;


b. surat perintah tugas; n. surat permintaan izin/izin khusus penyitaan kepada
c. surat perintah penyidikan; ketua pengadilan negeri;
d. surat panggilan; o. laporan untuk mendapatkan persetujuan penyitaan
e. berita acara pemeriksaan pelanggaran peraturan kepada ketua pengadilan negeri;
daerah; p. surat perintah penyitaan;
f. berita acara pemeriksaan di tempat kejadian q. berita acara penyitaan;
perkara; r. surat tanda penerimaan;
g. surat perintah membawa tersangka/saksi; s. surat permintaan bantuan penyitaan;
h. surat permintaan bantuan kepada polri untuk t. surat perintah penyegelan dan atau pembungkusan
membawa tersangka/saksi; barang bukti;
i. surat permintaan izin/izin khusus penggeledahan u. berita acara penyegelan dan atau pembungkusan
kepada ketua pengadilan negeri; barang bukti;
j. surat laporan untuk persetujuan penggeledahan v. surat perintah pengembalian benda sitaan;
k. surat perintah penggeledahan; w. berita acara pengembalian barang bukti;
l. berita acara penggeledahan rumah tinggal/tempat x. surat perintah penghentian penyidikan;
tertutup lainnya; y. surat ketetapan penghentian penyidikan;
z. surat pemberitahuan penghentian penyidikan;
aa. surat pengiriman berkas perkara;
bb. tanda terima berkas perkara;
cc. surat pelimpahan penyidikan;
dd. berita acara pelimpahan penyidikan;
ee. daftar barang bukti;
ff. berita acara penolakan tanda tangan;
gg. surat panggilan mengikuti sidang;
hh. surat tanda penerimaan laporan;
ii. daftar isi berkas perkara;
jj. daftar saksi;
ak. daftar tersangka;
al. surat permintaan bantuan penyelidikan;
am. surat permintaan bantuan pemeriksaan identifikasi;
an. surat permintaan bantuan pemeriksaan laboratorium;
ao. surat permintaan bantuan penangkapan;
ap. format buku register;
aq. label barang bukti; dan/atau
ar. cap/stempel lak.

Administrasi penyidikan, digunakan oleh PPNS


sesuai dengan kebutuhan.
PERMASALAHAN YG SERING DIHADAPI
PEJABAT PPNS
Pasal 13
Mutasi Pejabat PPNS dapat dilakukan dalam hal
PERSONEL terjadi:
a. perubahan struktur organisasi perangkat daerah;
b.Mutasi Pejabat PPNS dari satu instansi ke instansi
yang lain;
c. Mutasi Pejabat PPNS dari satu unit ke unit lain
MEMENUHI
dalam lingkungan pemerintah daerah yang dasar
SYARAT DIKLAT hukum kewenangannya berbeda; atau
PPNS d.Mutasi jabatan atau wilayah kerja Pejabat PPNS,
yang dasar hukum kewenangannya sama.
 
MENGIKUTI Pasal 14
(1) Kepala Daerah dapat melakukan mutasi Pejabat
DIKLAT
PPNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
untuk jangka waktu paling sedikit 5 (lima) tahun
terhitung sejak dilantik sebagai pejabat PPNS.
(2) Jangka waktu sebagaimana pd ayat (1) tdk
DIMUTASI berlaku thd pejabat PPNS yg dipromosikan
PAKAIAN DINAS PPNS PRIA
Kemeja putih lengan pendek, bersaku dua dengan tutup kanan
kiri atas, baju dikeluarkan, celana panjang hitam dan sepatu
hitam (digunakan pada saat melakukan pemeriksaan)
PAKAIAN DINAS PPNS PRIA
Kemeja putih lengan panjang, berdasi merah, celana
panjang hitam dan sepatu hitam (digunakan pada saat
Persidangan dan acara resmi)
PAKAIAN DINAS PPNS WANITA
Kemeja putih lengan pendek, bersaku dua dengan tutup kanan
kiri atas, baju dikeluarkan, celana panjang hitam dan sepatu
hitam (digunakan pada saat melakukan pemeriksaan)
PAKAIAN DINAS PPNS WANITA
Kemeja putih lengan panjang, berdasi merah, celana
panjang hitam dan sepatu hitam (digunakan pada saat
Persidangan dan acara resmi)
TERIMA KASIH
.... .
Drs. Yusri Tahir, M.Si
081315151618
yusritahir@gmail.com
Kementerian Dalam Negeri, Gd. H Lantai 4
Jl. Medan Merdeka Utara No. 7, Jakpus.

Anda mungkin juga menyukai