Anda di halaman 1dari 18

Istilah Asing Dalam

Prosedur Acara

Pengalidan Agama
Terminologi Hukum Asing
Anggota Kelompok
1. Muhammad Qodri Al Fahmi 6. Amanda Putri Damayanti
(02011382227509) (02011382227421)
2. Daffa Rizki Putra (02011382227365) 7. Ayu Nabila (02011382227417)
3. M. Adhitya Nugraha 8. Gabriella J.E.P (02011382227491)
(02011382227371) 9. Putri Vionalita (02011382227435)
4. Ryo Dean Syah (02011382227375) 10. Meyrio Libello (02011382227469)
5. Aditia Izzaturziyan (02011382227383)
01
NUSYUZ
Pengertian
Nusyuz bermakna kedurhakaan istri dan rasa besar diri terhadap suami. Mayoritas ulama
mendefinisikan nusyuz sebagai keluarnya istri dari kewajiban taat pada suaminya atau
perbuatan menyimpang yang timbul dan dilakukan oleh seorang istri kepada suaminya.
Sejarah
Istilah nusyuz sendiri diambil dari kata al-nasyaz, artinya bangunan bumi yang
tertinggi (ma-irtafa’a minal ardi). Makna ini sesuai dengan pengertian yang ada
dalam surat al- Mujadalah (58):11, “waiz\a qila unsyuzu”.
Secara terminologis nusyuz berarti sikap tidak tunduk kepada Allah SWT untuk taat
kepada suami. Sedangkan menurut Imam Ragib sebagaimana dikutip oleh Asghar Ali
Engineer dalam bukunya menyatakan bahwa nusyuz merupakan perlawanan
terhadap suami dan melindungi laki-laki lain atau mengadakan
perselingkuhan.
02
MUT’AH
Pengertian
Dalam Islam, mut’ah dikenal dengan pemberian dari suami terhadap istri yang telah
diceraikan. Adapun pemberian mut’ah diberikan sesuai dengan kemampuan.
Dalam hukum positif arti mut’ah dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam Buku I
Bab I Pasal I huruf (j) yang berbunyi, Mut’ah adalah pemberian bekas suami kepada
istri yang dijatuhi talak, berupa benda atau uang dan lainnya.
Sejarah
Kata mut’ah merupakan bentuk lain dari kata al-mata’, yang berarti sesuatu yang
dijadikan obyek bersenang-senang. Adapun yang dimaksud dengan mut’ah ialah
sesuatu yang diberikan oleh suami kepada istri yang diceraikannya sebagai
penghibur. Hal ini menurut riwayat sejalan dengan pendapat mayoritas Ulama
Hanafiyyah, sesungguhnya Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa mut’ah itu
wajib untuk semua istri yang ditalak. Sebagian Ulama Malikiyyah, seperti Ibnu
Shihab berpendapat semua perempuan yang ditalak di manapun di muka bumi ini
berhak mendapat mut’ah.
03
VERSTEK
Pengertian
Verstek sering dijumpai dalam putusan manakala salah satu pihak berperkara tidak pernah
hadir sepanjang proses
persidangan dilaksanakan.
Sebagai contoh, bila ditemukan kalimat dalam diktum putusan atau mendengar pembacaan
putusan yang dibacakan oleh Ketua Majelis Hakim dalam persidangan yang berbunyi
“Mengabulkan gugatan Penggugat/Pemohon seluruhnya/sebagiannya dengan verstek”,
berarti suami/istri tidak pernah hadir di persidangan meski telah dipanggil secara resmi dan
patut.
Sejarah
Berdasarkan Kamus Hukum, istilah verstek diambil dari kata verstek procedure
yang berarti “acara di luar hadir”, dan verstekvonnis yang berarti “putusan tanpa
hadir atau keputusan di luar hadir tergugat”. Istilah bagi suatu putusan yang
dikeluarkan oleh hakim tanpa hadirnya tergugat yang digunakan dalam Hukum
Acara Perdata di Indonesia adalah verstek.
Ketentuan mengenai verstek diatur dalam Pasal 125 Herziene Indonesich Reglement
(“ HIR ”)/ Pasal 78 Reglement op de Rechtsvordering (“ Rv ”). Dalam hal ini, hakim
diberi wewenang untuk menjatuhkan putusan diluar hadir atau tanpa hadirnya
tergugat.
04
IDDAH
Pengertian
Iddah di dalam agama Islam adalah di mana seorang perempuan yang telah diceraikan oleh
suaminya, baik diceraikan karena suaminya mati atau karena dicerai ketika suaminya
hidup, untuk menunggu dan menahan diri dari menikahi laki-laki lain.
Tujuannya adalah untuk menjaga hubungan darah suaminya. Dikhawatirkan, seorang
wanita sedang mengandung saat akan menikah lagi sehingga anaknya menjadi anak pria
yang dia nikahi.
Sejarah
Al-‘Iddah berasal dari bahasa arab yang artinya sama dengan al-hisab, dan al-ihsha
yaitu bilangan dan hitungan. Dinamakan ‘iddah karena dia mencakup bilangan hari
yang pada umumnya dihitung oleh istri dengan quru’(suci dari haidh atau haidh)
atau dengan bilangan beberapa bulan.
Didalam Kitab Al-Wajiz dijelaskan bahwa ‘Iddah ialah masa menunggu bagi seorang
perempuan untuk mengetahui adanya kehamilan atau tidak, setelah cerai atau
kematian suami, baik dengan lahirnya anak, dengan quru’ atau dengan hitungan
bilangan beberapa bulan.
05
HADHANAH
Pengertian
Sayyid Sabiq mengartikan hadhanah yaitu melakukan pemeliharaan anak-anak yang
masih kecil laki-laki atau perempuan atau yang sudah besar, tetapi belum tamyiz,
atau yang kurang akalnya, belum dapat membedakan antara yang baik dan buruk,
belum mampu dengan bebas mengurus diri sendiri dan belum tahu mengerjakan
sesuatu untuk kebaikannya dan memelihara dari sesuatu yang menyakiti dan
membahayakannya, mendidik serta mengasuhnya, baik fisik ataupun mental atau
akalnya agar mampu menempuh tantangan hidup serta memikul tanggung jawab.
Sejarah
Hadhanah secara etimologi berasal dari Bahasa Arab
yang berarti mengasuh, merawat, memeluk. Menurut Sayyid Sabiq dasar dari kata
hadhanah dapat di sandarkan dari kata Al-hidn yang berarti rusuk, lambung
sebagaimana dinyatakan dalam sebuah uraian:
“Burung itu mengempit telur dibawah sayapnya begitu pula dengan perempuan (ibu)
yang mengempit anaknya”
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai