Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN INTRA-

OPERASI
Anggota Kelompok 7 :

1. Hesti Angraini 2014301060


2. Muhamad Akbar 2014301072
3. Riska Oktafiana 2014301086
4. Zulnisa w. 2014301097
A. Definisi Intra Operatif

Keperawatan intra operatif merupakan bagian


dari tahapan keperawatan pe rioperatif.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah
segala macam aktivtas yang dilakukan oleh
perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang
operasi oleh perawat difokuskan pada pasien
yang menjalani prosedur pembedahan untuk
perbaikan, koreksi atau menghilangkan
masalah-masalah fisik yang mengganggu
pasien.

2
B. Klasifikasi Intra
Operatif

Menurut Parker et al (2010)

a. Bedah Minor adalah operasi pada sebagian kecil dari tubuh


yang mempunyai resiko komplikasi lebih kecil dibandingkan
operasi mayor, dan biasanya pasie yang menjalani operasi minor
dapat pulang pada hari yang sama.

b. Bedah Mayor adalah operasi yang melibatkan organ tubuh


secara luas dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap
kelangsungan hidup klien.
C. Fungsi Keperawatan Intra
Operatif
1. Perawat sirkulasi
Perawat sirkulasi berperan mengatur ruang operasi dan melindungi keselamatan dan kebutuhan
pasien dengan memantau aktivitas anggota tim bedah dan memeriksa kondisi di dalam ruang operasi.
Tanggung jawab utamanya meliputi :

a. Memastikan kebersihan, suhu yang sesuai, kelembapan, pencahayaan, menjaga peralatan tetap
berfungsi dan ketersediaan berbagai material yang dibutuhkan sebelum, selama dan sesudah operasi.
b. Perawat sirkuler juga memantau praktik asepsis untuk menghindari pelanggaran teknik asepsis
sambil mengkoordinasi perpindahan anggota tim yang berhubungan (tenaga medis, rontgen dan
petugas laboratorium).
c. Perawat sirkuler juga memantau kondisi pasien selama prosedur operasi untuk menjamin
keselamatan pasien.

4
2. Perawat instrument
Aktivitas perawat sebagai scrub nurse (perawat instrumen) yaitu :
a. Melakukan desinfeksi lapangan pembedahan dan drapping, mengatur meja
steril menyiapkan alat jahit, diatermi dan peralatan khusus yang dibutuhkan
untuk pembedahan.
b. Membantu dokter bedah selama prosedur pembedahan dengan melakukan
tindakan-tindakan yang diperlukan seperti mengantisipasi instrumen yang
dibutuhkan, spon, kassa, drainage dan peralatan lain.
serta terus mengawasi:
a. General Anastesy yaitu hilangnya seluruh sensasi dan kesadaran termasuk
reflek batuk dan reflek muntah sehingga harus dijaga dari adanya aspirasi.
Biasanya diberikan secara intra vena atau inhalasi.
b. Regional Anastesy yaitu menghambat jalannya impuls saraf ke dan dari area
atau bagian tubuh. Klien kehilangan sensasi pada sebagian tubuhnya tetapi
tetap sadar.
5
Tekhnik Anastesi
Regional :

a. Topikal (Surface) yaitu anastesi langsung pada kulit dan


membran mukosa untuk membuka bagian kulit, luka dan luka
bakar. Misalnya lidocaine dan benzocaine, jenis ini biasanya
cepat diserap dan bereaksi cepat.
b. Local Anastesi (Infiltrasi), yaitu anastesi yang disuntikkan
pada area tertentu dan digunakan untuk pembedahan minor,
misalnya lidocaine atau tetracaine 0,1%.
c. Blick Nerve (Bier Block), obat anastesi disuntikan di daerah
syaraf atau kumpulan syaraf kecil untuk menghasilkan sensasi
pada daerah kecil pada tubuh.
d. Anastesi Spinal yaitu obat anastesi yang disuntikkan ke
daerah subarrachnoid sampai ke spinal cord.
e. Epidural Anastesi, injeksi pada daereh dalam spinal tetapi di
luar duramater

6
Persiapan Intra Operatif :

1. Psikologis Pasien
2.Pengaturan Posisi :
a. Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien
dan keadaan psikologis pasien.
b. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi
pasien adalah :
1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2) Umur dan ukuran tubuh pasien.
3) Tipe anaesthesia yang digunakan.
4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan
(arthritis).

7
Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
3) Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk.
4) Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang
dilindungi untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan.
5) Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
6) Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang
merupakan factor predisposisi terjadinya thrombus.
7) Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan
terjadinya kerusakan otot.
8) Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
9) Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
10) Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami
dislokasi.
11). Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.
12). Penutupan Daerah Steril
13). Mempertahankan Surgical Asepsis
14). Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
15). Monitor dari Malignant Hyperthermia
16). Penutupan luka pembedahan
17). Perawatan Drainase
18) Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.

8
Komplikasi
Komplikasi selama operasi bisa muncul sewaktu-waktu selama tindakan
pembedahan. Komplikasi yang sering muncul adalah :
1. Hipotensi
2. Hipotermi
3. Hipertermi malignan

9
Tindakan Perawatan Luka Bedah

a. Pengertian Mengganti Balutan


Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan
penggatian balutan (ganti verban) dan mencegah terjadinya infeksi,yiatu dengan cara
mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih.

b. Tujuan
1) Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat
menjaga kebersihan luka
2) Melindungi luka dari kontaminasi
3) Dapat menolong hemostatis (bila menggunakan elastis verband)
4) Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
5) Menurunkan pergerakan dan trauma
6) Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
1
0
• Persiapan Alat
Alat-alat steril
Pinset anatomis 1 buah
Pinset sirugis 1 buah
Gunting bedah/jaringan 1 buah
Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
Kassa desinfektan dalam kom tertutup
Sarung tangan 1 pasang
Korentang/forcep
Alat-alat tidak steril
Gunting verban 1 buah
Plester
Pengalas
Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)
1
1
Alat-alat tidak steril
Gunting verban 1 buah
Plester
Pengalas
Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)
Nierbeken 2 buah
Kapas alkohol
Aceton/bensin
Sabun cair anti septik
NaCl 9 %
Cairan antiseptic (bila dibutuhkan)
Sarung tangan 1 pasang
Masker
Air hangat (bila dibutuhkan)
Kantong plastik/baskom untuk tempat sampah

1
2
Pelaksanaan
1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Dekatkan alat-alat ke pasien
3. Pasang sampiran
4. Perawat cuci tangan
5. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
6. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
7. Letakkan pengalas dibawah area luka
8. Letakkan nierbeken didekat pasien
9. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan
menggunakan pinset anatomi, buang balutan bekas kedalam nierbeken.
10. Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan
menahan kulit dibawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan
kearah balutan. (Bila masih terdapat sisa perekat dikulit, dapat dihilangkan dengan
aceton/ bensin)

1
3
Pelaksanaan
11. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat balutan
dengan berlahan
12. Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang kekantong plastic, hindari
kontaminasi dengan permukaan luar wadah
13. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
14. Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan obat luka
dengan memperhatikan tehnik aseptic
15. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
16. Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl 9 %
17. Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan terapi)

1
4
Pelaksanaan
18. Menutup luka dengan cara: balutan kering, balutan basah kering, balutan basah-
basah
19. Plester dengan rapi
20. Buka sarung tangan dan masukan ke dalam nierbeken
21. Lepaskan masker
22. Atur dan rapikan posisi pasien
23. Buka sampiran
24. Evaluasi keadaan umum pasien
25. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering
dan rapi
26. Cuci tangan
27. Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan

1
5
C.Electrosurgery Unit (ESU)
Electrosurgery Unit (ESU) adalah suatu alat bedah dengan menggunakan energy
RF(Radio Frekuensi) 300kHz sampai dengan 3 MHz untuk memotong dan
membekukan tissue/ jaringan, yang mana tergantung pada efek panas yang
disebabkan oleh arus listrik frekuensi tinggi melalui tepi yang tajam.
Pada cut current mode, jaringan dipotong menggunakan elektroda yang mengenai
jaringan dan kapiler yang mana goresan tersebut tersegel kembali (kering) karena
jaringan menyusut. Oleh karena itu cara ini sering disebut “Bloodless Surgery”/
Bedah tanpa darah.
Pada Coag Current Mode, Jaringan dibekukan dengan menggunakan discharging RF
dari elektroda ke jaringan, sehingga terjadi loncatan energy yang dapat menghentikan
pendarahan. Dengan prosedur yang tepat, proses kesembuhan pasca operasi akan
menjadi lebih cepat.
 
 

1
6
THANKS

1
7

Anda mungkin juga menyukai