Anda di halaman 1dari 29

Nofita, M.Si., Apt.

© 2017, Pharmacy Department, Malahayati University – Indonesia


Oleh karena model farmakokinetika
didasarkan pada suatu hipotesis dan
penyederhanaan anggapan, maka
dalam praktek, model diuji
harus percobaan dengan
secara
berbagai kondisi penelitian.
efek obat Kuantitatif

data kinetika obat

hubungan antara kadar/jumlah obat dalam tubuh


dengan intensitas efek yang ditimbulkannya.

daerah kerja efektif obat (therapeutic window)


dapat ditentukan.
 Bentuk yang paling sederhana dapat diperoleh
pada pemberian senyawa bioaktif dengan dosis
tunggal (satu kali pemberian).
 Setelah senyawa bioaktif diberikan dengan
dosis tertentu kemudian dilakukan pengambilan
sampel biologis seperti susu, saliva, plasma,
dan urin untuk diukur kadar senyawa
bioaktifnya pada waktu-waktu tertentu.
Secara umum serum atau plasma sering
digunakan untuk mengukur obat.
 Kadar senyawa bioaktif dan waktu, kemudian
diplot dalam kurva semilogaritmik sehingga
didapatkan profil farmakokinetik.
Perhitungan dilakukan terhadap
parameter-parameter farmakokinetik
meliputi tetapan kecepatan absorpsi
(ka), kadar puncak senyawa bioaktif
dalam darah/ serum/ plasma (Cmax),
tetapan kecepatan eliminasi (ke),
waktu paro eliminasi (T ½) dan luas
daerah di bawah kurva kadar senyawa
bioaktif vs. waktu (AUC).
Tetapan laju absorpsi (Ka) dan Waktu Paruh Absorpsi (t½a)

• Yakni masuknya senyawa bioaktif ke dalam sirkulasi sistemik dari


tempat absorpsinya (saluran cerna pada pemberian oral,
jaringan otot pada pemberian intramuskuler dan sebagainya).
• Tetapan laju absorpsi (Ka) adalah tetapan laju absorpsi orde kesatu
dengan satuan waktu-1. Ka diperoleh dengan membuat kurva antara
waktu absorpsi dengan log Cpdiff kemudian diregresikan sehingga
diperoleh persamaan regresi.
• Harga Ka dapat dihitung dengan rumus:
Ka (waktu-1) = 2, 303 x (-slope) atau
Ka (waktu-1) = 2,303 x (-b)
• Sedangkan t½a dihitung dengan menggunakan rumus:
t½a = 0, 693/Ka
Tetapan laju absorpsi …….. (Lanjutan)

Bila terjadi hambatan dalam proses absorpsi,


akan didapatkan nilai Ka yang lebih kecil. Satuan
dari parameter ini adalah fraksi per satuan waktu
(jam -1 atau menit -1). Selain Ka, gambaran
kecepatan disolusi juga bisa diperoleh dari nilai T
lag (lag-time), yakni tenggang waktu antara saat
pemberian dengan munculnya kadar senyawa
bioaktif di sirkulasi sistemik (darah/serum/
plasma).
Tetapan kecepatan eliminasi (Ke) dan waktu paruh
eliminasi (t½e)

• Tetapan laju eliminasi (Ke) adalah tetapan laju eliminasi order kesatu
dengan satuan waktu-1.
• Harga Ke diperoleh dengan membuat kurva antara waktu eliminasi
dengan log Cp kemudian diregresikan sehingga diperoleh persamaan
regresi.
• Harga Ke diperoleh dengan rumus:
Ke (waktu-1) = 2,303 x (-slope) atau
Ke (waktu-1) = 2,303 x (-b)
t½e = 0,693/Ke
Waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar
maksimum (tmaks)

• tmaks adalah waktu konsentrasi plasma mencapai puncak dapat disamakan dengan waktu
yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi obat maksimum setelah pemberian obat.
• Waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi maksimum tidak tergantung pada
dosis tetapi tergantung pada tetapan laju absorpsi (Ka) dan eliminasi (Ke).
• Harga tmaks dapat dihitung sebagai berikut:

In (Ka/Ke)
tmaks =
Ka – Ke
Kadar maksimum dalam darah (Cpmaks)

• Cpmaks adalah konsentrasi plasma puncak menunjukkan


konsentrasi obat maksimum dalam plasma setelah
pemberian obat secara oral.
• Pada konsentrasi maksimum, laju absorpsi obat sama
dengan laju eliminasi, sehingga harga Cp maks dapat dihitung
dengan rumus di bawah ini:
Cpmaks = Cpo (e-Ke.tmaks – e-Ka.tmaks)
 Nilai ini merupakan resultan proses absorpsi, distribusi dan
eliminasi dengan pengertian bahwa pada saat kadar
mencapai puncak, proses-proses absorpsi, distribusi dan
eliminasi berada dalam keadaan seimbang.
 Selain menggambarkan derajat absorpsi, nilai Cpmaks ini
umumnya juga digunakan sebagai tolok ukur apakah dosis
yang diberikan cenderung memberikan efek toksik atau tidak.
Dosis dikatakan aman apabila kadar puncak senyawa bioaktif
tidak melebihi kadar toksik minimal (KTM).
Volume distribusi (Vd)

Volume distribusi dipengaruhi oleh keseluruhan laju eliminasi dan jumlah perubahan
klirens total obat di dalam tubuh.

Do x F x Ka
Vd =
Cpo (Ka – Ke)
Area di bawah kurva (AUC)

• AUC mencerminkan jumlah total obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik.
• AUC merupakan area di bawah kurva kadar obat dalam plasma – waktu dari t = 0
sampai t = ~ (lihat gambar 2).
• Harga AUC dapat diperoleh dengan cara:
a. AUC dari 0 - n jam, dapat dihitung dengan rumus luas segitiga yaitu ½ x alas x tinggi
b. AUC dari waktu n1 – nx dihitung dengan rumus
Cn-1 + Cn (tn – tn-1)
2

c. AUC dari waktu nx - ~ dihitung dengan rumus


Cpnx
Ke
CALCULATION OF AUC BY TRAPEZOIDAL RULE*

From: Rowland M, Tozer TN. Clinical Pharmacokinetics. p 470.


Klirens total (Cltot)

• Klirens adalah volume plasma yang dibersihkan dari obat


persatuan waktu oleh seluruh tubuh (ml/menit).
• Klirens obat merupakan ukuran eliminasi obat dari tubuh
tanpa mempermasalahkan mekanisme prosesnya.
• Klirens total adalah jumlah total seluruh jalur klirens di
dalam tubuh termasuk klirens melalui ginjal dan hepar.
Cltot = Vd . Ke
 Misalnya klirens penicillin 15 ml/mnt
pada hewan uji dengan volume
distribusi 12 liter, berarti 15 ml dari
12 liter yang dibersihkan dari
senyawa bioaktif per menit. Atau
klirens dapat juga diperoleh dari laju
ekskresi senyawa bioaktif dibagi
konsentrasi senyawa bioaktif dalam
plasma pada waktu tersebut.
Klirens senyawa bioaktif melalui
ginjal dari segi fisiologik dapat
dianggap sebagai rasio dari
jumlah filtrasi glomerulus dan laju
ekskresi aktif dikurangi laju
absorpsi dibagi konsentrasi
senyawa bioaktif dalam plasma
Volume kompartemen sentral (Vp)

• Volume kompartemen sentral berguna untuk menggambarkan


perubahan konsentrasi obat karena merupakan kompartemen yang
diambil sebagai kompartemen cuplikan.
• Vp berguna dalam menentukan klirens obat. Besaran Vp
memberikan petunjuk adanya distribusi obat di dalam tubuh.
• Harga Vp dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Do
Vp =
Ke x [AUC]~
9. Jumlah obat terabsorpsi, persen obat terabsorpsi dan persen obat tidak
terabsorpsi
a. Jumlah obat terabsorpsi menurut waktu dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Ab Cp + Ke [AUC]t
=
Ab~ Ke [AUC]o

b. Persen obat terabsorpsi dapat dihitung dengan menggunakan


rumus:
Ab
% terabsorpsi = x 100%
Ab~
c. Persen obat tidak terabsorpsi :
% obat tidak terabsorpsi = 100% - % obat terabsorpsi
Tetapan laju eliminasi (K)
 Laju eliminasi untuk sebagian besar
senyawa bioaktif merupakan proses order
kesatu. Tetapan laju eliminasi total ini
dipengaruhi oleh proses metabolisme
(biotransformasi) dan eksresi urine, yang
dinyatakan dengan :

K= Km + Ke

Km = tetapan laju metabolisme order kesatu


Ke = tetapan laju ekskresi order kesatu
Faktor-faktor yang memengaruhi Profil Farmakokinetik

Faktor-faktor genetik dan lingkungan termasuk


diet dan penggunaan senyawa bioaktif-senyawa
bioaktif secara bersamaan, variabel fisiologis
seperti umur, jenis kelamin, dan kehamilan dapat
memengaruhi disposisi senyawa bioaktif,
sehingga merubah hubungan antara dosis dan
konsentrasi senyawa bioaktif vs waktu dalam
plasma dan jaringan.
Faktor-faktor yang memengaruhi Profil Farmakokinetik

Cont. ….

Hubungan dosis konsentrasi juga


dipengaruhi oleh ketidaksempurnaan
adsorbsi senyawa bioaktif karena
bioavailabilitas yang rendah,
biotransformasi presistemik beberapa
senyawa bioaktif dengan rute selain i.v. dan
mungkin adanya malabsorpsi karena
keadaan patologis yang memengaruhi
saluran cerna.
PROFIL KINETIK SATU DOSIS
Kadar

9 Kadar puncak 9 / 3 jam

8
T1/2 = 2 jam
8421
4 =
4-6, 6-8, 8-
2 10
1

0 1 3 4 6 8 10 Waktu

AUC = daerah bawah kurva = bioavailabilitas


 1. Cara memakai obat
2. Evaluasi kwalitas obat
PROFIL KINETIK DOSIS
BERULANG

KOP Daerah Toksik


KTM (pagu)

Kadar tunak  4 X T1/2

Jendela
Terapi

KEM (ambang)
KP
KL
Daerah Subterapeutik

0 1 T1/2
2 3 4 T1/2 5 6 Wakt
u
JENDELA TERAPI : KEAMANAN
DAN
EFEKTIFITAS

Jendela Terapi = koridor KOP antara kadar efektif


minimal dg kadar toksik minimal/efektif maksimal
Keamanan KOP > akurat dari keamanan IT
(dosis)

Kurva berbagai dosis obat

Efek Daerah toksik

Kadar tokik minimal


Jendela Terapi

Kadar efektif minimal

0
Dosis
Cara Menghitung Regresi Linear dengan Kalkulator
Berikut adalah tutorial menghitung regresi linear dengan menggunakan kalkulator (dalam hal
ini kalkulator yang digunakan adalah CASIO fx-350MS)

• Pertama, hidupkan kalkulator yang anda pegang, yaitu dengan menekan tombol ON di pojok
kanan atas. Untuk mereset data-data yang telah tersimpan sebelumnya, tekanSHIFT » MODE
» tekan angka 2 » tekan tombol = » AC
• Kedua, tekan MODE sebanyak 2 kali, hingga muncul "COMP 1, SD 2, REG 3" pada layar.
kemudian pilih REG (regresi) dengan menekan angka 3
• Ketiga, pada layar akan muncul "Lin 1, Log 2 Exp 3, dst " pilih Lin (linear) dengan menekan
angka 1
• Keempat, saat ini anda sudah berada pada mode Regresi Linear. Langkah selanjutnya adalah
meng-input data yang biasanya berbentuk X,Y
• Kelima, untuk memasukkan angka-angka X,Y kita dapat mengetikkan angka pertama yaitu
untuk variabel X lalu tekan tombol koma (,) letaknya di atas tombol DEL di bawah tombol cos,
kemudian kita masukkan angka kedua yaitu untuk variabel Y
• Keenam, setelah melakukan langkah kelima di atas, kita harus men-save datanya, yaitu
dengan menekan tombol M+, letaknya di atas tombol AC
• Ketujuh, masukkan semua data dengan cara ulangi langkah 5 dan langkah 6
• Kedelapan, jika semua data telah dimasukkan, kita perlu menampilkan hasil data yang telah
kita input dalam bentuk A, B, X rata-rata, korelasi (r), dst, dengan cara menekan tombol
SHIFT » tekan tombol2, geser panah kekanan sebanyak 2 kali sehingga muncul "A 1, B 2, r 3"
pada layar.
• Terakhir, nah hasil yang telah kita dapat di kalkulator bisa kita masukkan ke dalam rumus

Anda mungkin juga menyukai