Anda di halaman 1dari 22

Teori dan Metode

Penelitian Filologi
Muhammad Nida’ Fadlan
m.nida@uinjkt.ac.id
Mari ingat kembali…!
Tugas Filolog adalah merekonstruksi teks dalam naskah
sehingga mendekati seperti teks yang ditulis pengarang
(autograph)

Dalam hal ini, berarti, filologi membutuhkan ilmu tekstologi


dalam rangka merekonstruksi sejarah transmisi sebuah
teks.

Output dari penelitian filologi adalah EDISI (SUNTINGAN) TEKS yang terbebas dari
segala bentuk kesalahan. Oleh karenanya, filologi disebut juga ILMU KRITIK TEKS
karena melakukan analisis kritis terhadap teks
Selanjutnya…

Kinerja filologi didasarkan bahwa pada masa lampau


marak terjadinya proses penyalinan tulis tangan
terhadap sebuah teks sehingga banyak terjadi varian teks

Varian dalam teks dapat berupa kerusakan (corruptions),


yang meliputi kerusakan fisik atau kesalahan dalam
penyalinan, maupun tambahan dari penyalin (deliberate
interpolation)
Tiga Level Teks

• Autograph (Otograf): Teks mula yang ditulis


oleh pengarang
• Archetypes (Arketip): Teks imajiner, muncul
setelah rekonstruksi dilakukan
• Hiparchetypes (Hiparketip): Teks salinan,
level teks yang paling umum dijumpai
Ilustrasi Level Teks
Teks
Otograf Mula

Arketip α β γ

Hiparketip A B C D E F
Filologi Tradisional vs Filologi Modern

Filologi Tradisional Filologi Modern


Membuat edisi teks dengan cara Merekonstruksi teks, namun tidak
merekonstruksi teks hingga menjadikan pencarian bentuk
mendekati bentuk mula (otograf) mula sebagai prioritas

Tidak melakukan analisis konteks Melakukan analisis konteks

Berangkat dari asumsi bahwa variasi Berangkat dari asumsi bahwa


adalah penyimpangan (corruption) variasi adalah kreasi penyalin
Prinsip Dasar Tugas Filolog
Menjembatani pemahaman masa lalu dan masa
kini dengan cara menghadirkan teks yang bersih
dari kesalahan, ketidakjelasan, dan menyediakan
terjemahan sehingga teks yang diteliti menjadi
teks yang siap dibaca oleh pembaca di masa kini
bahkan bisa memberikan kontribusi untuk kajian
keilmuan lainnya.
Perkembangan Tugas Filolog

• Melakukan interpretasi teks dan konteksnya


• Tugas filolog dianggap belum selesai jika
belum berhasil mengeluarkan makna dan
konteks dari teks-teks yang ditelitinya
(Robson 1994: 13)
Metode dalam Melakukan Kritik Teks

Metode
Metode Metode
Objektif atau
Intuitif Gabungan
Stemma

Metode
Metode
Naskah
Landasan
Tunggal
Metode Intuitif
• Disebut juga sebagai Metode Subjektif
• Menelusuri otograf berdasarkan dugaan usia
naskah tertua
• Dari naskah tertua itu, kemudian dibuatkan
suntingan teks agar lestari
• Metode ini bertahan hingga abad ke-19
Metode Objektif atau Stemma
• Antitesa dari Metode Intuitif, ditemukan oleh
Karl Lachmann pada 1830
• Merekonstruksi kekerabatan (silsilah) teks
berdasarkan kesalahan bersama
• Teks-teks yang memiliki posisi kesalahan tekstual
yang sama, diletakkan sebagai teks yang berasal
dari satu induk yang sama, namun imajiner
(arketip)
Mari kita perhatikan…!
Teks
Mula

α β γ

A B C D E F
Metode Gabungan
• Metode ini digunakan apabila kualitas naskah
dan teks dipandang sama oleh peneliti
• Apabila bacaan dalam masing-masing teks
terdapat perbedaan, maka bacaan mayoritas
akan diambil sebagai landasan pembuatan
suntingan teks
Metode Landasan
• Metode ini dipilih apabila dari sekian banyak teks
ternyata didapatkan satu teks tertentu yang
dipandang unggul kualitasnya.
• Keunggulan kualitas tersebut dapat ditentukan dari
aspek kualitas bacaan, kelengkapan, sejarah teks, dan
sebagainya.
Metode Naskah Tunggal
• Metode ini diterapkan apabila dalam proses
pencarian (inventarisasi), peneliti hanya
menemukan satu buah teks saja. Artinya tidak
ditemukan naskah varian
• Dalam penggunaan metode ini, peneliti jelas
harus berhati-hati karena tidak ada teks
pembanding ketika ditemukan ketidakjelasan
dalam teks ketika menyusun suntingan teks.
Output Penelitian Filologi: Suntingan Teks

Edisi Edisi
Faksimile Diplomatik

Edisi
Edisi Kritis
Campuran
Edisi Faksimile (facsimile edition)
• Melakukan duplikasi teks dengan cara menggandakannya
menggunakan alih media digital
• Kelebihan edisi ini adalah menampilkan teks apa adanya
tanpa ada campur tangan peneliti
• Tantangannya adalah peneliti harus bisa memastikan betul-
betul bahwa teks yang dipilihnya adalah teks yang dekat
dengan otograf
• Selain itu, edisi ini tidak membantu pembaca di masa kini
untuk memahami teks
Edisi Diplomatik (diplomatic edition)
• Edisi ini adalah transkripsi atau penulisan ulang dari
sebuah teks sesuai dengan teks yang dihadapinya.
• Penulisan edisi ini tidak menampilkan teks dengan
bacaan terbaik melainkan hanya menampilkan teks
apa adanya
• Sama seperti edisi faksimile, tantangannya adalah
peneliti harus bisa memastikan betul-betul bahwa
teks yang dipilihnya adalah teks yang dekat dengan
otograf
Edisi Campuran (eclectic edition)
• Seperti namanya, teks ini dihasilkan berdasarkan
ijtihad penelitinya yakni dengan cara mencampurkan
bacaan-bacaan yang dianggap relevan dengan konteks
di dalam teks.
• Artinya, pembuatan edisi ini tidak terpaku pada satu
teks saja.
• Edisi ini merupakan hasil dari penggunaan salah satu
dari metode objektif, gabungan, dan landasan
Edisi Kritis (critical edition)
• Edisi ini dihasilkan karena peneliti ingin mendapatkan
sebuah teks yang memiliki mutu bacaan terbaik (best
readings). Sehingga, dalam pembuatan edisi ini,
peneliti melakukan campur tangan yang sangat dalam.
• Edisi ini digunakan dalam kasus naskah tunggal
• Edisi ini juga digunakan sebagai alternatif dari
inkonsistensi penggunaan metode objektif, gabungan,
maupun landasan.
Ingat…!

Seluruh catatan komentar dan


perbaikan dalam penyusunan
suntingan teks dibuat dalam sebuah
aparat kritik (apparatus criticus)
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai