Anda di halaman 1dari 2

Kebanyakan teks yang sampai pada kita hari ini merupakan teks salinan dari yang aslinya.

Pada
kegiatan penyalinan ini sangat mungkin terjadinya human error dan tentunya hal ini berdampak
pada originalitas teks. Selain itu kondisi manuskrip yang lusuh dan rusak juga menjadi masalah yang
dapat berdampak pada keutuhan isi sebuah teks. Ini merupakan sebuah masalah yang dihadapi dan
harus diselesaikan oleh seorang filolog. Tugas utama seorang filolog adalah merekonstruksi
manuskrip sehingga menghasilkan sebuah teks siap baca untuk khalayak ramai. Proses rekonstruksi
teks tersebut tentunya melalui alur yang tidak singkat dan metode yang beragam. Pada kali ini kita
akan fokus kepada alur dan penelitian filologi.

Pembahasan pertama kita mulai dari alur. Singkatnya alur adalah tahapan-tahapan dalam penelitian
filologi. Terdiri dari 7 tahap yaitu:

1 Pemilihan teks
Pada tahap ini peneliti bebas memilih manuskrip sesuai dengan keinginan dan
ketertarikannya masing-masing. Hal yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah
hendaknya teks yang dipilih sesuai dengan keahlian peneliti dan bahasa yang ada dalamnya
dikuasai dengan baik
2 Inventarisasi naskah
Pada tahap ini peneliti melacak teks dari judul yang dia pilih pada selutuh katalog dan
sumber informasi yang ada.
3 Deskripsi naskah
Kegiatannya adalah menjelaskan aspek fisik manuskrip dan isi teks secara umum
4 Perbandingan naskah dan teks
Pada tahap ini peneliti membandingkan aspek fisik maupun isinya dari sekian manuskrip
yang ia dapat dari tahap inventarisasi naskah. Hasil perbandingan ini akan bermanfaat pada
proses suntingan teks
5 Suntingan teks
Proses rekonstruksi teks dengan metode-metode yang ada (akan dibahas pada pembahsan
selanjutnya). Ini merupakan tahap inti dari penelitian filologi. Kegiatan suntingan teks
terbagi menjadi 4 macam:
a. Faksimile, mendigitalisasi teks secara utuh tanpa campur tangan sedikit pun.
Kekurangannya adalah harus dipastikan bahwa teks tersebut benar-benar dekat
dengan autograph.
b. Diplomatik, proses penulisan (bukan digitalisasi) ulang teks seutuhnya oleh peneliti.
Kekurangan pada model ini adalah sama dengan metode faksimile, yang beda
hanyalah format bentuk hasil akhirnya. Metodenya dinamakan metode
c. Electic, menyunting dengan menggabungkan semua teks yang ada menjadi satu
teks. Kelebihan dari model ini adalah teks yang dihasilkan bisa lebih lengkap
d. Kritis, model ini digunakan ketika naskah yang kita temui adalah tunggal. Pada model
ini peneliti tetap harus menyunting walau tidak ada teks pembanding. Oleh karena
itu dibutuhkan ijtihad yang sangat mendalam pada prosesnya. Kelebihan model ini
adalah bahwa output teksnya merupakan teks dengan bacaan terbaik.
6 Terjemahan teks
Setelah proses penyuntingan perlu dilakukan penerjemahan bilamana teks yang diteliti
tersebut bahasanya asing bagi masyarakat. Disinilah fungsi filolog sebagai komunikator
terwujud.
7 Analisis isi
Yang tak kalah penting dari meynuting teks adalah melakukan kontekstualisasi teks. Hal ini
bertujuan agar pembaca paham tentang sejarah, fungsi, dan motif teks tersebut lahir.
Seperti inilah model kegiatan filologi modern, yaitu dengan menyertakan kontekstualisasi
teks.

Pembahsan terakhir adalah tentang metode penelitian filologi. Terdapat banyak metode
penelitian dan salah satu yang terkenalnya adalah metode stema yaitu metode menyunting
teks berdasarkan hubungan kekerabatan antarteks yang dapat diketahui melalui kesalahan-
kesalahan yang terdapat didalamnya. Metode stema hanya dapat digunakan apabila teksnya
tidak tunggal. Selain itu terdapat juga metode lain seperti intuitif, gabungan, landasan, dan
naskah tunggal.

Anda mungkin juga menyukai