Disusun Oleh
Kelompok 4
Mahasiswa S1 Kebidanan
Alih Jenjang
Anggota Kelompok 4
1
dengan diagnosa bidan G1P0A0 usia 19 tahun, hamil 9 bulan,
inpartu kala I. Pasien mengatakan sudah mengedan sejak 1 jam yang
lalu dan gerak janin berkurang. Pasien terlihat kesakitan dan saat
dilakukan pemasangan kateter terlihat urin bercampur darah. Pada
pemeriksaan didapatkan TB 145 cm, BB 50 Kg, TTV didapat TD
100/60 mmHg, Nadi 112 x/menit, RR 22 x/menit, Suhu 37o C. Pada
pemeriksaan obstetri didapatkan TFU 34 cm, TBJ 3565 gr. Leopold
I-IV : Janin tunggal intrauterine preskep (presentasi kepala), belum
masuk PAP (pintu atas panggul), puki (punggung kiri), His 4-
5’(50”). DJJ 170 x/menit reguler. Tampak bandle ring. Osborn test
(+). VT pembukaan 10 cm, KK (kulit ketuban) (-) kering, bagian
bawah kepala masih tinggi, UUK (ubun-ubun kecil) sulit dinilai.
Klarifikasi
02 Istilah
1) 8) Gerak 15) TTV 22) TBJ 29) His 36)
Rujukan Janin Ketuban
2) 9) Kesakitan 16) TD 23) Leopold 30) DJJ 37) UUK
Diagnosa
3) 10) Kateter 17) Denyut Nadi 24) Janin 31) Reguler
G1P0A0 Urin
4) Hamil 11) Urin 18) Suhu Tubuh 25) Intra Uterin 32) Bundle
Ring
5) Inpartu 12) Darah 19) Respiratory 26) Presentasi 33) Osborn
Rate Kepala Test
6) Pasien 13) Berat 20) Pemeriksaan 27) PAP 34) VT
Badan Obstetri
7) 14) Tinggi 21) TFU 28) Punggung 35)
Mengeda Badan Kiri Pembukaan
n
0 A.
Masalah
Identifikasi
3 Masalah
1) Ny. Risti adalah pasien baru datang ke IGD membawa rujukan bidan dengan diagnosa bidan G1P0A0 usia 19
tahun, hamil 9 bulan, inpartu kala I.
2) Pasien mengatakan sudah mengedan sejak 1 jam yang lalu dan gerak janin berkurang.
3) Pasien terlihat kesakitan dan saat dilakukan pemasangan kateter terlihat urin bercampur darah.
4) Pada pemeriksaan didapatkan TB 145 cm, BB 50 Kg, TTV didapat TD 100/60 mmHg, Nadi 112 x/menit, RR
22 x/menit, Suhu 37o C.
5) Pada pemeriksaan obstetri didapatkan TFU 34 cm, TBJ 3565 gr.
6) Leopold I-IV : Janin tunggal intrauterine preskep (presentasi kepala), belum masuk PAP (pintu atas panggul),
puki (punggung kiri), His 4-5’ (50”).
7) DJJ 170 x/menit reguler.
4) Pada pemeriksaan
a) Bagaimana didapatkan
hasil pemeriksaan TB(TB145
Fisik dancm,
BB) BB 50 Kg,
Ny. Risti TTV didapat
terhadap
TD kehamilan/persalinannya?
100/60 mmHg, Nadi 112 x/menit, RR 22 x/menit, Suhu 370 C.
b) Bagaimana hasil pemeriksaan TTV Ny. Risti terhadap
kehamilan/persalinannya?
a) Bagaimana hasil pemeriksaan TFU Ny. Risti terhadap
5) Padakehamilan/persalinannya?
pemeriksaan obstetri didapatkan TFU 34 cm, TBJ 3565 gr.
b) Bagaimana hasil pemeriksaan TBJ Ny. Risti terhadap
kehamilan/persalinannya?
6) Leopold I-IV : Janin tunggal, intrauterine, preskep (presentasi
kepala), belum masuk PAP (pintu atas panggul), puki
(punggung kiri),
a) Bagaimana Hispemeriksaan
hasil 4-5’(50”). Leopold I-IV Ny. Risti terhadap
kehamilan dan persalianannya?
06 SBR
Warning – Impending 07 Dengan mendorong janin ke PAP
Hasil positif – Mengalami CPD –
Rupture Uteri tidak bisa persalinan pervaginam
Acaman keselamatan Ibu Gawat janin & bundle ring –
dan Janin ancaman Ruptur Uteri – SC cito –
VT pembukaan 10 cm,menyelamatkan
bagian ibu dan janin
bawah kepala masih tinggi, UUK
(ubun-ubun
kecil) sulit dinilai.
Kala II – pembukaan 10 cm
03 08 05
Kepala masih tinggi – UUK sulit dinilai -
belum masuk PAP – CPD – Osborn test
positif
Gawat janin & bundle ring – ancaman
Analisa Masalah Prioitas Berdasarkan
05 Jurnal/Buku
A. Buku Sumber
Sumber
Judul Buku : Ruptur Uterus
Penulis : Brandon M. Togioka dan Tiffany
Tonisma
Update : Tahun 2022
Link :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559209/
semua lapisan.
● Etiologi : Dalam wanita hamil, ada dua populasi yang berisiko
mengalami ruptur uteri : mereka yang memiliki bekas luka
miometrium dari operasi sebelumnya dan mereka yang
memiliki rahim tanpa bekas luka. Penyebab dan faktor risiko
masing-masing kelompok berbeda. Pada Wanita dengan
jaringan parut penyebabnya : TOLAC/VBAC - Di Amerika
Serikat Angka SC meningkat 25% antara tahun 1970 dan 2016
– TOLAC strategi menurunkan SC – meningkatkan resiko
rupture uteri. Sebagian besar ruptur uteri tanpa jaringan parut,
penyebabnya : (1) trauma, (2) kelainan genetik yang
berhubungan dengan kelemahan dinding rahim, (3) induksi atau
augmentasi persalinan yang berkepanjangan, atau (4)
peregangan berlebihan pada dinding rahim.
● Epidemiologi : Diperkirakan satu ruptur uteri terjadi untuk
setiap 5.000 hingga 7.000 kelahiran. Tingkat ruptur uteri
dengan uterus tanpa jaringan parut ditemukan sekitar satu
ruptur per 10.000 sampai 25.000 persalinan
ligamen luas. Ruptur uteri dapat menyebabkan nyeri perut, perdarahan vagina, perubahan pola kontraksi, atau DJJ
abnormal.
Ibu dengan dugaan ruptur uteri, penilaian awal adalah stabilitas hemodinamik. Tekanan darah dan denyut jantung
untuk menilai hipotensi dan takikardia. Gejala umum hipotensi termasuk pusing, pusing, mual, muntah, dan
kecemasan.
Sebagian besar perdarahan yang berhubungan dengan ruptur uteri adalah intraabdominal dan tidak dapat dideteksi
oleh pasien.
Nyeri perut onset akut yang dimulai dengan sensasi "robek” – nyeri dada kaerna darah memasuki peritoneum -
mengiritasi diafragma - menyebabkan nyeri bahu/nyeri dada yang mirip dengan nyeri jantung iskemik.
Pemantauan DJJ - Berkurangnya aliran darah ke janin dapat muncul sebagai bradikardia janin.
Kontraksi uterus dapat menurun, dan kontraksi dapat berhenti pada wanita yang mengalami ruptur uteri.
Identifikasi perdarahan - Pada ruptur uteri, saluran vagina biasanya tidak penuh dengan darah kecuali robekan meluas
ke dalam vagina atau leher rahim.
Pemeriksaan vagina juga dapat mengidentifikasi hilangnya posisi janin (pergerakan bagian presentasi janin menuju
rongga perut), yang dapat terjadi dengan ruptur uteri jika sebagian janin memasuki peritoneum.
Pemeriksaan laboratorium awal yang paling penting adalah
hemoglobin atau hematokrit.
Anestesi endotrakeal umum biasanya diperlukan untuk memfasilitasi pelahiran yang cepat bahkan ketika
epidural persalinan sudah terpasang. Epidural persalinan membutuhkan waktu 5 hingga 15 menit untuk
mencapai blok bedah – memfasilitasi lapartomi
Ruptur uteri membutuhkan penanganan perdarahan ibu. Jalur intravena kedua yang besar harus dipasang, dan
darah harus dipesan dan dibawa ke ruang operasi. Jika akses intravena lubang besar tidak dapat diperoleh, akses
vena sentral dengan pengantar selubung lubang besar harus dipertimbangkan.
Resusitasi awal sering diberikan dengan memasukkan larutan elektrolit Ringer Laktat. Kehilangan darah yang
cepat dan dalam jumlah besar harus segera dilakukan transfusi darah.
Insisi uterus garis tengah, berbeda dengan insisi Pfannenstiel, harus dipertimbangkan bila dicurigai adanya
perdarahan intraperitoneal. Sebuah sayatan garis tengah memberikan eksposur bedah yang lebih baik untuk
identifikasi sumber perdarahan dan dapat memperpendek interval waktu antara sayatan bedah dan pengiriman.
Pada ruptur yang lebih kecil, rahim mungkin dapat diperbaiki. Bila ada ketidakstabilan hemodinamik atau cedera
uterus yang signifikan, histerektomi diindikasikan. Sekitar satu dari tiga wanita yang mengalami ruptur uteri
memerlukan histerektomi.
● Pasca Bedah : Rencana perawatan pascaoperasi didasarkan pada dampak kehilangan darah terhadap
koagulasi, keseimbangan asam-basa, dan stabilitas hemodinamik – pertimbangan rawatan ICU
● Pencegahan : Wanita dengan faktor risiko ruptur uteri harus dididik tentang tanda dan gejala awal
ruptur. Direkomendasikan bahwa wanita yang berisiko tinggi untuk ruptur uteri tinggal di dekat
rumah sakit bersalin mereka.
● Nakes : Respon multidisiplin diperlukan untuk meminimalkan risiko morbiditas ibu dan janin.
Dugaan ruptur uteri memerlukan perhatian segera dan harus ditangani dengan laparotomi segera.
Ketersediaan penyedia dalam kebidanan, anestesi, pediatri, serta personel ruang operasi harus
dipertimbangkan ketika membuat rencana untuk TOLAC. Karena risiko ruptur uteri, TOLAC harus
dilakukan di lokasi yang menawarkan persalinan sesar darurat.
B. Jurnal
Judul Jurnal : Symptomatic Uterine Rupture: A Fifteen Year Review
Penulis : Egle Savukyne, Raimonda Bykovaite-Stankeviciene, Egle Machtejeviene, Ruta Nadisauskiene
and Regina Maciuleviciene
Update : Tahun 2020
Link : https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33138157/
Pathw
06
Pathway Ruptur Uteri
Faktor Predisposisi
ay
- Partus Macet - Plasenta Perkreta/Inkreta
Rupture Uteri
Penangan Manajemen Penanganan Impending Rupture Uteri dengan Ruptur Uteri
07 an
Penanganan Berdasarkan
Skenario Kasus pada Impending
Uteri Imminen diantaranya :
1) Melakukan penilaian ABC (airway, circulation, dan breathing), berikan
O2
2) Pasang Infus untuk mencegah terjadinya syock
3) Pantau ketat KU dan TTV ibu
4) Pantau ketat kesejahteraan janin DJJ dan gerak janin
5) Segera kolaborasi dengan Obgyn akan rencana terminasi kehamilan
dengan SC
6) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi pasien, hasil
pemeriksaan ibu dan hasil pemeriksaan janin, komplikasi yang akan
terjadi serta menjelaskan langkah-langkah penanganan yang tepat dan
pilihan terbaik yang harus diambil segera berdasarkan kondisi ibu dan
janin.
7) Beritahu pasien dan keluarga untuk teminasi kehamilan dengan prosedur
SC, informed consed terhadap tindakan yang berhubungan dengan
persiapan SC Cito
8) Persiapan Donor Darah/Transfusi
9) Lakukan persiapan untuk SC, kolaborasi anestesi dan dokter anak
Terima Kasih !!!