• Prevalensi tinggi
• Diagnosis yang sulit
• Komplikasi tinggi
• Biaya pengobatan tinggi
Classification of DM
Prevalence 1. Type 1
• Autoimmune beta-cell
destruction absolute
2
insulin deficiency
3 5
Type 1 2. Type 2
Type 2
Gestational • Progressive loss of beta-
Others cell insulin secretion
insulin resistance and
relative insulin deficiency
90
3. Gestational Diabetes
4. Others
American Diabetes Association (2019)
Epidemiology of DM
Epidemiology of DM
Patient with classic symptoms of hyperglycemia or hyperglycemic crisis random plasma glucose
> 200 mg/dL (11.1 mmol/L)
HbA1 chart
https://www.diabetes.co.uk
Masalah Diagnosis
• Pasien hanya periksa glukosa darah sewaktu
(tidak puasa)
• Pemeriksaan HbA1c belum ada di FKTP
Upaya mengatasi masalah diagnosis
• Hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
jangan diabaikan
• Menggunakan alat HbA1c yang lebih murah
tapi tetap terstandar NGSP
Pathophysiology
Pathophysiology of Type 2 Diabetes
Diabetes
Obesity
• De Fronzo listed 8
Insulin resistance players in the diabetic
+ orchestra
Genetic Environmental• (ominous octet):
factors Metabolic Syndrome factors – Beta-cell of pancreas
+ – Alpha cell of
pancreas
Beta cells – Liver
dysfunction – Adipose tissue
– Skeletal muscle
– Brain
– Kidney
Type 2 diabetes – Gastrointestinal
“hyperglycemia” tract
Current HbA1c Recommendations
PERKENI Recommendations (2015)
MAJORITY OF T2DM PATIENTS IN ASIA 18
30.0% 30.2% 33.0% 37.8% 32.1%
37.8
70.0% 69.8% 67.0% 62.2% 62.2 67.9%
1. Bryant W, et al. MJA. 2006;185:305–9. 2. Kosachunhanun N, et al. J Med Assoc Thai. 2006;89:S66–71. 3. Lee WRW, et al. Singapore
Med J. 2001;42:501–7. 4. Nagpal J & Bhartia A. Diabetes Care. 2006;29:2341–8. 5. Soewondo P, et al. Med J Indoes. 2010;19:235–44. 6.
Tong PCY, et al. Diabetes Res Clin Pract. 2008;82:346–52. 7. Pan C, et al. Curr Med Res Opin. 2009;25:39–45. 8. Choi YJ, et al. Diabetes
Care. 2009;32:2016–20. 9. Mafauzy M, et al. Med J Malaysia. 2011;66:175–81.
DM tipe 2 and Insulin Resistance
Sel normal Sel Abnormal
Retinopati
Hipertensi Dislipidemia CVD Neuropati
Obesitas Nephropati
UK Prospective Diabetes Study [UKPDS 33] Group, 1998
Komplikasi DM
• Komplikasi akut :
− Hipoglikemia; kadar gula darah terlalu rendah (<60
mg/dl)
− Koma ketoasidosis; akibat kadar gula darah terlalu
tinggi (300-600 mg/dl), disertai tanda dan gejala
asidosis
− SHH (Status Hiperglikemik Hiperosmolar); akibat
kadar gula sangat tinggi (600-1200 mg/dl), tanpa
adanya tanda dan gejala asidosis
Komplikasi DM
MIKROangiopati MAKROangiopati
Retinopati
Diabetikum Stroke
2-4 kali meningkat
Penyebab utama mortalitas
Kebutaan pada kardiovaskular dan
dewasa1,2 stroke5
Nefrropati
Penyakit
Diabetikum
Kardiovaskular
Penyebab 8/10 pasien dengan
utama diabetes meninggal
end-stage akibat kejadian
renal disease3,4 kardiovaskular6
Neuropati
Diabetikum
Menyebabkan Peripheral Arterial
amputasi tungkai Disease
bawah
1
UK Prospective Diabetes Study Group. Diabetes Res 1990; 13:1–11. 2Fong DS, et al. Diabetes Care 2003; 26 (Suppl. 1):S99–S102. 3The Hypertension in Diabetes
Study Group. J Hypertens 1993; 11:309–317. 4Molitch ME, et al. Diabetes Care 2003; 26 (Suppl. 1):S94–S98. 5Kannel WB, et al. Am Heart J 1990; 120:672–676.
6
Gray RP & Yudkin JS. Cardiovascular disease in diabetes mellitus. In Textbook of Diabetes 2nd Edition, 1997. Blackwell Sciences. 7King’s Fund. Counting the cost.
The real impact of non-insulin dependent diabetes. London: British Diabetic Association, 1996. 8Mayfield JA, et al. Diabetes Care 2003; 26 (Suppl. 1):S78–S79.
Kontrol Glikemik yang Ketat dapat
menurunkan Komplikasi
Ekstrapolasi epidemiologis menunjukkan manfaat dari
penurunan rata-rata HbA1c 1%
21% Kematian terkait
Diabetes*
Komplikasi
37% mikrovaskular spt.
HbA1c Penyakit ginjal dan
kebutaan *
1% 14% Serangan
jantung*
Amputasi atau
43% penyakit pembuluh
darah tepi yang fatal *
* p<0.0001
** p=0.035 Stroke **
12%
Stratton IM et al. UKPDS 35. BMJ 2000; 321: 405–412
Komplikasi Kronik di Indonesia
Retinopathy
Neuropathy
Proteinuria
Dialysis
Foot ulcer
Amputation
Angina
Myocard infarc
Heart failure
Stroke
Peripheral VD
n = 1967
Peripheral neuropathy, erectile dysfunction, eye complications, and cardiovascular complications
were most common.
Penyebab kematian pada pasien DM
Upaya pengendalian komplikasi yang tinggi
Reach G. Clinical inertia: a critique of medical reason. Springer International Publishing: Switzerland; 2015.
Clinical Inertia in Type 2 DM
Strain WD, et al. Diabetes Research and Clinical Practice. 2014; 105: 302-12.
Risk Factor of Clinical Inertia
*Thematic vagabonding: goals continually shift over time, so that decisions are never consistent and final goal states are
never achieved.
Connor PJ, Hillen JM, Johnson PE, Rush WA, Blitz G. Clinical inertia and outpatient medical errors. Advances in Patient Safety: Vol 2.p.293-308.
Risk Factors for Clinical Inertia in Healthcare Providers:
Adherence to Guideline
Reach G. Clinical inertia: a critique of medical reason. Springer International Publishing: Switzerland; 2015.
PERKENI Recommendations (2015)
Conservative vs Proactive Management
OAD OAD OAD + multiple
Diet
monotherapy OAD combination daily insulin
10 monotherapy OAD + injections
uptitration basal insulin
Conservative
9
HbA1c (%)
management
(traditional stepwise
approach) 8
6 Diet
10 OAD monotherapy
OAD +
9 multiple
HbA1c (%)
6
Duration of diabetes
HbA1c, glycated haemoglobin; OAD, oral anti-diabetic agent.
1. Del Prato S, et al. Int J Clin Pract. 2005;59;1345–55. 2. Campbell IW, et al. Br J Cardiol. 2000;7:625–31.
PROFIL OBAT ANTIHIPERGLIKEMIA
ORAL YANG TERSEDIA DI
INDONESIA
FARMAKOKINETIK INSULIN
EKSOGEN BERDASARKAN WAKTU
KERJA
FARMAKOKINETIK INSULIN
EKSOGEN BERDASARKAN WAKTU
KERJA
Upaya pembiayaan terapi yang tinggi
Diet
Management
Oral Anti
Diabetic And or Physical Activity
Insulin Injection
Monitoring Education
EDUKASI
Tahapan Edukasi:
1. Edukasi Tingkat Pertama
Diberikan kepada masyarakat umum, baik penyandang/non penyandang DM:
• Pengertian diabetes melitus
• Penatalaksanaan DM secara umum
• Pengaturan pola makan
• bentuk aktivitas fisik yang dianjurkan
• Obat-obatan untuk mengendalikan kadar glukosa darah
• Pemantauan glukosa darah
• Pengelolaan faktor risiko tingkat individu, kelompok dan masyarakat.
2.Edukasi Tingkat Lanjut
Edukasi ini diberikan khusus kepada penyandang DM :
• Komplikasi akut
• Komplikasi kronis
• DM dengan penyakit penyerta
• Pencegahan kaki diabetes
• DM di bulan ramadan
Bentuknya
1. Penyuluhan
ceramah, seminar, workshop, penyiaran radio,
penyiaran televisi, penyampaian pesan pada poster,
lembar balik, leaflet dan sebagainya
2. Konseling
Individual atau kelompok
3. Pelatihan
Penguatan kapasitas pencegahan dan pengendalian
DM bagi para kader kesehatan/ pekerja sosial/ relawan/
tokoh penggerak masyarakat sebagai upaya
peningkatan kemandirian masyarakat
SDM TERLATIH
Dokter umum
Tenaga perawat kesehatan, bidan, tenaga gizi, tenaga penyuluh
kesehatan atau petugas kesehatan lainnya di fasilitas pelayanan
kesehatan yang telah mengikuti pelatihan pengelolaan DM.
46
Tepung & makanan yang terbuat dari
tepung-tepungan (HINDARI / BATASI)
GULA ???
Minyak / makanan yang mengandung lemak
tinggi (HINDARI / BATASI)
Makanan Rendah Kalori (DIANJURKAN)
50
TERAPI AKTIVITAS FISIK
• Penilaian aktivitas fisik dilakukan paling sedikit setiap tiga bulan
sekali untuk merencanakan latihan fisik yang sesuai dengan
kemampuan tubuh. Rencana latihan fisik berupa
penggabungan aktivitas fisik yang dilakukan saat ini dengan
tingkat latihan fisik sampai batas toleransi. Dianjurkan 150
menit/ minggu (durasi 30-45 menit dengan interval 3-5 kali/
minggu) dengan aktivitas fisik aerobik intensitas sedang (50-
70% maximum heart rate). Kegiatan ini dilakukan dengan
memperhatikan kemungkinan komplikasi diabetes melitus yang
dapat timbul selama berjalan. Target dari kegiatan ini berupa
kepatuhan para penyandang diabetes melitus untuk melakukan
latihan fisik secara teratur sehingga berat badan ideal dan
kendali gula darah dapat tercapai.
Keuntungan Latihan Fisik utk Pasien Diabetes:
• Menurunkan faktor risiko kardiovaskular
Horton ES. Exercise. Therapy for Diabetes Mellitus and Related Disorders. In: Medical Management of Type 2 Diabetes.
7th Edition. American Diabetes Association, 2012.
PEMANTAUAN KEBERHASILAN PENGOBATAN
Peserta BPJSK: Peningkatan benefit (Promotif & Preventif), Peningkatan kualitas kesehatan
Paparan Resmi PT Askes (Persero) BPJS Kesehatan: Pengelompokan & pencegahan risiko sakit dan strategi pengendalian biaya www.ptaskes.com
Program rujuk balik
56
PERATURAN PENDUKUNG KEBIJAKAN
• Permenkes 71/2015 tentang penanggulangan PTM
• INPRES NO 1 TAHUN 2017 TENTANG GERMAS
• PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR TARIF PELAYANAN
KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN
KESEHATAN
• PERMENDAGRI 18/2016, PERMENKES 4/2019 Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada SPM Kesehatan
1.Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif
2.Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi
3.Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus
*p<0,0001, **p=0,035
Stratton IM et al, UKPDS 35, BMJ2000, 321: 405-412
RUJUK BALIK
Pelayanan obat program rujuk balik diberikan untuk penyakit kronis meliputi
diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK), epilepsi, gangguan kesehatan jiwa kronik, stroke,
dan Sindroma Lupus Eritematosus (SLE)
Pelayanan obat program rujuk balik : MENGGUNAKAN OBAT RUJUK BALIK
YANG TERCANTUM DI FORNAS, diberikan oleh ruang farmasi, apotek atau
instalasi farmasi klinik pratama yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Harga obat program rujuk balik yang ditagihkan kepada BPJS Kesehatan
mengacu pada harga dasar obat sesuai e- Catalogue ditambah biaya
pelayanan kefarmasian.
PEMERIKSAAN PENUNJANG RUJUK BALIK
64
KEBIJAKAN PENGENDALIAN OBESITAS Program
Indonesia
Peningkatan upaya promotif dan preventif Sehat
dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat
melalui penyelenggaraan Posbindu PTM. Advokasi,
Penguatan sistim
Kemitraan, kesehatan untuk
Peningkatan peran multidisiplin dan lintas Kepimpinan diagnosis dini dan
tatalaksana
sektoral melalui mekanisme kemitraan dan dan obesitas
Manajemen
jejaring kerja
Penguatan peran pemerintah khususnya
pemerintah daerah sesuai dengan kearifan Penguatan Riset,
lokal/karakteristik setempat dalam semangat Promosi
Kesehatan dan
Surveilans dan
Monev program
otonomi daerah. Penurunan Faktor
pengendalian
Risiko
Pendekatan berjenjang dari masyarakat obesitas
CEK KADAR
GULA DARAH
INDEKS
CEK LINGKAR MASSA
PERUT TUBUH (IMT)
KRITERIA PENGENDALIAN DM DAN
OBESITAS