Anda di halaman 1dari 25

Kode Etik Profesi

Pemahaman, Konsep Dasar, dan


Penerapan pada Profesi Ahli Perencanaan Kota dan
Wilayah

Oswar Mungkasa
Anggota Majelis Kode Etik
Pengurus Nasional IAP

Pembekalan dan Sertifikasi Gelombang I IAP Jabar Tahun 2021


27 Maret 2021
Kisi Tayangan
.
2

Pemahaman
Konsep Dasar
Belajar dari Mancanegara : Kode Etik
Perencana Kota dan Wilayah Afrika Selatan

10/12/2023
Pemahaman Kode Etik (1)
.

 sistem norma, nilai dan juga aturan profesional secara tertulis dan
sistematis dengan tegas menyatakan baik dan benar, serta hal-
hal yang tidak benar atau tidak baik bagi sebuah profesi
 norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun
di tempat kerja.
 kaidah moral yang berlaku khusus untuk orang-orang profesional
di suatu bidang tertentu (Sonny Keraf). Moral ini merujuk pada
tindakan, perilaku seseorang yang memiliki nilai positif sesuai
dengan norma yang ada di suatu masyarakat.
 norma dan etika yang mengikat perilaku pelaku dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan (pasal 43 UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Pemahaman Kode Etik (2)
.

pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam


melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari (UU
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian)
disusun dan disepakati bersama oleh pihak-pihak yang
berada di lingkup kerja tertentu, atau organisasi profesi (self
regulation)
etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan
dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu
sendiri (Isnanto, 2009).
Apabila terjadi pelanggaran terhadap kode etik, maka tidak
akan diadili oleh pengadilan hal ini disebabkan karena kode
etik tidak selalu melanggar hukum.
Tujuan Kode Etik
.

Menjunjung Tinggi Martabat Profesi  mencegah tindakan


yang mencemari nama baik profesi
Meningkatkan pengabdian para anggota  mndorong
timbulnya rasa bangga dan memiliki terhadap organisasi
Meningkatkan mutu profesi dan organisasi profesi 
memuat norma-norma tentang anjuran agar setiap anggota
profesi selalu berusaha meningkatkan mutu para
anggotanya, sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain
itu, kode etik juga mengatur tentang bagaimana cara
memelihara serta meningkatkan mutu organisasi profesi.
Fungsi Kode Etik
.

Biggs dan Blocher (1986) menyatakan bahwa setidaknya


fungsi kode etik mencakup
 Melindungi suatu profesi dari campur tangan pihak
luar
 Mencegah terjadinya suatu pertentangan internal di
dalam sebuah profesi.
 Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik sebuah
profesi.
 Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
 Sebagai sarana pengendalian sosial bagi masyarakat
atas profesi yang bersangkutan.
Prinsip Dasar Kode Etik
.

 Tanggung Jawab  bertanggungjawab terhadap pelaksanaan dan


hasil pekerjaan. Selain itu, bertanggungjawab terhadap dampak yang
mungkin terjadi dari profesinya bagi kehidupan orang lain atau
masyarakat umum.
 Keadilan  mengedepankan keadilan dalam menjalankan
pekerjaannya tanpa pandang bulu
 Otonomi  memiliki wewenang dan kebebasan dalam menjalankan
pekerjaan sesuai dengan profesinya, sehingga memiliki hak untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan
mempertimbangkan kode etik profesi.
 Integritas Moral  kualitas kejujuran dan prinsip moral dalam diri
seseorang yang dilakukan secara konsisten dalam menjalankan
profesinya. Artinya, seorang profesional harus memiliki komitmen
pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan
masyarakat.
Nilai Inti Kode Etik (1)

 Dapat dipercaya (trustworthiness)  mencakup kejujuran,


integritas, reliabilitas, dan loyalitas. Kejujuran menuntut itikad baik untuk
mengemukakan kebenaran. Integritas berarti bahwa seseorang bertindak
dengan kesadaran yang tinggi, dalam situasi apapun. Reliabilitas berarti
melakukan semua usaha yang masuk akal untuk memenuhi
komitmennya. Loyalitas adalah tanggung jawab untuk mengutamakan
dan melindungi berbagai kepentingan masyarakat dan organisasi
tertentu.
 Penghargaan (respect)  mencakup gagasan seperti kepantasan
(civility), kesopansantunan (courtesy), kehormatan, toleransi, dan
penerimaan.
 Pertanggungjawaban (responsibility)  bertanggung jawab atas
tindakannya serta dapat menahan diri. Pertanggungjawaban juga berarti
berusaha sebaik mungkin dan memberi teladan dengan contoh,
mencakup juga ketekunan serta upaya untuk terus melakukan perbaikan.
Nilai Inti Kode Etik (2)

Keadilan (fairness)  mencakup isu tentang kesamaan


penilaian, sikap tidak memihak, proporsionalitas,
keterbukaan, dan keseksamaan. Perlakuan yang layak
berarti bahwa situasi yang serupa akan ditangani dengan
cara yang serupa pula.
Perhatian (caring)  bersungguh-sungguh memperhatikan
kesejahteraan pihak lain dan mencakup tindakan yang
memperhatikan kepentingan sesama serta memperlihatkan
perbuatan baik.
Kewarganegaraan (citizenship)  termasuk kepatuhan pada
undang-undang serta melaksanakan kewajibannya sebagai
warga negara agar proses dalam masyarakat berjalan
dengan baik, dan melindungi sumber daya yang ada.
Dilema Etika

Setiap orang melakukanya  pembenaran terhadap sebuah


tindakan karena setiap orang lain juga melakukan hal yang
sama dan karena itu merupakan perilaku yang dapat
diterima.
Jika sah menurut hukum, hal itu etis  contohnya
seseorang tidak memiliki kewajiban untuk mengembalikan
suatu barang yang hilang kecuali pihak lain dapat
membuktikan bahwa barang tersebut miliknya.
Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya  Filosofi
tindakan didasarkan pada peluang orang lain akan
menemukan perlaku tersebut, dan besarnya kerugian
(konsekuensi) yang akan diterimanya jika hal itu terbongkar.
Kode Etik
Perencana Kota dan Wilayah

AFRIKA SELATAN
Pendahuluan
Kode Etik Perencana Kota : Afrika
(1) Selatan
12

 Prinsip Kode Etik berasal baik dari nilai umum masyarakat


maupun dari tanggungjawab profesi perencanaan untuk
melayani kepentingan publik.
 Upaya melayani kepentingan publik didasari seperangkat prinsip
utama yang memandu tindakan dan perilaku.
 Prinsip tersebut menetapkan ukuran yang wajib dan aspirasi.
Standar aspirasi menggambarkan perilaku yang diupayakan
untuk ditegakkan.
 Meskipun kepatuhan terhadap standar aspirasi tidak mudah
terukur, namun bertindak sesuai dengan aspirasi ini adalah
harapan kita sebagai profesional.
 Standar wajib menetapkan persyaratan yang tegas, membatasi
bahkan melarang melakukan perilaku tertentu dalam ranah
publik 10/12/2023
Pendahuluan (2)

 Kode Etik ini merupakan


 Ukuran pencapaian nilai sosial dalam mengejar tujuan
kepentingan publik
 Ukuran perilaku baik dan buruk
 Ukuran komitmen terhadap profesi perencanaan
 Ukuran akuntabilitas kepada publik yang dilayani
Tujuan Kode Etik (1)
14

 menetapkan standar tinggi bagi diri kita sendiri dan bercita-cita


untuk memenuhi standar ini di semua aspek kehidupan baik di
tempat kerja, rumah, dan dalam pelayanan terhadap profesi.
 Mengartikulasikan kondisi ideal yang dicita-citakan serta
perilaku yang wajib baik sebagai profesional maupun
sukarela.
 Menanamkan kepercayaan pada profesi perencanaan kota
dan daerah dan membantu perencana untuk menjadi
profesional yang lebih baik.

10/12/2023
Tujuan Kode Etik (2)
15

 Sebagai kesepakatan pemahaman bersama tentang perilaku


yang patut.
 Mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan dengan
kepentingan diri sendiri.
 Membantu perencana untuk membuat keputusan yang tepat
ketika dihadapkan dengan situasi sulit yang dapat
membahayakan integritas atau sistem nilai.
 Membuat model yang berfungsi sebagai katalis bagi orang lain
untuk belajar, menulis tentang etika dan nilai-nilai.
 Membangun dasar yang kuat bagi perkembangan profesi.

10/12/2023
Prinsip Dasar (1)

Integritas  Perencana perlu bertindak dengan


integritas dan kepatutan. Integritas tidak hanya
mengacu pada mengetahui kebenaran tindakan tetapi
memiliki kekuatan moral dan keberanian untuk
bertindak. Kepatutan berarti berperilaku benar sesuai
dengan tugas dan peran.
 Inspirasi  (i) setia pada profesi; (ii) menjunjung
tinggi moral perencanaan; (iii) menjadi contoh
kebajikan
Prinsip Dasar (2)

 Bertanggungjawab (responsibility)  kewajiban untuk mengakui


keputusan, tindakan yang diambil dan hasilnya, baik yang
berhasil maupun gagal.
 Aspirasi  (i) memutuskan dan bertindak berdasar kepentingan
umum dan lingkungan; (ii) mengerjakan pekerjaan yang sesuai
dengan kapasitas, pengalaman, keterampilan dan kualifikasi.;
(iii) ketika mengikuti lelang pekerjaan, selalu berkesesuaian
dengan kompetensi dan kualifikasi baik organisasi maupun
individual; (iv) memenuhi komitmen yang telah disepakati; (vi)
bertanggungjawab terhadap kesalahan dan melakukan
perbaikan. Melaporkan kesalahan yang dilakukan oleh pihak
lain kepada pihak berwenang; (vii) melindungi informasi rahasia
yang telah dipercayakan; (viii) menegakkan kode Etik ini dan
saling bertanggungjawab.
Prinsip Dasar (3)

 Bertanggungjawab (responsibility)
 Wajib  (i) mengetahui dan menegakkan kebijakan, aturan,
regulasi dan hukum yang terkait; (ii) melaporkan perilaku ilegal
dan tidak etis kepada pengelola dan jika perlu kepada pihak
yang terdampak; (iii) tidak terlibat dalam perilaku ilegal,
termasuk tetapi tidak terbatas, pada pencurian, penipuan,
korupsi atau penyuapan; (iv) tidak mengambil hak pihak lain,
termasuk hak intelektual. Selain itu, tidak membantu atau terlibat
dalam perilaku ilegal.; (v) melindungi pihak pelapor perilaku
ilegal; (vi) hanya melaporkan pelanggaran etika berdasar fakta;
(vii) menghukum pihak yang membuat tuduhan palsu; (viii)
menghukum pihak yang mengancam pihak lain yang peduli
terhadap pelanggaran etika; (ix) menyampaikan pelanggaran
Kode Etik pada pihak berwenang untuk diselesaikan.
Prinsip Dasar (4)

 Menghargai (respect)  memperlakukan orang lain dengan


hormat setiap saat, yang berarti tidak menggunakan istilah
menghina terhadap orang lain, menghargai hak orang lain,
memperlakukan orang dengan sopan dan mengakui berbagai
peran yang dimainkan orang lain dalam pengambilan
keputusan. Menghargai adalah tugas kita untuk menunjukkan
rasa hormat yang tinggi kepada diri kita sendiri, orang lain, dan
sumber daya yang dipercayakan kepada kita. Sumber daya
yang dipercayakan dapat mencakup orang, uang, reputasi,
keselamatan dan sumber daya alam atau lingkungan.
Penghargaan menimbulkan kepercayaan, kepercayaan diri,
dan keunggulan kinerja melalui gotong royong. Rasa hormat
mendorong dan menghargai keberagaman pandangan
Prinsip Dasar (5)

Menghargai (respect)
 Aspirasi  (i) memahami norma dan kebiasaan pihak lain dan
menghindari perilaku yang dapat menyinggung pihak lain; (ii)
mendengarkan pandangan pihak lain, dan berupaya memahaminya;
(iii) melakukan pendekatan langsung pada pihak lain yang terlibat
konflik atau ketidaksepakatan dengan kita; (iv) berperilaku profesional
walaupun pihak lain tidak berperilaku sama; (v) tidak menanggapi
komentar negatif terhadap pihak lain; (vi) tidak menyerang kolega dari
disiplin ilmu lain
 Wajib  (i) berunding dengan niat baik; (ii) tidak memanfaatkan
kekuasaan baik keahlian maupun kewenangan untuk mempengaruhi
keputusan atau tindakan pihak lain dalam rangka memperoleh manfaat
sendiri di atas kerugian pihak lain; (iii) tidak bertindak kasar pada pihak
lain; (iv) menghargai milik orang lain.
Prinsip Dasar (6)

 Berlaku Adil (fairness)  membuat keputusan dan bertindak tidak


memihak dan obyektif. Berperilaku bebas dari kepentingan diri sendiri,
prasangka, favoritism. Membuat keputusan semata-mata berdasar
profesionalisme.
 Aspirasi  (i) terbuka dalam proses pengambilan keputusan; (ii)
terus menerus menguji ketidakberpihakan dan obyektifitas,
mengambil tindakan perbaikan terkait; (iii) menyediakan akses
setara terhadap informasi kepada pihak yang membutuhkan; (iv)
memberi kesempatan yang sama kepada semua perencana kota
dan wilayah
 Wajib  (i) secara aktif mengungkapkan setiap peluang atau
kejadian nyata konflik kepentingan diantara pihak terkait; (ii)
menghindari konflik kepentingan dengan secara terus menerus
mencari kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dan
menyelesaikannya;
Prinsip Dasar (7)

 Berlaku Adil (fairness)


 (iii) Tidak mempekerjakan atau memecat, memberi hadiah atau
hukuman, atau menolak kontrak berdasar pertimbangan pribadi,
termasuk dan tidak terbatas pada favoritisme, nepotisme dan
penyuapan; (iv) tidak membedakan berdasar, tetapi tidak terbatas
pada, gender, suku, usia, agama, disabilitas, kebangsaan atau
orientasi seks; (v) melaksanakan aturan organisasi tanpa
favoritisme atau prasangka
 Kejujuran (honesty)  memahami kebenaran dan bertindak secara
benar baik dalam berkomunikasi dan berperilaku. Hal ini berarti
mematuhi hukum, memantau perilaku sejujurnya, mengungkapkan
peluang dan konflik kepentingan nyata.
Prinsip Dasar (8)

 Kejujuran (honesty)
 Aspirasi  (i) bersungguh-sungguh berupaya memahami dan
menemukan kebenaran, (ii) berkomunikasi dan berperilaku
secara jujur; (iii) menyediakan informasi akurat dan tepat
waktu; (iv) membuat komitmen dan janji, baik eksplisit
maupun implisit, dengan jujur; (v) berusaha menciptakan
suasana yang aman bagi pihak yang ingin berbagi fakta
 Wajib  (i) tidak terlibat atau membenarkan perilaku yang
dirancang untuk menipu orang; termasuk tapi tidak terbatas
pada, membuat pernyataan yang menyesatkan,
menyampaikan hanya sebagian informasi, memberikan
informasi di luar konteks; (ii) tidak terlibat dalam perilaku tidak
jujur dengan maksud memperoleh manfaat pribadi atau
merugikan pihak lain.
Pelaksanaan

Kode Etik akan diselesaikan melalui pengumpulan Kode


Etik yang telah ditandatangani para pihak
Komite Disiplin akan mendengar dan mengadili seluruh
kasus
Seperangkat peraturan dan prosedur akan melengkapi
terkait laporan kasus, bagaimana penanganannya, hak
pelapor dan terlapor. Komite Banding akan mendengar
seluruh kasus
Rancangan Kode Etik, setelah disetujui Dewan Kota,
disiapkan untuk pemangku kepentingan melakukan review
sebelum dapat diakses pada internet. Tanggapan akan
diakomodasi dan dijadikan masukan penyempurnaan
Terima kasih
25

Sumber:
 https://seputarilmu.com/2020/03/kode-etik-menurut-para-ahli.html
 https://seputarilmu.com/2019/10/moral.html
 https://haloedukasi.com/kode-etik
 R.Rizal Isnanto, ST, MM, MT, Buku Ajar Etika Profesi, Fakultas Teknik Univeritas
Diponegoro, Semarang, 2009.
 M. Prawiro. Etika Profesi: Pengertian, Fungsi, Prinsip, dan Contohnya, 2018.
 South African Council for Planners. Code of Ethics and Professional Conduct, 2011.

oswar.mungkasa63@gmail.com
pitt.academia.edu/oswarmungkasa
www.researchgate.net/profile/Oswar_Mungkasa2

10/12/2023

Anda mungkin juga menyukai