Anda di halaman 1dari 35

PENANGGULANGAN PENYAKIT TIDAK

MENULAR TERPADU DI FKTP

Pelatihan Pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular di FKTP,


Grand Q. Agustus 2021
Hello!
Vebriyani Muhtar, SKM
Pengelola Program PTM Dinkes
Kab.Gorontalo Utara
085240750444
TOT PANDU PTM 2018
PENGENDALIAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR

E3
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

ID
SL

TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan Pengendalian Terpadu PTM di
FKTP sesuai dengan Permenkes Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit Tidak
Menular

TUJUAN KHUSUS

e rP
1.Pengendalian terpadu faktor risiko PTM

w
Po
2. Penanggulangan PTM Terpadu di FKTP

of
er
ow
eP
3. Upaya Rehabilitatif

Th
PENYAKIT TIDAK MENULAR

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang tidak


bisa ditularkan dari orang ke orang dan perkembangannya
berjalan perlahan dalam jangka waktu yang panjang (kronik)
1) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
2) Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik
3) Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi
4) Penyakit Kanker dan Kelainan Darah
5) Gangguan Indera dan Fungsional

4
A. PENGENDALIAN TERPADU FAKTOR RISIKO PTM
Ruang Lingkup
Upaya pencegahan, pengendalian, dan tata laksana yang
terintegrasi untuk tindak lanjut faktor risiko dan penyakit tidak
PELAYANAN menular (penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, penyakit
paru kronis, dan kanker) serta PTM lainnya di Puskesmas dan
TERPADU PTM FKTP

(PANDU PTM) Sasaran


Penduduk usia 15 tahun ke atas yang datang ke
Puskesmas/FKTP untuk kunjungan sakit maupun kunjungan
sehat
B. TATALAKSANA

• Tatalaksana PTM di puskesmas dilaksanakan secara


terpadu (terintegrasi) mulai saat ditemukan faktor
risiko sampai pada penatalaksanaannya.
.

Merokok sebagai suatu faktor risiko bersama PTM, maka jika


pasien dengan riwayat merokok/bekas perokok datang ke
puskesmas dengan gejala pernapasan (asma, PPOK, curiga
kanker paru), maka dokter juga harus memikirkan kemungkinan
pasien tersebut juga memiliki penyakit jantung/kardiovaskular
atau metabolik (DM) atau PTM yang lainnya.
PENDEKATAN FAKTOR RISIKO MEROKOK
SEBAGAI FAKTOR RISIKO BERSAMA PTM
•BATUK KRONIS
•SESAK - PPOK
•PRODUKSI PERNAPASAN
- ASMA

ME
SPUTUM -CURIGA
KANKER
PARU

RO
•HIPERTENSI

KO
ANGINA,
•SESAK JANTUNG DAN INFARK
•NYERI DADA PEMBULUH DARAH MIOCARD
•HIPERKOLESTEROL

K
•SAKIT KEPALA

•OBESITAS
•SERING MAKAN DIABETES
•SERING MINUM METABOLIK
MELITUS
•SERING KENCING
PREDIKSI RISIKO
PTM
PENILAIAN PREDIKSI RISIKO PTM
1. Memprediksi risiko seseorang menderita penyakit kardiovaskuler 10 tahun mendatang,
berdasarkan jenis kelamin, umur, tekanan darah sistolik, status merokok
2. Menggunakan Tabel Prediksi Risiko PTM
3. Diadaptasi dari “WHO Cardiovascular Disease Risk Charts” yang dikeluarkan tahun
2020
4. Terdapat 2 jenis tabel prediksi risiko PTM, yaitu:
 Berdasarkan hasil laboratorium (memerlukan nilai kolesterol total dan diagnosis
diabetes melitus) dan
 Tanpa hasil laboratorium (memerlukan nilai IMT)
KAPAN KARTU PREDIKSI RISIKO PTM
( CARTA ) DIPERGUNAKAN ?

• Kartu prediksi risiko PTM digunakan untuk


Digunakan untuk skrining, terutama pada:
menilai dan mengendalikan risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah berdasarkan • Usia > 40 tahun
faktor risiko seperti hipertensi, DM dan •Perokok
merokok sebagai titik awal penilaian (entry
•Lingkar perut > Normal
point)
•Riwayat hipertensi pada keluarga
•Riwayat DM atau penyakit ginjal pada
keluarga
Cara penggunaan tabel prediksi risiko ptm
(Dengan hasil laboratorium)

1. Tentukan dahulu apakah orang yang 5. Tekanan darah (TD) yang dipakai adalah tekanan darah
diperiksa penyandang DM atau tidak. sistolik – lihat nilai sistolik pada lajur paling kanan.
Gunakan kolom yang sesuai dengan 6. Lihat kolom konversi kadar kolesterol total pada lajur bawah
statusnya. (pada tabel digunakan satuan mmol/l, sedangkan di
2. Kemudian tentukan kolom jenis Indonesia umumnya menggunakan satuan mg/dl, angka
kelaminnya (laki-laki di kolom kiri konversi tercantum).
dan perempuan di kolom kanan). 7. Tarik garis dari blok umur ke arah dalam, kemudian tarik
3. Tentukan status merokok apakah garis dari TD ke arah dalam dan nilai kolesterol ke atas,
merokok atau tidak, sesuaikan di angka dan warna kotak yang tercantum pada titik temu
kolomnya masing-masing antara kolom umur, TD, dan kolom kolesterol menentukan
4. Selanjutnya tetapkan blok usia. Lihat besarnya risiko untuk mengalami penyakit kardiovaskular
lajur angka paling kiri (misalnya untuk dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.
usia 46 tahun pakai blok usia 45-49 8. Penilaian berdasarkan tingkat risiko ini dilanjutkan dengan
tahun, 68 tahun pakai blok 65-69 tata laksana
tahun, dst
Cara penggunaan tabel prediksi risiko ptm
(tanpa hasil laboratorium)
4. Tekanan darah (TD) yang dipakai adalah tekanan darah
1. Tentukan dahulu kolom jenis sistolik – lihat nilai sistolik pada lajur paling kanan.
kelaminnya (laki-laki kolom kiri 5. Lihat kolom IMT (Indeks Masa Tubuh) pada lajur
dan perempuan kolom kanan). bawah.
2. Tentukan status merokok apakah 6. Tarik garis dari blok umur ke arah dalam, kemudian
merokok atau tidak, sesuaikan di tarik garis dari titik tekanan darah ke arah dalam dan
kolomnya masing-masing nilai IMT ke atas, angka dan warna kotak yang
3. Selanjutnya tetapkan blok usia. tercantum pada titik temu antara kolom umur, TD
Lihat lajur angka paling kiri sistolik dan kolom IMT menentukan besarnya risiko
(misalnya untuk usia 46 tahun untuk mengalami penyakit kardiovaskular dalam kurun
pakai blok usia 45-49 tahun, 68 waktu 10 tahun mendatang.
tahun pakai blok 65-69 tahun, dst 7. Penilaian berdasarkan tingkat risiko ini dilanjutkan
dengan tata laksana
ALGORITME PANDU 2022
KUNJUNGAN PERTAMA
Langkah 1 : KRITERIA RUJUKAN
Tanyakan tentang keluhan, Riwayat  TDS > 200mmHg, TDD >120 mmHg
penyakit, Obat-obatan yang di konsumsi,  TDS > 140 mmHg , TDD > 90 mmHg pada
Faktor Risiko usia < 40 tahun
 Diketahui menderita Penyakit Jantung, Stroke,
Langkah 2 : TIA , DM, Penyakit Ginjal (Bila pemeriksaan
Lakukan penilailan (pemeriksaan fisik, tes belum dilakukan)
darah dan tes urin)  Angina, klaudikasio perburukan gagal jantung
 Kenaikan TD > 140/90 meski sudah terapi 2
Langkah 3 : macam obat
Kriteria Rujukan  Proteinuria
 Kolesterol Total > 300mg/dL
Langkah 4 :  DM tidak terkontrol, Infeksi /ulkus kaki
Tetapkan risiko pjpd (bagi yang tidak  DM perburukan dengan gangguan tajam
dirujuk) penglihatan
 Risiko tinggi PJPD > 30 %
Langkah 5 :
Lakukan Konseling dan Tatalaksana
KUNJUNGAN KEDUA
Langkah 1 :
Tanyakan

Langkah 2 :
Lakukan penilaian

Langkah 3 :
Estimasi risiko PJPD
• <20% cek ulang tiap 12 bulan
• 20-30% lanjutkan konseling & terapi, cek tiap 3 bulan
• Risiko > 30% setelah kunjungan 3-6 bulan intervensi obat pada kunjungan pertama , lanjutkan ke
tingkat berikutnya.

Langkah 4 :
Rujuk bila perlu

Langkah 5 :
Konseling dan terapi sesuai protokol
UPAYA REHABILITATIF
PADA PENYAKIT
TIDAK MENULAR
UPAYA REHABILITATIF PTM
 Rehabilitasi PTM bertujuan untuk meminimalkan komplikasi melalui
pengobatan yang tepat serta meningkatkan kualitas hidup dan lama
ketahanan hidup pada penderita.
 Rehabilitasi dilaksanakan pada penderita: 1) Pasca stroke (survivor); 2)
Pasca cedera/kecelakaan (penyandang cacat, DM dengan kaki diabetes
(diabetesi); 3) Kanker (survivor); dam 4) Dan lain-lain.
 Rehabilitasi dilakukan dengan perawatan kasus PTM melalui
kunjungan rumah (home care) dengan tenaga terlatih dalam rehabilitasi
medik. Kegiatan paliatif antara lain meliputi penatalaksanan nyeri.
UPAYA REHABILITATIF PADA PTM
 Rehabilitasi PTM bertujuan untuk meminimalkan komplikasi melalui pengobatan yang
tepat serta meningkatkan kualitas hidup dan lama ketahanan hidup pada penderita.

HIPERTENSI
REHABILITASI PADA STROKE

REHABILITASI PADA DM TIPE II DAN ULKUS DIABETIK

REHABILITASI PADA OBESITAS

REHABILITASI PADA ASMA BRONKIALE

REHABILITASI PADA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK


REHABILITASI PADA HIPERTENSI
 Latihan aerobik jalan telah dibuktikan dapat mencegah hipertensi dan menurunkan
tekanan darah
 Peresepan latihan :
Latihan aerobik jalan yang ritmik dan dinamik menggunakan grup otot besar
sangat dianjurkan untuk
 Menurut American college of sports medicine (ACSM):
a. Frekuensi : 3 – 5 kali perminggu
b. Intensitas : 60-70% VO2max
c. Durasi : 30 – 60 menit/sesi latihan.
d. Target waktu latihan aerobik jalan dilakukan selama 4 – 6 bulan.
e. Penurunan tekanan darah: 5-7 mmHg
REHABILITASI PADA STROKE
Tujuan : mengoptimalkan pemulihan dan atau memodifikasi gejala
sisa yang ada agar penyandang stroke mampu melakukan aktivitas
fungsional secara mandiri, dapat beradaptasi dengan lingkungan dan
mencapai hidup yang berkualitas.
REHABILITASI PADA DM TIPE II DAN
ULKUS DIABETIK

Edukasi terkait bidang rehabilitasi medik yang diberikan kepada pasien


meliputi pemahaman tentang:
• Intervensi farmakologis
• Intervensi non-farmakologis
– Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik
oral atau insulin serta obat-obatan lain.
– Latihan fisik yang teratur
– perawatan kaki
REHABILITASI PADA OBESITAS

Rehabilitasi pada obesitas tanpa komplikasi dapat


dilakukan dengan beberapa latihan dasar :
 Latihan peregangan
 Latihan aerobik
 Latihan kekuatan otot
 Latihan keseimbangan
REHABILITASI PADA ASMA BRONKIALE

1. Mengatasi sesak napas.


 Positioning saat terjadi serangan asma dalam posisi duduk,
berdiri dan tidur

 Latihan kontrol pernapasan dan relaksasi Pursed Lip Expiration dan


Diaphragma Breathing. Relaksasi general dengan Jacobson Relaxation
Technique Pursed Lip Expiration dan Diaphragma Breathing
REHABILITASI PADA ASMA BRONKIALE (lanjutan)

4. Edukasi cara pencegahan :


• Pemakaian obat asma sesuai kebutuhan/ stadium
• Hidup teratur
• Hindari kelelahan fisik berlebihan
• Jaga stabilitas emosional
• Hindari pajanan dengan allergen
• Hindari infeksi saluran napas berkepanjangan
• Olahraga teratur (latihan aerobik mandiri dan
Senam Asma Indonesia).
REHABILITASI PADA PPOK
 Rehabilitasi hanya dilakukan di Rumah Sakit untuk PPOK derajat 3-4 yang
telah mendapatkan pengobatan optimal yang disertai antara lain:
a. Gejala pernapasan berat
b. Beberapa kali masuk ruang gawat darurat
c. Kualitas hidup yang menurun.
 Program rehabilitasi terdiri dari 3 komponen yaitu:
a. Latihan fisis, untuk memperbaiki efisiensi dan kapasitas sistem
transportasi oksigen guna peningkatan efisiensi distribusi darah dan
peningkatan cardiac output dan stroke volume.
b. Latihan psikososial, status psikologis pasien PPOK perlu diamati dengan
cermat dan jika diperlukan dapat diberikan obat
c. Latihan pernapasan, untuk mengurangi dan mengontrol sesak napas.
Teknik latihan meliputi pernapasan diafragma dan pursed lips breathing
guna memperbaiki ventilasi dan mensikronisasikan kerja otot abdomen
dan toraks.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai