Anda di halaman 1dari 39

RUPTURA UTERI

LEO SIMANJUNTAK
FAK.KEDOKTERAN UNIV.HKBP NOMMENSEN
MEDAN
Definisi.
Ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas
dinding rahim akibat dilampauinya daya regang
miometrium.

Robekan dapat mengenai kandung kemih dan


pembuluh darah pada vasa uterina
Ruptur Uteri adalah terjadinya pemisahan
dari ketiga lapisan uterus : endometrium
DEFINISI (lapisan epithelial terdalam), myometrium
(lapisan otot polos), dan perimetrium (lapisan
serosa terluar).
PREVALENSI &
INSIDENSI
DUNIA

Prevalensi pada wanita


Prevalensi ruptur uteri pada
Insidensi pada wanita tanpa riwayat operasi
negara maju lebih rendah
dengan riwayat SC  5.1 pada uterus sebelumnya
dibanding negara
per 10.000 kelahiran ialah 4.54 per 100.000
berkembang
kelahiran

INDONESI
A
Insidensi di RSHS Bandung dan 3 rumah sakit lain di Indonesia pada
periode 1999-2003 menunjukkan insiden kasus ruptur uteri di RSHS
0,09%, atau sekitar 9 per 10.000 kelahiran
FAKTOR RISIKO SAAT
KEHAMILAN
*

• Grande multipara
• Riwayat SC atau myomektomi
• Usia ibu >35 tahun
• Malpresentasi
• Kelainan implantasi plasenta (accreta, percreta, previa, abruptio)
• Cornual (atau angular)
• Kondisi overdistensi uterus (multiple gestation, polyhydramnios)
• Dystocia
• Fetal macrosomia
• Contracted pelvis
• Usia gestasi > 40 minggu
• Invasi trofoblastik ke myometrium (mis : mola hidatidosa, choriocarcinoma)
* : Ofir et al. 2003. Uterine rupture: risk factors and pregnancy outcome. American Journal of Obstetrics and Gynecology
FAKTOR RISIKO SAAT
PERSALINA
N*

• Penggunaan forceps atau vakum


• Penekanan fundus (seperti Manuver Kristeller)
• Manipulasi intrauterine, seperti :
 External cephalic version
 Internal podalic version
 Breech extraction
 Shoulder dystocia
 Manual extraction of placenta

* : Lang et Langdon 2010. Uterine Rupture as a Source of Obstetrical Uterine Rupture as a Source of Obstetrical Hemorrhage. Clinical Obstetrics and Gynecology.
FAKTOR RISIKO
PENYEBAB
LAIN *

Trauma langsung pada uterus (mis : disebabkan
kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh dari
ketinggian)

Kekerasan (mis : tembakan, trauma tumpul pada
abdomen bawah)

Ruptur spontan unscarred uterus

* : Uccella et al. 2011. Spontaneous prelabor uterine rupture in a primigravida: a case report and review of the literature. AJOG.
Pembagian.
Ruptura uteri komplit, apabila seluruh lapisan
uterus ruptur, sehingga janin dapat berada dalam
rongga perut.

Ruptura uteri inkomplit, apabila peritonem


visceralis atau tonika serosa masih utuh yang
disebut juga dehisensi uterus <uterine
dehiscence>.
Pembagian lain ruptura uteri.
• Ruptura spontan pada rahim yang utuh,
dimana terjadi rintangan pada saat persalinan.
Biasanya pada panggul sempit, CPD, kelainan
letak,atau tumor jalan lahir.
• Ruptura uteri traumatik<violenta>, misalnya
kecelakaan,versi, ekspresi Kristeller,ekstraksi
forsep,plasenta manual,embriotomi.
• Ruptura pada bekas operasi uterus, misalnya
seksio sesarea, miomektomi,dll.
FAKTOR RISIKO

Ruptur Uteri Spontan


• Kejadian ruptur uteri pada pasien dengan tidak ada riwayat operasi di
uterus sangat jarang, sekitar 1 dari 5.700-20.000 kelahiran. 1

• Penyebab utama dari ruptur uteri spontan pada pasien tanpa riwayat
operasi di uterusnya ialah persalinan lama/obstructed labor pada negara
berkembang.2

1. Ofir et al. 2004. Uterine rupture : differences between a scarred and an unscarred uterus. American Journal of Obstetrics and Gynecology.
2. Berhe et al. 2014, Uterine rupture in resource-poor countries. Obstetrical and Gynecological Survey.
FAKTOR RISIKO

Penggunaan Agen Induksi dan Ruptur Uteri

Prevalensi rupture uteri pada previous SC yang menjalani partus dengan agen induksi
adalah 4%, dibanding 0.34% pada pasien previous SC yang menjalani partus normal
tanpa induksi.1

1. Blanchette et al. 2001. Is Vaginal Birth after caesarean safe? Experience at a community hospital. AJOG.
FAKTOR RISIKO

Riwayat SC dan Ruptur Uteri

• Prevalensi ruptur uteri pada wanita dengan riwayat SC ialah 1%,


sementara pada wanita tanpa riwayat SC prevalensinya 0,006% 1

• Sebuah studi di Norwegia menyatakan, risiko rupture uteri pada wanita


dengan riwayat SC ialah 8 kali lebih tinggi bila dilakukan percobaan
persalinan normal/trial of labour after caesarean section (TOLAC)
dibandingkan dengan SC elektif 2

1. Gulmezoglu et al. 2004. WHO systematic review of maternal mortality and morbidity: methodological issues and cesarean delivery. Obstetrics & Gynecology 100, no 5, 946‐50.
2. Al-Zirqi et al. 2010, Uterine rupture after previous caesarean section. BJOG : An International Journal of Obstetrics & Gynaecology.
Ruptura pada uterus yang utuh.
• Lebih sering pada multipara, terutama grandemultipara
dp primipara.
• Penyebab yang sering adalah, panggul sempit, letak
lintang, hidrosefalus, presentasi dahi atau muka.
• Ruptura biasanya terjadi pada kala pengeluaran.
Ruptura uteri iminens.
Sebelum terjadi ruptur, biasanya didahului
tanda-tanda ruptura uteri iminens, yaitu:
• Lingkaran retraksi patologis/lingkaran
Bandl yang tinggi.
• Kontraksi uterus kuat dan terus-menerus.
Ring of Bandl
(Williams Obstetrics Ed.25)
• Nyeri perut bawah juga diluar
his.
• Ligamentum rotundum tegang,
juga diluar his.
• Gelisah
• Pada perabaan perut terasa nyeri.
PEMERIKSAAN
Fetal Bradikardia dan Ruptur Uteri

• Tanda paling AWAL dan paling SPESIFIK dalam mendiagnosis


ruptur uteri ialah munculnya bradikardia pada DJJ yang persisten, dan
menetap.1

• Gejala lain seperti nyeri perut, partus lama, dan perdarahan


pervaginam merupakan gejala yang kurang konsisten dan kurang
bernilai daripada menurunnya DJJ.

• Di sebuah review pada 10.697 pasien yang menjalani percobaan


persalinan dengan previous SC, hanya 22% pasien ruptur uteri
mengeluhkan nyeri perut, sementara 76% mengalami fetal distress. 2

1. Tinelli et al. 2017. Uterine rupture : up to date


2. Revicky et al. 2012. A case series of uterine rupture : lessons to be learned for future clinical practice. The Journal of Obstetrics and Gynecology of India.
Gejala-gejala ruptura uteri.
1. Sewaktu kontraksi uterus yang kuat pasien tiba-tiba
merasa nyeri yang menyayat diperut bagian bawah.
2. SBR nyeri sekali pada saat palpasi.
3. His berhenti / hilang.
4. Ada perdarahan pervaginam walaupun biasanya tidak
banyak.
5. Bagian-bagian janin mudah diraba jika janin
keluar kerongga abdomen.
6. Disamping janin teraba rahim.
7. Pada periksa dalam bagian terbawah janin
mudah didorong.
8. DJJ tidak terdengar.
9. Syok.
10. Meteorismus dan perut memapan bila sudah
berlangsung lama.
11. BAK bisa berdarah.
VBAC: VAGINAL BIRTH AFTER
CAESAREAN SECTION/DELIVERY

Persalinan pada Riwayat seksio sesarea (Previous CS) hanya


ada dua cara:
1.SC ulang (Repeat CS).
2.Partus percobaan atau Trial of labor after caesarean
(TOLAC).
28,3
%

Terjadi penurunan VBAC karena keharusan


harus tersedia SC emergensi dan
pertolongan neonatal
• Pada tahun 1996 dicapai puncak VBAC 28,3 %.
• Pada saat yang sama terjadi penurunan angka SC.
• Namun demikian terjadi peningkatan angka ruptur uteri.
• Sehingga pada tahun 1998 ACOG mengharuskan
ketersediaan pertolongan emergensi apabila dilakukan
TOLAC.
• Akibatnya terjadi penurunan VBAC pada tahun-tahun
berikutnya dan titik nadir tahun 2006 yaitu16%.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN VBAC
Kontraindikasi mutlak TOLAC:
1.Ada komplikasi medis dan obstetrik yang tidak
memungkinkan bersalin pervagina, misalnya: gagal
jantung, panggul sempit, letak lintang, dll.
2.Tidak tersedia Tindakan SC emergensi apabila
TOLAC gagal.
3. Riwayat SC insisi korporal atau ada Riwayat
pembedahan pada uterus seperti miomektomi
dll.
4. Riwayat ruptura uteri.

INSISI KORPORAL/
KLASIK
• Keberhasilan VBAC pada populasi umum pada bekas insisi
SBR adalah adalah 40% - 80%.
• Komplikasi utama TOLAC adalah ruptura uteri.
RUPTURA UTERI “VS” BERAT
JANIN
Zelop dkk.(2001) pada 2750 Wanita TOLAC
kejadian ruptura uteri meningkat:
•1.0 percent for fetal weight <4000 g,
•1.6 percent for >4000 g,
•2.4 percent for >4250 g.
PENANGANAN

• Perbaiki keadaan umum, dengan pemberian


cairan yang cukup serta transfusi darah.
• Laparotomi segera. Umumnya dilakukan
histerektomi.
• Histerorafi hanya pada kasus dimana pinggir
robekan masih segar dan rata, tdk terdapat
infeksi,tdk terdapat jaringan nekrosis.
• Pada ibu yang sudah cukup anak dan
dilakukan histerorafi, dilakukan juga
sterilisasi.
• Tetapi pada ibu yang belum cukup anak
dilakukan seksio sesarea primer pada
persalinan berikutnya.
PENCEGAHAN
Pengukuran Ketebalan SBR

• Rozenberg et al., menyatakan bahwa risiko ruptur uteri meningkat bila


ketebalan segmen bawah rahim (SBR) dibawah 3.5 mm.1

• Dengan cut-off 3.5 mm, Rozenberg et al. memperoleh sensitivitas 88%,


spesifisitas 73.2%, PPV 11.8%, NPV 99.3%.

• Di penelitian lain pada 722 pasien, Gotoh et al. menggunakan cut-off


ketebalan SBR dibawah 2 mm untuk menilai peningkatan risiko untuk
terjadinya ruptur uteri, yang dilakukan dengan USG pada 1 minggu
setelah persalinan, dan didapatkan PPV 73.9%dan NPV 100%. 2

1. Rozenberg et al. 1999. Thickness of the lower uterine segment : its influence in the management of patients with previous caesarean sections. European Journal of Obstetris &
Gynecology and Reproductive Biology.
2. Gotoh et al. 2000. Predicting incomplete uterine rupture with vaginal sonography during the late second trimester in women with prior caesarean.
PROGNOSIS

Ruptura uteri merupakan malapetaka bagi ibu


maupun janin, oleh karena itu tindakan
pencegahan sangat penting dilakukan. Setiap
persalinan harus ditangani dengan cermat,
sehingga dapat diambil tindakan segera
apabila ada kelainan.

---------------------------
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai