Dr. Alma T, SP.P - Manajemen PPOK Dengan Penyakit Penyerta Edit
Dr. Alma T, SP.P - Manajemen PPOK Dengan Penyakit Penyerta Edit
Penyerta
• PPOK sering kali bersamaan dengan penyakit lain yang dapat memberikan dampak yang bermakna
terhadap perjalanan penyakit
• Secara umum, adanya penyakit penyerta seharusnya tidak mengubah pengobatan PPOK dan harus
tetap diobati berdasarkan standar pengobatan yang ada
• Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit penyerta yang paling umum ditemukan pada PPOK
• Kanker paru sering ditemukan pada pasien dengan PPOK dan merupakan penyebab kematian utama
• Prevalensi gagal jantung pada pasein PPOK berkisar antara 20 sampai 70 % dan insiden tahunannya
antara 3-4%.
• Gagal jantung yang tidak dikenal dapat menyerupai gejala serta menyertai PPOK akut
• Pengobatan dengan ß1-blocker memperbaiki angka kesintasan gagal jantung dan direkomendasikan
untuk pasien dengan gagal jantung yang juga menderita PPOK
• Gagal jantung akut seharusnya diatasi sesuai dengan panduan gagal jantung demikian juga dengan
PPOK
• Aritmia kardial umum ditemukan pada pasien PPOK. Fibrilasi atrial sering ditemukan pada pasien dengan
FEV1 yang rendah
• Pada PPOK pasien dengan sesak napas yang berat dan memburuk, fibrilasi atrial sering ditemukan dan
biasanya dapat mencetuskan episode eksaserbasi akut
• Adanya fibrilasi atrial tidak mengubah pengobatan PPOK. Bronkodilator sebelumnya digambarkan memiliki
potensi pro-aritmia namun beberapa bukti menunjukkan bahwa profil keamanan LABA dan LAMA (dan ICS)
dapat ditoleransi dengan baik pada pasien PPOK. Meskipun demikian, perlu hati-hati dalam pemberian
SABA dan teofilin, yang mungkin dapat mencetuskan fibrilasi artrial
• Hipertensi merupakan penyakit penyerta yang paling sering ditemukan dan memiliki dampak pada prognosis PPOK.
Disfungsi diastolic sebagai akibat dari hipertensi yang diobati secara optimal dapat berkaitan dengan toleransi yang
kurang baik pada olahraga atau aktivitas fisik dan dapat memberikan gambaran yang menyerupai gejala eksaserbasi akut.
Data ini menunjukkan pentingnya kontrol tekanan darah yang optimal pada pasien PPOK dengan penyakit hipertensi
• Hipertensi seharusnya diobati berdasarkan pedoman dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pasien dengan PPOK
dengan pengobatan beta bloker untuk penyakit kardiovaskularnya menurunkan benefid dari pengobatan LABA atau
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular lainya.
• PPOK harus diobati sesuai dengan pedoman
• Banyak bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara PPOK dengan kanker paru pada beberapa
studi epidemiologi dan studi observasi kohort.
• Hubungan antara kanker paru dengan beratnya emfisema lebih kuat dibandingkan hubungan antara
kanker paru dengan beratnya obstruksi saluran napas dan risiko lebih tinggi pada pasien yang
mengalami emfisema dengan obstruksi saluran napas.
• Tindakan pencegahan yang paling baik untuk kanker paru (dan juga PPOK) adalah pencegahan
merokok dan pada perokok, berhenti merokok
• Osteoporosis sering berkaitan dengan emfisema, menurunnya BMI dan rendahnya massa bebas-lemak. Rendahnya
densitas massa tulang dan fraktur sering ditemukan pada pasien PPOK walalupun sudah mendapatkan penyesuaian dosis
steroid, usia, lamanya merokok dan eksaserbasi
• Osteoporosis harus ditangani sesuai dengan pedoman
• PPOK sebaiknya juga ditangani sesuai dengan pedoman walaupun ada osteoporosis
• Kortikosteroid sistemik secara bermakna meningkatkan risiko osteoporosis dan pemberian berulang pada PPOK harus
dihindari sebisa mungkin.
Ansietas dan depresi
• Ansietas dan depresi merupakan penyakit penyerta penting pada PPOK, dimana keduanya
berhubungan dengan prognosis yang buruk, usia lebih muda, wanita, merokok, FEV1 yang rendah,
batuk, nilai SGRQ yang lebih tinggi dan riwayat penyakit kardiovaskular
• Ansietas dan depresi harus diobati sesuai dengan pedoman, demikian juga dengan PPOK
• Sebuah revies sistematik menunjukkan bahwa pasien dengan PPOK 1.9 kali lebih mungkin bunuh diri
dibandingkan dengan pasien tanpa PPOK
• Studi menunjukkan bahwa sindrom metabolic dan diabetes lebih sering ditemukan pada
PPOK dan dapat memperburuk prognosis
• Prevalensi sindrom metabolik diperkirakan lebih dari 30%
• Diabetes harus ditangani seperti biasa sesuai dengan pedoman demikian juga PPOK.
• GERD merupakan faktor risiko independent dan berkaitan dengan status kesehatan yang buruk.
Mekanisme hubungan antara GERD dengan eksaserbasi masih belum ditemukan
• Proton pump inhibitors (PPI) biasanya digunakan sebagai pengobatan GERD. Sebuah studi kecil,
single-blind menunjukkan bahwa PPI dapat menurunkan risiko eksaserbasi, namun nilainya dalam
mencegah eksaserbasi masih merupakan kontroversi
• Tingginya penggunaan computed tomography pada penilaian PPOK, adanya bronchiectasis yang tidak
terdeteksi sebelumnya dapat diidentifikasi
• Bronchiectasis berhubungan dengan eksaserbasi yang lebih panjang dan meningkatnya mortalitas
• Bronchiectasis harus diobati sesuai dengan pedoman
• Terkait dengan pengobatan PPOK, beberapa pasien mungkin membutuhkan pengobatan yang lebih
agresif dan pengobatan antibiotik yang lebih lama. Kortikosteroid inhalasi mungkin tidak diindikasikan
pada pasien dengan kolonisasi bakteri atau pasien dengan infeksi saluran pernapasan bagian bawah
berulang
Obstructive sleep apnea
• Pada saat tidur pasien dengan PPOK dan OSA mengalami episode desaturasi oksigen yang lebih
banyak dan memiliki total waktu tidur dengan hipoksemia dan hiperkapnia dibandingkan dengan
pasien OSA tanpa PPOK
• Kejadian apnea pada pasien dengan OSA dan PPOK mengalami lebih banyak kejadian hipoksemia
dibandingkan pasien aritmia. Ditambah lagi, pasien dengan PPOK dan OSA lebih mungkin mengalami
hipertensi pulmonar siang hari dibandingkan dengan pasien OSA atau PPOK saja
FAKTOR RISIKO
GEJALA
Faktor host
Sesak napas
Tembakau
Batuk kronis
Pekerjaan
Produksi sputum
Polusi dalam/luar ruangan
Penilaian
Pemantauan
• Gejala
• Faktor risiko inisial • Berhenti merokok
• Vaksinasi
• Farmakoterapi
• Pengobatan non-farmakologis
• Spirometri (ulang jika ambang batas) • Gaya hidup aktif
• Fungsi paru • Edukasi pengobatan mandiri • Gejala
• Gejala • Atasi komorbid • Eksaserbasi
• Riwayat eksaserbasi • Paparan terhadap faktor risiko
• Status merokok • Teknik inhalasi dan kepatuhan
• Α1-antitrypsin • Rehabilitasi paru
• Komorbiditas • Vaksinasi
• Pengobatan komorbid
• Spirometri (tahunan)
Pengobatan
Diagnosis Penyesuaian
inisial
Grup A Grup B
Bronkodilator kerja
0 atau 1 eksaserbasi sedang
(tidak dirawat) Bronkodilator panjang (LAMA atau
LABA)
1.2
0.97 0.93
0.8
0.85
0.6
0.4
0.2
0.0
Placebo SAL 50 FP 500 SFC 50/500
CI: Confidence interval; FP: Fluticasone propionate; SAL: Salmeterol; SFC: Salmeterol/Fluticasone propionate combination
The same results were first published in Calverley PM, et al. N Engl J Med. 2007;356:775–89. This graph has been independently created by GSK from the original.
ICS/LABA secara bermakna memperbaiki kualitas hidup pasien
0.5
0.2
0
Series1
Treatment P-value (95%
difference CI)
-0.5
Adjusted mean change from
baseline SGRQ total score
<0.001
SFC 50/500 vs Placebo −3.1
-0.8 (-4.1, -2.1)
-1
<0.001
SFC 50/500 vs SAL 50 −2.2
-1.5 (-3.1, -1.2)
0.017
-1.8 SFC 50/500 vs FP 500 −1.2
-2 (-2.1, -0.2)
For the SGRQ the minimal clinically important difference is
-2.5 −4 units
-3
-3.0
-3.5
The primary endpoint of the effect of SFC on mortality
Placebo SAL 50 FP 500 SFC 50/500 did not achieve statistical significance (P=0.052)
-4
This study compared SFC 50/500 μg twice daily (combination regimen; n=1533), with placebo (n=1524),
SAL alone (n=1521), or FP alone (n=1534) in patients with COPD for a period of 3 years
CI: Confidence interval; FP: Fluticasone propionate; SAL: Salmeterol; SFC: Salmeterol/fluticasone propionate combination; SGRQ: St George’s Respiratory Questionnaire
25
The same results were first published in Calverley PM, et al. N Engl J Med. 2007;356:775–89. This graph has been independently created by GSK from the original.
TORCH: Kaplan-Meier probabilitas efek samping kardiovaskular selama 3 tahun
14.6 13.8
15 15 13.4
11.3
10 10
5 5
0 0
Series1 Series1
PLA Sal 50 FP 500 SFC 50/500 PLA Sal 50 FP 500 SFC 50/500
Hazard ratio
Active vs PLA: 0.96+ 1.00 + 0.83* 0.93 ‡ ‡ 0.93 ‡ ‡ 0.76‡
95% CI
(0.82, 1.13) (0.85, 1.18) (0.70, 0.98) (0.75, 1.16) (0.75, 1.15) (0.61, 0.95)
Active vs PLA:
+
p=non-significant; *p=0.031 ‡‡
p=non-significant; ‡ p=0.016
AE: Adverse event; CI: Confidence interval; FP: Fluticasone propionate; PLA: Placebo; SAL: Salmeterol; SFC: Salmeterol/fluticasone propionate combination
26
The same results were first presented in Calverley PM et al. Thorax 2010; 65: 719–25. These figures have been independently created from the original by GSK
Kesimpulan
• Adanya penyakit penyerta seharusnya tidak mengubah pengobatan
PPOK dan harus tetap diobati berdasarkan standar pengobatan yang
ada
• Pengobatan PPOK disesuaikan dengan penilaian ABCD dan jika tidak
respon lanjutkan dengan target pengobatan yang sesuai (sesak napas
atau eksaserbasi)
• ICS/LABA dapat digunakan pada pasien dengan eos darah ≥ 300 atau
≥ 100 dengan 2 eksaserbasi sedang/1 rawat inap
Thank you
Seretide™ : Informasi Keamanan
• Kontraindikasi: Seretide™ kontraindikasi bagi pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap salah satu atau kedua zat aktif
Seretide™
• Peringatan dan perhatian khusus:
• Seretide Diskus tidak untuk digunakan untuk mengobati serangan asma akut dan sebaiknya tidak digunakan ketika mengalami
eksaserbasi, atau serangan asma yang berat.
• Ketika gejala asma dirasa terkontrol, gunakanlah Seretide™ dengan dosis yang terendah
• Pengobatan dengan Seretide pada pasien asma sebaiknya tidak dihentikan secara langsung
• Untuk pasien dengan penyakit tuberculosis paru dan jamur, atau infeksi saluran napas lainnya sebaiknya berhati-hati dalam
menggunakan Seretide
• Paradoxical bronchospasm mungkin muncul disertai dengan mengi yang meningkat dan kesulitan bernapas ketika baru
menggunakan Seretide
• Penting untuk meninjau perkembangan pasien secara rutin dan dosis ICS diturunkan hingga dosis terendah dimana kontrol asma
dapat tetap terjaga. Terapi jangka panjang dengan dosis ICS yang tinggi pada pasien dapat mengakibatkan supresi adrenal
• Terdapat peningkatan risiko efek samping sistemik ketika mengkombinasikan salah satu dari flutikason propionate atau
salmeterol dengan inhibitor poten CYP3A.
• Efek farmakologis dari pengobatan β2-agonist seperti tremor, palpitasi dan sakit kepala sudah dilaporkan akan tetapi efek
tersebut berkurang seiring rutinnya pengobatan.
Zat Aktif Salmeterol Xinafoate (SALM) dan Fluticasone Propionate (FP); Indikasi Seretide™ diindikasikan untuk
Reversible Obstructive Airways Disease (ROAD), termasuk asma pada anak-anak dan dewasa dimana penggunaan kombinasi (bronkodilator dan kortikosteroid inhalasi) layak diberikan; Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD)/ Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)- bronkitis kronik dan emfisema.
Rekomendasi Dosis:
Merek dagang terdaftar dimiliki atau dilisensikan kepada grup perusahaan GSK
©️2019 Grup perusahaan GSK atau pemberi lisensi
GlaxoSmithKline Indonesia
Menara Standard Chartered 35th floor, Jl. Prof. DR. Satrio No.164,
Jakarta 12930
Tel (62-21)2553 2350 Fax (62-21)2553 2360