Anda di halaman 1dari 28

TATALAKSANA

HYPOXEMIA
DR. ISEP SUPRIYANA SPP
Respon pada Variasi Hipoksemia
Mekanisme hipoksemia :
◦Hipoventilasi
◦Kerusakan difusi
◦Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
◦Pirau
HIPOVENTILASI
• Hipoventilasi : Volume udara yang masuk ke dalam alveoli
(ventilasi alveolar) menurun yang mengakibatkan kenaikan
PCO2
•Penyebab hipoventilasi antara lain : obat-obatan yang
menekan pusat pernapasan (morpin dan barbiturat), cedera
pada dinding dada atau paralisis otot-otot pernapasan, serta
terdapat tahanan jalan napas sehingga sulit untuk bernafas
Gangguan Difusi
•Tidak terjadi keseimbangan antara PO2 dalam
darah kapiler paru dan gas alveolar
•Keadaan hipoksemia akibat gangguan difusi
dapat diperbaiki dengan pemberian oksigen
•Jika kita meningkatkan konsentrasi oksigen yg
diinspirasikan sebesar 30%, maka dapat terjadi
peningkatan PO2 alveolar sebesar 60 mmHg
Ketidakseimbangan
Ventilasi-Perfusi
• Suatu keadaan terjadinya ketidaksesuaian ventilasi dengan
aliran darah di paru sehingga pertukaran gas menjadi tidak
efisien
• Pemberian oksigen cukup efektif memperbaiki PO2 arteri
pada keadaan ketidakseimbangan ventilasi - perfusi
• Pemberian oksigen 100% 🡪 meningkatkan nilai PO2 arteri
🡪 mengeluarkan nitrogen
• Beberapa daerah paru yang ventilasinya buruk memerlukan
waktu beberapa menit untuk mengeluarkan nitrogen
Ketidakseimbangan Ventilasi-Perfusi
Pirau
•Pirau adalah keadaan darah yang memasuki sistem arteri
tanpa melewati area ventilasi di paru
•Ini adalah satu-satunya mekanisme hipoksemia yang tidak
mengalami perbaikan dengan pemberian oksigen 100%
•Darah yang melewati alveoli berventilasi (pirau) tetap
dengan konsentrasi oksigen yang rendah
•Tetap terdapat keuntungan memberikan O2 100% untuk
pasien dengan pirau karena oksigen terlarut dapat
meningkat
Predisposisi ARDS
Infeksi
▪Pneumonia: bakteri, jamur, virus P. carinii
▪Nonparu: sepsis bakteri gram negatif, stafilokokus,
kokus gram positif lain, kandida
Aspirasi isi lambung
Trauma
▪ Toraks: memar paru
▪ Nontoraks:
▪ Syok hemoragik
▪ Trauma kepala
▪ Luka bakar
▪ Trauma tumpul abdomen dan pankreatitits
▪ Ortopedik: sindrom emboli lemak, fraktur berat
5/9/2022 8
Kondisi lain

◦ Obat: overdosis opiat atau salisilat


◦ Pankreatitis
◦ Toksik: merokok atau inhalasi gas
◦ Emboli cairan amnion
◦ Edema paru CNS
◦ Transfusi darah multipel dan produk darah
◦ Penyakit vaskular kolagen, termasuk
vaskulitis dan perdarahan paru

5/9/2022 9
5/9/2022 10
5/9/2022 11
Faktor Lainnya dalam Distribusi
Oksigen
PO2 arteri
Konsentrasi hemoglobin
Curah jantung
Difusi dari kapiler ke mitokondria
Afinitas hemoglobin terhadap oksigen
Aliran darah lokal
METODE PEMBERIAN OKSIGEN
Kanula nasal
• Kanula nasal terdiri dari dua lubang yang dimasukkan
ke dalam nares anterior
• Laju suplai oksigen berkisar 1-4 L/menit, dengan
konsentrasi oksigen 25-30%
• Udara harus dilembabkan untuk mencegah kerusakan
mukosa nasal
Kanula nasal
• Pasien masih bisa berbicara dan makan
• Kanula dapat digunakan untuk jangka
• Kerugian dari kanula adalah konsentrasi oksigen maksimum
yang rendah dan konsentrasi oksigen yang tidak bisa
diperkirakan, terutama jika pasien juga bernapas melalui
mulut
Masker
• Masker sederhana dapat menghasilkan konsentrasi oksigen hingga 60%
dengan laju suplai oksigen 6 L/menit
•Dapat terjadi akumulasi karbondioksida dalam masker sehingga harus
hati-hati diberikan pada pasien yang rentan terhadap retensi CO2
•Masker dapat mengontrol konsentrasi oksigen menggunakan prinsip
venturi
• Dengan laju oksigen 4 L/menit, total aliran (oksigen dan udara) dapat
mencapai 40 L/menit sehingga akumulasi CO2 dapat dihindari
• Masker yang dapat memberikan konsentrasi oksigen 24, 28 dan 35 %
diberikan pada pasien yang rentan terhadap terjadinya retensi CO2
Oksigen Transtrakeal
• Alat ini berupa kateter mikro yang dimasukkan melalui
dinding trakea anterior dengan ujungnya mencapai atas
karina
• Ini merupakan jalan yang efisien untuk memasukkan
oksigen, terutama pada pasien dengan terapi oksigen jangka
panjang
• Perawatannya harus diperhatikan untuk mencegah infeksi
Ventilator
• Ketika pasien dengan ventilasi mekanik melalui pipa endotrakeal atau
pipa trakostomi , kendali penuh terhadap gas yang diinspirasi dapat
diberikan
• Risiko terhadap toksisitas oksigen jika diberikan konsentrasi melebihi 50%
selama lebih dari 2 hari
• Secara umum, pemberian oksigen harus diberikan dengan konsentrasi
oksigen yang serendah-rendahnya untuk mencapai PO2 arteri yang
diharapkan
• Pada pasien ARDS dengan ventilasi mekanik konsentrasi oksigen yang
tinggi, tekanan 60 mmHg dapat digunakan
Oksigen Hiperbarik
• Jika konsentrasi O2 100% diberikan pada tekanan 3 atm, oksigen yang
terinspirasi bisa mencapai 2000 mmHg sehingga peningkatan konsentrasi
oksigen arteri dapat meningkatkan oksigen terlarut
• Terapi ini dapat digunakan pada penanganan keracunan karbon monoksida yang
berat, PO2 yang tinggi mengakselerasi disosiasi karbon monoksida terhadap
haemoglobin
• Terapi oksigen hiperbarik juga digunakan dalam manajemen infeksi gangren
• Sebagai adjuvan pada radioterapi, PO2 jaringan yang tinggi dapat meningkatkan
radiosensitivitas tumor yang avaskular.
•Terapi hiperbarik juga digunakan pada penyakit dekompresi
Oksigen Domisiler dan Portabel
• Beberapa pasien dengan penyakit paru kronik hanya bisa bernapas
dengan bantuan suplementasi oksigen
• Pasien ini akan lebih nyaman dengan tersedianya suplai oksigen di
rumah
• Bentuknya dapat bervariasi
Efek Samping Terapi Oksigen
Retensi CO2
Pasien-pasien PPOK harus diberikan oksigen konsentrasi rendah
dan dipantau AGD-nya.
Mula-mula dapat diberikan oksigen konsentrasi 24% dengan
Venturi. AGD diperiksa 15-20 menit kemudian; jika pCO2 tidak
meningkat dan pasien sadar penuh, konsentrasi O2 ditingkatkan
menjadi 28%.
Toksisitas O2
Oksigen konsentrasi tinggi dalam waktu lama 🡪 merusak paru.
Kerusakan yang terjadi pada hewan coba: edema endotel kapiler,
peningkatan permeabilitas kapiler 🡪 edema interstisial dan alveoli,
fibrosis interstisial.
Pada manusia:
◦ nyeri substernal setelah O2 100% 24 jam,
◦ ventilasi mekanis O2 100% 36 jam 🡪 penurunan pO2 progresif.
◦ Pemberian O2 > 50% selama > 2 hari 🡪 efek toksik.
Fibroplasia Retrolental
Bayi baru lahir dengan infant respiratory distress syndrome 🡪 diterapi
dengan O2 konsentrasi tinggi 🡪 fibrosis di belakang lensa mata 🡪
kebutaan.
Hal ini dapat dicegah dengan menjaga PaO2 tetap < 140 mmHg.
Penyakit ini belakangan ini muncul kembali tanpa alasan jelas.
Terapi ARDS
Perbaikan perawatan pendukung 🡪 angka kematian ↓
•Terapi penyakit yang mendasari 🡪 infeksi : sepsis dan
pneumonia
•Nutrisi adekuat 🡪 enteral feeding (catheter-induced
sepsis ↓) > parenteral nutrition
•Cegah perdarahan gastrointesinal & tromboemboli
•Patogenesis ALI & ARDS

5/9/2022 24
Ventilasi mekanis

•Penelitian 🡪 membandingkan
•TV tradisional (12 ml/kg pred)🡪 mortaliti rate
39,8%
•TV ↓ (6 ml/kg pred)🡪 mortaliti rate 31,0%
•Level PEEP 🡪 digunakan dini
•Dapat memperbaiki oksigenasi
•FiO2 inspirasi <<
•Kapasiti Residu Fungsional ↑

5/9/2022 25
Pengaturan cairan dan Hemodinamik

•Pe << cairan pada ALI & ARDS 🡪 << edema


pulmoner
•Tekanan atrium kiri ↓🡪 edema pulmoner
ber <
Terapi surfaktan

•Infant ARDS 🡪 terapi surfaktan 🡪 berhasil


•Dewasa 🡪 masih dalam penelitian
5/9/2022 26
Glukokortikoid dan antiinflamasi lainnya

•Metilprednisolon dosis ↑ 🡪 rescue terapi


pada pasien dengan penyakit berat yang
sulit diatasi
•Glukokortikoid dan antiinflamasi lainnya
masih dalam penelitian

5/9/2022 27
5/9/2022 28

Anda mungkin juga menyukai