RIWAYAT ORGANISASI:
- Ketua KOPI TB Pusat
- Anggota Majelis Kehormatan PDPI
- Ketua Pokja Infeksi PP PDPI
- Ketua Tim Pengobatan COVID19 RSUP Persahabatan
- Satgas Waspada dan Siaga COVID-19 PB IDI
- Anggota Pakar Medis Satgas COVID19
- Anggota Tim Advokasi Vaksin PB IDI
What Will We Face Toward the New Normal Era?
MENGAPA TERAPI COVID-19
SERING BERUBAH?
Chakraborty, S., Mallajosyula, V., Tato, C. M., Tan, G. S., & Wang, T. T. (2021).
SARS-CoV-2 vaccines in advanced clinical trials: Where do we stand. Advanced Drug
Delivery Reviews.
What Will We Face Toward the New Normal Era?
Mengapa pengembangan obat-obatan
COVID-19 sangat cepat? (2)
Platform Trials
• Platform trial/ Multi-Arm Multi-Stage
(MAMS) trial merupakan desain uji klinik
yang baru.
• Desain platform trial sangat efisien karena
memungkinkan peneliti untuk menguji
beberapa macam obat disaat yang
bersamaan.
• Selain itu, platform trial memungkinkan
peneliti untuk dapat menghentikan arm
obat uji tertentu yang hasilnya tidak baik
dan juga menambahkan arm obat uji baru
yang potensial untuk diteliti.
• Hasil uji klinik ini dapat tersedia sangat
cepat dan sangat update karena interim
analysis dilakukan secara berkala.
• Contoh uji klinik yang menggunakan
Park, J. J., Harari, O., Dron, L., Lester, R. T., Thorlund, K., & Mills, E. J. (2020). An
overview of platform trials with a checklist for clinical readers. Journal of clinical
desain platform trials: Recovery Trials,
epidemiology, 125, 1-8. Principle Trials, Solidarity Trials.
What Will We Face Toward the New Normal Era?
Mengapa terjadi beberapa kali perubahan
rekomendasi pada berbagai guideline?
• Saat COVID-19 muncul, ilmu pengetahuan
kedokteran tentang penyakit ini sangat terbatas
Saat ini
sehingga segala upaya untuk menyelamatkan nyawa
manusia dikerahkan meskipun belum memiliki bukti
yang kuat.
• Target terapi potensial untuk pengobatan COVID-19
semakin banyak teridentifikasi sehingga
memungkinkan adanya obat-obat baru yang akan
muncul.
i
•National Guideline
•Kementerian Kesehatan (KMK)
•Organisasi Profesi (5OP: PDPI, PAPDI, PERKI, PERDATIN, IDAI)
Ringan
•Memiliki gejala tanpa ada bukti
pneumonia atau hipoksia
Sedang
•Tanda klinis pneumonia (demam,
batuk, sesak, napas cepat), tanpa
tanda pneumonia berat. SpO2 ≥93% di
udara ruang
Berat
•Tanda klinis pneumonia ditambah
salah satu tanda pneumonia berat:
•Frekuensi napas >30x/menit;
Kritis
•Distress napas berat;
•SpO2 <93% di udara ruang
•Sudah terjadi ARDS, sepsis, atau syok
sepsis
Burhan E, Susanto AD, Isbaniah F, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, et al. Pedoman tatalaksana COVID-19. 3rd ed. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI; 2020.
What Will We Face Toward the New Normal Era? 12
Tata Laksana COVID-19 Gejala RINGAN
• Isolasi dan FARMAKOLOGIS
Pemantauan • Vitamin C: 3-4x500 mg, 14
• Isolasi mandiri (isoman) atau hari (non acidic), 2x500 mg,
isolasi terpusat (isoter) selama 10
hari sejak muncul gejala + 3 hari 30 hari (acidic); atau
hingga bebas gejala demam dan multivitamin mengandung vit
gangguan pernapasan C 1-2 tablet/hari
• Dilakukan pemantauan oleh • Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
tenaga kesehatan dari FKTP selama 14 hari
• Kontrol ke FKTP terdekat setelah • Antivirus: favipiravir,
isolasi molnupiravir, atau
nirmatrelvir/ritonavir
NON-FARMAKOLOGIS • Pengobatan simtomatis
• Terapkan protokol • Pengobatan komorbid dan
kesehatan komplikasi
• Berjemur 10-15 menit tiap • Obat suportif lain
hari (fitofarmaka, OMAI) dapat
• Anggota keluarga yang dipertimbangkan
kontak erat hendaknya
What Will
memeriksakan diriWe Face Toward the New Normal Era? 13
Tata Laksana COVID-19 Gejala RINGAN
• Isolasi dan FARMAKOLOGIS
Pemantauan • Vitamin C: 3-4x500 mg, 14
• Isolasi mandiri (isoman) atau hari (non acidic), 2x500 mg,
isolasi terpusat (isoter) selama 10
hari sejak muncul gejala + 3 hari 30 hari (acidic); atau
hingga bebas gejala demam dan multivitamin mengandung vit
gangguan pernapasan C 1-2 tablet/hari
• Dilakukan pemantauan oleh • Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
tenaga kesehatan dari FKTP selama 14 hari
• Kontrol ke FKTP terdekat setelah • Antivirus: favipiravir,
isolasi molnupiravir, atau
nirmatrelvir/ritonavir
NON-FARMAKOLOGIS • Pengobatan simtomatis
• Terapkan protokol • Pengobatan komorbid dan
kesehatan komplikasi
• Berjemur 10-15 menit tiap • Obat suportif lain
hari (fitofarmaka, OMAI) dapat
• Anggota keluarga yang dipertimbangkan
kontak erat hendaknya
memeriksakan
What Will We diri
Face Toward the New Normal Era? 13
Dosis Antivirus
• Sediaan: tablet 200 mg • Sediaan: kapsul 200 mg • Sediaan: tablet kombinasi 150 • Sediaan: vial 100 mg
mg nirmatrelvir dan 100 mg
• Durasi: 5 hari • Durasi: 5 hari ritonavir • Durasi: 5 atau 10 hari
• Dosis: • Dosis: 2x 800 mg • Durasi: 5 hari • Dosis:
2x 1600 mg (hari 1) 1x 200 mg (hari 1)
2x 600 mg (hari 2-5) • Dosis: 1x 100 mg (hari 2-5 atau
2x 300 mg (2 tab) nirmatrelvir hari 2-10)
2x 100 mg (1 tab) ritonavir
What Will We Face Toward the New Normal Era? 15
Untuk COVID-19
tanpa gejala dan gejala ringan
Syarat Klinis
NON-FARMAKOLOGIS
• Istirahat total
• Asupan kalori dan cairan cukup, kontrol elektrolit
• Oksigen jika diperlukan
• Pemantauan berkala hasil laboratorium darah perifer lengkap, hitung jenis leukosit, dan
ditambah CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, dan foto toraks jika memungkinkan
FARMAKOLOGIS
• Vitamin C: 200-400 mg/8 jam dalam NaCl 0,9% 100 cc, habis dalam 1 jam secara drip intravena
• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
• Antivirus: remdesivir IV drip (1x200 mg hari 1, dilanjutkan 1x100 mg hari 2-5 atau hari 2-10),
atau alternatifnya favipiravir, molnupiravir, atau nirmatrelvir/ritonavir (dosis seperti sebelumnya)
• Antikoagulan LMWH/UFH sesuai evaluasi DPJP
• Pengobatan simtomatis
• Pengobatan komorbid dan komplikasi
What Will We Face Toward the New Normal Era? 17
Tata Laksana COVID-19
DERAJAT BERAT ATAU KRITIS
ISOLASI DAN PEMANTAUAN
• Perawatan isolasi di ruang ICU atau HCU RS rujukan
• Pasien COVID-19 kritis perlu intervensi lebih dini dan paripurna. Indikasi perawatan intensif COVID-19:
Membutuhkan terapi
Gagal napas Sepsis
oksigen >4 lpm
Usia >65 tahun, demam
>39oC, neutrofilia,
limfositopenia, peningkatan
penanda gagal hati dan
ginjal, peningkatan CRP,
PCT, dan feritin,
peningkatan fungsi
Pasien dengan risiko tinggi
Syok Disfungsi organ akut koagulasi (PT, fibrinogen, D
perburukan ARDS 🡪
dimer)
NON-FARMAKOLOGIS
• Istirahat total
• Asupan kalori dan cairan cukup, kontrol elektrolit
• Pemantauan berkala hasil laboratorium darah perifer lengkap, hitung jenis leukosit, dan ditambah
CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, hemostasis, LDH, dan D-dimer jika memungkinkan
• Pemeriksaan foto toraks serial jika perburukan
• Monitor: frekuensi napas (≥30x/menit); SpO2 (≤93 %); PaO2/FiO2 ≤300 mmHg; peningkatan >50%
keterlibatan di area paru dari radiografi toraks dalam 24-48 jam; limfopenia progresif; peningkatan
CRP progresif; asidosis laktat progresif
• Oksigen jika SpO2 <93% dengan udara bebas. Jenis alat dan flow disesuaikan hingga mencapai
target SpO2 92-96% (pada ibu hamil >94 %)
• Untuk mencegah perburukan penyakit ke gagal napas: terapi oksigen dengan HFNC atau NIV jika
tidak ada perbaikan klinis dalam 1 jam atau ada perburukan klinis, pembatasan resusitasi cairan, atau
awake prone position
• Jika gagal napas dengan ARDS, dipertimbangkan penggunaan ventilator mekanik
• Pasien COVID-19 derajat kritis dapat menerima terapi ECMO jika sudah menerima terapi ventilator
dan prone position yang maksimal, dengan indikasi:
1. PaO2/FiO2 <80 mmHg selama >6 jam
What Will We Face Toward the New Normal Era? 19
Tata Laksana COVID-19
DERAJAT BERAT ATAU KRITIS
FARMAKOLOGIS
• Vitamin C: 200-400 mg/8 jam dalam NaCl 0,9% 100 cc, habis dalam 1 jam secara drip intravena
• Vitamin B1: 1 ampul/24 jam IV
• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
• Antibiotik jika ada bukti ko-infeksi
• Antivirus: remdesivir IV drip (1x200 mg hari 1, dilanjutkan 1x100 mg hari 2-5 atau hari 2-10),
atau alternatifnya favipiravir, molnupiravir, atau nirmatrelvir/ritonavir (dosis seperti sebelumnya)
• Deksametason: 1x 6 mg selama 10 hari (atau ekivalen)
• Anti IL-6: tocilizumab 1x 8 mg/kgBB dosis tunggal (max 800 mg). Satu dosis tambahan dapat
diberikan jika belum ada perbaikan atau mengalami perburukan, dengan jarak antar dosis
minimal 12 jam
• Antikoagulan LMWH/UFH/OAC sesuai evaluasi DPJP
• Jika pasien mengalami syok, berikan tata laksana sesuai pedoman yang ada: resusitasi cairan,
vasopressor, atau inotropik, dan dimonitor secara intensif
• Pengobatan komorbid dan komplikasi
• Terapi suportif lain sesuai indikasi
What Will We Face Toward the New Normal Era? 21
Terapi Lainnya
Antibodi Monoklonal
•Casirivimab 1200 mg + imdevimab 1200 mg: EUA FDA di AS. Untuk kelompok risiko tinggi rawat inap
•Bamlanivimab 700 mg + etesevimab 1400 mg: masih dalam uji klinis di Indonesia
•Sotrovimab 500 mg: EUA FDA AS. Untuk kelompok risiko tinggi perawatan RS
•Vilobelimab: masih dalam uji klinis di Indonesia
•Regdanvimab: 40 mg/kgBB IV. Untuk pasien dewasa risiko tinggi penyakit berat
•Baricitinib 4 mg PO selama 14 hari atau sampai pulang rawat. Untuk pasien derajat berat/kritis disertai
kortikosteroid, namun tidak bersamaan dengan anti IL-6
•Di Indonesia sudah ada hasil uji klinis MSC. Dosis 1 juta
sel/kgBB 🡪 laju kesintasan 2,5-4,5 kali lebih tinggi
Bronkoskopi
Vaksinasi