PEKERJAAN:
• Dosen Fakultas Kedokteran FK UNAND (2008 - sekarang)
• Koordinator Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNAND
(2011 – 2013)
• Sekretaris PPDS Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNAND (2012
- sekarang)
Penggunaan Kortikosteroid
inhalasi pada Asma diperlukan
untuk mengatasi :
Inflamasi jalan
nafas
Hiperrespon
Airway
sibilitas
remodelling
Jalan nafas
Good control
Step up
Step up
WC
FP
SFC
Salmeterol/fluticasone
propionate
(n=1709)*
Fluticasone propionate
(n=1707)*
Ini adalah studi kelompok parallel, double-blind, randomized, terstratifikasi dalam 1 tahun (n=3416 secara acak) pada pasien (>12 sampai <80 tahun) dengan asma persisten yang menerima antara SFC (50/100
microgram bid) sampai dosis maksimal SFC (50/500 microgram bid) dan FP (250 microgram bid) sampai maksimal FP (500 microgram bid). Pada studi GOAL, pasien dikelompokkan dalam tiga strata yang
bedasarkan pada penggunaan ICS dalam 6 bulan sebelum teracak.
Pasien dinilai memiliki asma WC atau PC ketika mencapai kriteria gejala GINA 2016 pada minggu keempat dengan langkah dosis titrasi dan tidak
mengalami eksaserbasi saat 4 minggu tersebut. Terdapat jumlah AE yang mirip dalam setiap kelompok penanganan.
Adapted from Bateman ED, et al. Ann Asthma Allergy Immunol 2019;123:57-63.
What Will We Face Toward the New Normal Era? 10
Kualitas Kesehatan dengan QoL dapat dicapai dengan Pengobatan
Menggunakan proactive regular dosing
• Overall data for the whole population are shown on this slide.
AQLQ: asthma quality of life questionnaire; FP: fluticasone propionate; QoL: quality of life; Sal: salmeterol. (GOAL allowed rescue treatment if needed 3)
1. The same results were first published in Bateman E et al. Eur Respir J 2007;29(1):56–63.
This graph has been independently created by GSK from the original.
2. Kew K et al. Cochrane Database Syst Rev 2013;Issue 12:CD009019. 3. Bateman E et al. Am J Respir Crit Care Med 2004;170:836–844.
5.5
5.0
Skor nilai rata-rata
4.5 (seluruh populasi)
Semakin jelek
kualitas
4.0
Terkontrol Penuh Terkontrol Baik Tidak terkontrol
hidup (n=253/144) (n=270/245) (n=287/384)
Status Kontrol pada minggu ke-52
Studi 3 tahun (pengobatan pasien dilakukan untuk mencapai asma terkontrol). Pasien (n=82) dilakukan pengobatan random menggunakan salmeterol 50 mcg,
flutikason propionate 250 mcg, atau kombinasi salmeterol/flutikason propionate melalui inhaler diskus, 2x1 hari. Penilaian klinis regular dilakukan melalui
kriteria pedoman tatalaksana asma. Pada penelitian ini hasil ditemukan sama dengan yang dilaporkan oleh studi AEs
Reprinted from Resp Med, Vol. 103, Lundbäck B, et al, Asthma control over 3 years in a real-life study, pp. 348-355, ©
2009, with permission from Elsevier.
What Will We Face Toward the New Normal Era? 12
Mengurangi Eksaserbasi Menggunakan PRD
Hasil yang sama dipublikasikan oleh Schatz M, et al. J Allergy Clin Immunol 2009;124:719-23.
This chart has been independently created by GSK from the original.
0.27 0.37†
Dosis ICS/LABA
Keputusan untuk
memulai dan
berhenti
p=0.0051
p<0.0001
p=0.0048
On average patients
received an extra 163
µg/day budesonide
equivalent to 50% extra
ICS
(1 extra inhalation)
Numbers at risk
Terbutaline 1138 1028 958 901 846 814 729
Formoterol 1137 1050 995 944 904 872 767
Budesonide-formoterol 1107 1036 994 941 912 886 795
Kaplan-Meier plot of time to first severe asthma exacerbation – Time to first severe asthma exacerbation defined as a deterioration in asthma resulting in hospitalization,
emergency room treatment, or the need for oral steroids for 3 days or more because of asthma (as judged by investigator).
Efikasi dan keamanan dari strategi 3 reliver dibandingkan dalam percobaan 12bulan dimana pasien (>12 tahun dengan asma bergejala)
menerima budesonide formoterol 160/4,5 microgram bid sebagai maintenance ditambah salah satu terlampir jika diperlukan untuk
melegakan: terbutaline (0-4 mg; n-1141), formoterol prn (4-5 microgram; n-1140), atau budesonide formoterol (160 microgram/4-5
microgram; n-1113). Semua pengobatan ditoleransi dengan baik.
• Overview: sistematik review mengevaluasi dewasa dengan asma yang secara acak untuk terapi
maintenance minimal 24 minggu yang melaporkan eksaserbasi asma. Perbandingannya adalah pengobatan
dengan dosis rendah ICS. Luaran primer adalah tingkat kejadian asma ekaserbasi berat.
• Hasil: 64 laporan mendekripsikan 66 percobaan, dengan 59.622 pasien dengan follow up beberapa tahun
membandingkan 16 intervensi.
Diskusi: analisis primer mengindikasikan gabungan keduanya, ICS dan LABA sebagai pengobatan
maintenance dan reliever dan gabungan ICS dan LABA sebagai fixed-dose treatment: Secara
signifikan menurunkan resiko eksaserbasi berat dibandingkan dengan hanya dosis rendah ICS
saja. Dengan strategi kombinasi memiliki kemiripan perbandingan ratio dan ranking yang sama
pada analisis probabilitas.
Loymans RJB, et al. Comparative effectiveness if long term drug treatment strategies to prevent asthma exacerbations: network
meta-analysis. BMJ 2014;348:g3009.
RR=0.83,
Bud/for used
(95% CI 0.59–1.16) as needed was superior
P=0.28 to terbutaline as needed
in reducing annual
severe exacerbations but
was not significantly
different from regular
budesonide1,2
CI, confidence interval; ICS, inhaled corticosteroid; LABA, long-acting beta-agonist; NA, not applicable; NS, non significant; PRN, as needed; RR, relative risk.
1. O’Byrne PM, et al., NEJM 2018;378:1865–1876 (SYGMA 1). 2. Bateman ED, et al., NEJM 2018;378:1877 (SYGMA 2).
What Will We Face Toward the New Normal Era?PM-ID-FLP-PPT-210012 AD:11/21 ED: 11/23
Maintenance kortikosteroid Inhalasi secara reguler
dibandingkan dengan ICS/LABA bila perlu ’1,2
OR 0.64
(95% CI 0.57–0.73)
OR 1.4 Hasil Penelitian Sekunder dari studi
ACQ, asthma control questionnaire; bud; budesonide; CI, confidence interval; form, formoterol; MCID, minimal clinically important difference; OR, odds ratio; PRN, as needed; WCAW,
well-controlled asthma weeks
1. O’Byrne PM, et al., NEJM 2018;378:1865–1876. (SYGMA 1). 2. O’Byrne PM, et al., NEJM 2018;378:1865–1876. Supplementary information (SYGMA 1). 3. Bateman ED, et al., NEJM
2018;378:1877. Supplementary Appendix (SYGMA 2).
What Will We Face Toward the New Normal Era? PM-ID-FLP-PPT-210012 AD:11/21 ED: 11/23
Kontrol asma PRD vs MART
‘MART’ dosing1,2
Controlled
17%
Uncontrolled 44%
38% Partial
control
Analisis post-hoc membandingkan Bud/Form MART dengan terapi dosis tetap; n-1200. Control asma dari 5 studi didefinsikan oleh klasifikasi GINA atau ACQ-5.
Minggu terkontrol: seluruh 5 kartu diary sub-kriteria terkontrol dan tidak ada eksaserbasi berat.
Terkontrol parsial: salah satu atau dua sub-kriteria tidak terkontrol dan tidak ada eksaserbasi terkontrol.
Tidak terkontrol: >3 sub-kriteria tidak terkontrol dan eksaserbasi.
Untuk selurh studi: kemiiripan jumlah AE pada setiap kelompok pengobatan
ACQ, asthma control questionnaire; bud, budesonide; form; formoterol; GINA; Global Initiative for Asthma; MART, maintenance and reliever therapy;
1. Bateman ED, et al. J Allergy Clin Immunol 2010;125:600–608. 2. GSK DoF RF/SFC/0030/17.
Total control
Uncontrolled 21%
44%
Hasil yang sama setelah dipublikasikan pertama kali. Studi kelompok parallel, double-blind, terstratifikasi, acak, satu tahun (n-3421) pada
pasien dengan asma tidak terkontrol. Fluticasone proprionate vs salmeterol/fluticasone dalam mencapai asma terkontrol total dan terkontrol
dengan baik. Pengobatan dilakukan kenaikkna bertahap/step-up sampai terkontrol secara total tercapai (atau maksimal 500 microgram
kortikosteroid dua kali sehari).
What Will We Face Toward the New Normal Era? PM-ID-FLP-PPT-210012 AD:11/21 ED: 11/23
Target : Inflamasi
Studi kelompok parallel, double-blind, acak, 52-minggu (n dengan asma=127;18-65 tahun) dirancang untuk membandingkan efek dari
Bud/Form 200/6 microgram bid seperlunya (n=64) dengan Bud/Form 800/12 microgram bid (n=63) pada eosinophil saluran
pernafasan dan rmeodelling. Tatalaksana keduanya tertoleransi dengan baik.
√
√
Mengurangi eksaserbasi1
• Kontraindikasi: Seretide™ kontraindikasi bagi pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap salah satu atau kedua zat aktif
Seretide™
• Peringatan dan perhatian khusus:
•Seretide Diskus tidak untuk digunakan untuk mengobati serangan asma akut dan sebaiknya tidak digunakan ketika mengalami
eksaserbasi, atau serangan asma yang berat.
•Ketika gejala asma dirasa terkontrol, gunakanlah Seretide™ dengan dosis yang terendah
•Pengobatan dengan Seretide pada pasien asma sebaiknya tidak dihentikan secara langsung
•Untuk pasien dengan penyakit tuberculosis paru dan jamur, atau infeksi saluran napas lainnya sebaiknya berhati-hati dalam
menggunakan Seretide
•Paradoxical bronchospasm mungkin muncul disertai dengan mengi yang meningkat dan kesulitan bernapas ketika baru menggunakan
Seretide
•Penting untuk meninjau perkembangan pasien secara rutin dan dosis ICS diturunkan hingga dosis terendah dimana kontrol asma
dapat tetap terjaga. Terapi jangka panjang dengan dosis ICS yang tinggi pada pasien dapat mengakibatkan supresi adrenal
•Terdapat peningkatan risiko efek samping sistemik ketika mengkombinasikan salah satu dari flutikason propionate atau salmeterol
dengan inhibitor poten CYP3A.
•Efek farmakologis dari pengobatan β2-agonist seperti tremor, palpitasi dan sakit kepala sudah dilaporkan akan tetapi efek tersebut
berkurang seiring rutinnya pengobatan.
34
What Will We Face Toward the New Normal Era?
Seretide Abbreviated PI- continue
SERETIDE tidak membutuhkan penyesuaian dosis untuk penggunaan pada orang tua atau pasien dengan gangguan ginjal atau kerusakan hati. Kontraindikasi Hipersensitif
terhadap komponen SERETIDE. Peringatan dan Perhatian SERETIDE tidak direkomendasikan untuk pengobatan akut. Efek sistemik yang mungkin terjadi: cushing’s
syndrome, cushingoid feature, supresi adrenal, keterlambatan pertumbuhan, penurunan kepadatan mineral tulang, katarak dan glaukoma. Terdapat laporan peningkatan
pneumonia dalam studi pasien dengan PPOK yang memakai SERETIDE. Dokter harus tetap waspada untuk kemungkinan perkembangan pneumonia pada pasien dengan
PPOK sebagai gambaran klinis pneumonia dan eksaserbasi. Penurunan sementara serum kalium dapat terjadi pada semua obat simpatomimetik pada dosis terapi yang lebih
tinggi. Perhatian harus dilakukan ketika inhibitor CYP3A4 yang kuat (misalnya ketokonazol) digunakan bersamaan dengan salmeterol. Interaksi Obat Hindari penggunaan
secara bersamaan dengan obat-obatan beta-blocker kecuali ada alasan kuat yang mendasari. Studi interaksi obat pada subjek sehat telah menunjukan bahwa ritonavir
(inhibitor kuat sitokrom P450 3A4) dapat meningkatkan kadar plasma FP yang berakibat menurunnya konsentrasi serum kortisol. Penggunaan bersamaan ketokonazol dan
salmeterol menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam paparan salmeterol plasma (1,4 kali lipat Cmax dan 15 kali lipat AUC) dan ini dapat menyebabkan perpanjangan
interval QTc. Kehamilan dan Menyusui Penggunaan SERETIDE selama kehamilan dan proses menyusui hanya boleh diberikan jika pertimbangan manfaat pada ibu lebih
besar daripada resiko pada fetus atau anak. Hasil dari penelitian retrospektif epidemilogikal tidak menemukan peningkatan risiko congenital malformations (MCM) dengan
penggunaan fluticasone propionate dibandingkan ICS lainnya pada trimester awal kehamilan. Adverse Event (kejadian tidak diinginkan) Tidak terdapat kejadian yang tidak
diinginkan baru yang terpantau pada penggunaan kombinasi SALM dan FP. Frekuensi diambil dari data klinik 23 studi asma dan 7 studi PPOK.
Umum Kandidiasis esofagus pada mulut dan tenggorokan, pneumonia (pada pasien PPOK), suara serak/hilang, kram otot, atralgia
Tidak umum Reaksi hipersensitivitas kulit, sesak napas, katarak, cemas, sulit tidur, tremor, palpitasi, takikardia, fibrilasi atrium, iritasi tenggorokan,
memar
Jarang Kandidiasis esofagus, reaksi anafilaksis, glaukoma, perubahan sikap (pada pasien anak-anak), aritmia jantung, angioedema,
bronkospasme, Cushing’s syndrome, Cushingoid features, supresi adrenal, keterlambatan pertumbuhan pada anak dan remaja, penurunan
kepadatan mineral tulang, bronkospasme paradoksal
GSK Indonesia
Menara Standard Chartered 35th floor
Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164, Jakarta 12930, Indonesia
Tel. (62-21) 2553 2350 Fax. (62-21) 2553 2360