Pembimbing:
01 Abstrak 05 Patofisiologi
03 Epidemiologi 07 Diagnosis
Diperkirakan bahwa peningkatan sekresi prostaglandin F2α dan E2 intrauterin bertanggung jawab terhadap nyeri
pelvik yang terkait dengan gangguan ini. Gejala-gejala yang menyertainya bersifat fisik dan/atau psikologis.
Gejala fisiknya meliputi sakit kepala, lesu, gangguan tidur, payudara terasa nyeri, berbagai nyeri tubuh, nafsu
makan terganggu, mual, muntah, sembelit atau diare, dan peningkatan buang air kecil, sedangkan gejala
psikologisya meliputi gangguan suasana hati, seperti cemas, depresi, dan mudah tersinggung.
Meskipun diagnosisnya didasarkan pada riwayat, gejala, dan pemeriksaan fisik pasien, pengobatannya bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup melalui pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid, kontrasepsi hormonal,
dan/atau penggunaan alat bantu non-farmakologis (misalnya, aplikasi topikal panas dan olahraga).
Pasien harus dipantau untuk mengukur respons mereka terhadap pengobatan, menilai kepatuhan mereka, mengamati
efek samping yang mungkin terjadi, dan melakukan penyelidikan lebih lanjut, jika diperlukan.
Kata kunci: Dismenore; Ulasan; Diagnosis: Terapi: Agen Anti-Inflamasi Non-Steroid; Kontrasepsi Oral Kombinasi
Pendahuluan ●
●
Kurang terdiagnosis
Kebanykan wanita
Gangguan ginekologi yang tidak mencari
paling umum pada wanita pertolongan medis
usia subur
01 02 03 04 05
Pe↑ sekresi PGF2α
Tidak terjadi pembuahan dan PGE2 dalam
→ degenerasi korpus uterus selama
luteum → Progesteron ↓ peluruhan
endometrium
Gejala sistemik
• Tinjauan sistemik terhadap 80 uji coba terkontrol, 5.820 perempuan untuk menentukan
kemanjuran dan keamanan NSAID pada DP.
• Disimpulkan bahwa NSAID 4.5 kali lebih efektif daripada placebo untuk meredakan nyeri,
lebih dari dua kali lebih efektif daripada paracetamol, dan tidak lebih unggul dalam
meredakan nyeri.
Terapi Farmakologis
NSAID
• NSAID dikaitkan dengan efek samping, termasuk efek GIT dan efek neurologis.
• Kemanjuran dan keamanan pengobatan yang tepat waktu →
1. NSAID dimulai 1-2 hari sebelum menstruasi diperkirakan
2. Diberikan bersama makanan untuk meng(-) efek GIT
3. Pengaturan dosis yang teratur dan dilanjutkan 2-3 hari pertama perdarahan
• Jika pasien tidak membaik dengan NSAID tertentu, penggantiannya dengan NSAID dari kelas
yang berbeda merupakan pilihan terapi alternatif.
• Meskipun sebagian besar perempuan berespon dengan baik terhadap terapi NSAID,
dilaporkan bahwa 18% tidak merespon secara memadai terhadapnya.
• Wanita yang tidak responsif terhadap NSAID dapat dialihkan ke pengobatan berbasis hormon
dan/atau terapi non-farmakologis.
Terapi Farmakologis
Kontrasepsi hormonal
• Kontrasepsi hormonal → Lini pertama untuk dismenore, kecuali jika ada
kontrasepsi.
• Biasanya direkomendasikan untuk wanita dismenore yang membutuhkan
kontrasepsi, yang penggunaan kontrasepsinya dapat diterima, atau bagi mereka
yang tidak dapat mentoleransi atau tidak responsif terhadap NSAID.
• Kontrasepsi hormonal terbukti dapat menekan ovulasi dan proliferase endometrium, sehingga
menghalangi produksi progesterone.
• Terapi hormonal yang digunakan dalam menangani DP meliputi metode seperti kontrasepsi
oral kombinasi (KOK), kontrasepsi transdermal patch atau cincin vagina, sistem intrauterine
levonorgestrel, dan subkutan depot medroksiprogesteron asetat.
Terapi Farmakologis
Kontrasepsi hormonal
• Kontrasepsi oral kombinasi dengan estrogen-progestron → Metode paling umum
digunakan oleh wanita dismenore.
• Dalam sebuah studi epidemiologi longitudinal, kontrasepsi oral kombinasi
terbukti secara signifikan menurunkan tingkat keparahan DP.
Perangkat portable kecil Dua mekanisme ; TENS terutama terdiri dari Beberapa penelitian telah
yang dioperasikan dengan 1) Peningkatan ambang TENS frekuensi tinggi mengonfirmasi keefektifan
baterai yang ditempelkan sensorik nyeri uterus (<50 Hz) atau TENS dan keamanan TENS pada
pada permukaan kulit 2) Induksi pelepasan frekuensi rendah (2-5 Hz). DP,→ direkomendasikan
pelvik melalui elektroda endorfin oleh saraf tepi sebagai terapi tambahan
perekat yang yang melakibatkan atau terapi alternatif.
menghantarkan arus listrik. pelemahan nyeri.
• Ketidaknyamanan dan efek samping yang minimal : Pasien mungkin mengalami kekencangan atau getaran otot, parestesia
yang tidak nyeri pada dermatom nyeri, serta sedikit kemerahan pada kulit setelah penggunaannya.
• Efek samping yang tidak dilaporkan termasuk peningkatan aliran darah menstruasi.
Intervensi
Bedah
• Intervensi bedah → kasus yang jarang terjadi (pasien dengan dismenore
berat), yang tidak merespon modalitas pengobatan konvensional.
• LUNA dan PSN → tidak ada bukti cukup untuk memastikan kemanjuran
dan keamanan intervensi ini, maka tidak direkomendasikan.
• Histerektomi → pilihan terakhir pada kasus-kasus berat yang refrakter,
tapi harus dihindari pada remaja dan wanita muda, dan mereka yang ingin
hamil.
Follow Up
Respon terhadap pengobatan empiris untuk DP harus
dipantau. Baik skala penilaian analog visual maupun
numerik dianggap sebagai alat yang dapat diandalkan,
valid, dan sederhana untuk menilai tingkat keparahan
dismenore pada presentasi awal serta tahap respon
pengobatan. Perempuan yang tidak atau kurang mengalami
perbaikan klinis setelah 6 bulan pengobatan empiris harus
dinilai kepatuhannya terhadap terapi dan pemberian
rejimen. Untuk pasien yang gejalanya tetap ada meskipun
sudah patuh, evaluasi ginekologi lebih lanjut dianjurkan.
Hal ini dapat mencakup laparoskopi uterus diagnostik atau
MRI untuk memeriksa penyebab sekunder dari dismenore.
Kesimpulan
DP adalah gangguan yang umum terjadi pada
wanita usia reproduksi, yang mungkin kurang
terdiagnosis atau tidak ditangani secara memadai,
karena berbagai pertimbangan mulai dari yang
bersifat sekunder hingga kultural. Kondisi ini
berdampak negatif pada kualitas hidup, yang
menyebabkan penurunan kehadiran di tempat
kerja dan sekolah, karena berbagai macam gejala
fisik dan psikologis. Pengobatan kondisi ini
terutama didasarkan pada pereda nyeri baik
secara farmakologis maupun dengan
menggunakan modalitas alternatif.
TERIMA KASIH