Anda di halaman 1dari 41

Kekerasan pada anak

Ns. DEWI SUSANTI, M.Kep


LANDASAN FILOSOFIS
 Anak adalah amanat Tuhan
yang harus dijaga dan
diperlakukan dengan
sebaik-baiknya.
 Anak adalah generasi
penerus keluarga, bangsa
dan peradaban.
 Anak adalah pemilik dan
penentu masa depan bangsa
LANDASAN SOSIOLOGIS
 Jumlah anak di Indonesia adalah
sepertiga penduduk Indonesia atau 30,1
% atau 79,5 juta anak.
 Masih banyak pola pikir dan perilaku
yang menjadikan anak sebagai obyek dan
properti orang dewasa (orang tua, guru,
pemerintah, dll.) yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip perlindungan anak
 Norma perlindungan anak dan hak anak
belum banyak dipahami dan belum
dipraktekkan.
LANDASAN HUKUM

 4 hak dasar anak :

 UUD Negara RI pasal 28 B ayat 2 :


”Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi”
UU RI NO.23 TAHUN 2002
PASAL 1 AYAT 1
 Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
tahun , termasuk juga yang masih dalam
kandungan

MENURUT WHO
 Batas usia anak adalah sejak anak dalam
kandungan sampai usia 19 tahun
PERLINDUNGAN ANAK
 Perlindungan anak adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi, secara
optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi
 (UU PA 23/2002 Pasal 1 ayat 2).
FAKTA DAN DATA KEKERASAN PADA ANAK DI INDONESIA

Series 1
80%
60%
40%
20%
Series 1
0%
ik is l l
fis is k s ia su
a
n p an se
x
a sa an fi n
er as sa
n
k ke
r an a
ke e ras er
k ke k
ke Ke

Hasil Riset KPAI, pada tahun 2020 di Indonesia


PELAKU KEKERASAN

Sales

orag tdk dikenal


orgtua
org tua tiri
keluarga
DATA PENDIDIKAN KORBAN (KPAI, 2021)
14000
12000
10000
SMA
8000
SMP
6000 SD
TK/PAUD
4000
BELUM SEKOLAH
2000
0
Series1
DATA TERKINI
Namun sejak januari hingga 17 juni 2020
hampir 3928 kasus kekerasan terhadap anak
fisik 852 kasus,psikologis 768, dan hampir 55%
kekerasan seksual.
Pengertian
Menurut WHO kekerasan adalah
penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan,
ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri,
perorangan atau sekelompok orang
(masyarakat) yang mengakibatkan atau
kemungkinan besar mengakibatkan memar
atau trauma, kematian, kerugian psikologis,
kelainan perkembangan, atau perampasan
hak.
BENTUK KEKERASAN PADA ANAK

physical abuse
(kekerasan secara
fisik)
social abuse
sexual (kekerasan
(kejahatan) secara social)
secara seksual)
psychological
abuse (kekerasan
secara psikologis)

Bentuk Child Abuse, Suharto (1997 : 365-366)


Pengertian
Menurut Yusuf, dkk (2015)
kekerasan adalah perlakuan dan pembatasn
dalam mengungkapkan suatu alasan,
menakuti dan mengitimidasi dan hukuman
yang mengakibatkan luka fisik dan mental
pada anak.
KEKERASAN FISIK
 Kekerasan Fisik adalah apabila anak anak
disiksa secara fisik dan terdapat cedera
yang terlihat pada badan anak
akibatadanya kekerasan itu. Kekerasan
ini dilakukan dengan sengaja terhadap
badan anak. Kekerasan berupa
penyiksaan, pemukulan dan penganiayaan
terhadap anak dengan atau tanpa
menggunakan benda benda tertentu yang
menimbulkan luka fisik atau kematian
pada anak.
PENELITIAN MARYAM (2017)
 Ditemukan bahwa sebagian besar orang tua
sering melakukan kekerasan fisik pada anak
secara spontan dan dengan volume yang
sering.
Menurut Andini, dkk (2019) bahwa
kekerasan fisik yang diterima oleh anak-anak
mayoritas adalah :
Dicubit (35%)
dipukul (19%)
Dijewer (10%)
didorong, dijambak, ditampar (5%)
MANIFESTASI KLINIS
 Lecet
 Hematom
 Luka bekas gigitan
 Luka bakar
 Patah tulang
 Perdarahan retina akibat dari adanya subdural
hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya.
 Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya
jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan
pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya
 Kematian
Kekerasan PSIKOLOGIS
Kekerasan emosional disebut juga kekerasa
psikologis.

Menurut Vaughan 1996


Kekerasan psikologi/emosional adalah semua
tindakan yang yang berpengaruh buruk
terhadap perkembangan emosional dan sosial
mereka
Kekerasan psikologis termasuk dalam
kekerasan perilaku verbal dan verbal
(Straus & Carolyn, 2003)
Yusuf (2015):
Emosi yang dilakukan orangtua kepada anaknya akan
berdampak pada kerusakan emosi, sering menyalahkan
anak-anak dengan kata-kata yang menyakitkan.
Orang tua menganggap kekerasan verbal tidak terlalu
berat jika dibandingkan kekerasan fisik.
Pengalaman orang tua berpengaruh besar terhadap
perilaku ortu dalam melakukan kekerasan verbal.

Nindya & Margaretha (2012):


Kekerasan psikologis berupa ejekan, degadrasi,
perusakan harta benda, kritik yang berlebihan, tuntuan
yang tidak pantas, penghinaan
KEKERASAN SEKSUAL

Pelecehan seksual terhadap anak adalah


suatu bentuk penyiksaan anak dimana orang
dewasa atau pelanggaran yang dilakukan oleh
remaja yang lebih tua terhadap seorang
anak untuk mendapatkan stimulasi seksual
Kekerasan anak secara seksual, dapat berupa perlakuan pra
kontak seksual antara anak dengan orang yang lebih besar
(melalui kata, sentuhan, gambar visual, exhibitionism), maupun
perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan
orang dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi seksual)
 Paparan pornografi menjadi pemicu kuat tindakan kejahatan
seksual
 87% anak mengakses situs porno secara tidak sengaja
 53% mengakses di rumah sendiri
 Penggunaan akses internet tanpa filter
 Kominfo dan Bareskrim Polri sendiri kesulitan mengakses situs-
situs pembobol
 Di email, facebook, twitter
Sekretaris Direktorat Jenderal kesehatan
Mayarakat , 2019 mengungkap hasil survei
mengenai akses pronografi pada anak-anak
Survei 97% anak SMP DAN SMA Kelas 1 dan kelas 2

Yaysan sejiwa 95,1% remaja SMP dan SMA di 3


KOTA BESAR DI INDONESIA( Yogyakarta, DKI
Jakarta, dan aceh ) te;ah menakses situs
[ornografi dan menonton 0,48% adiksi ringan,
0,1% adiksi berat( Kemenkes dan kemendikbud,
2017)
Dampak pornografi

1. Merusak Otak
2. Membuat anak kecanduan pornografi
3. Sulit konsentrasi dan Fokus
4. Perilaku kekerasan seksual di masa
mendatang
Berdasarkan gender laki-laki lebih cenderung mudah
kecanduan dibanding perempuan.
TONTONAN & KEKERASAN
 Tontonan kita tidak ramah anak, tidak
sesuai dengan usia anak baik anak yang
memerankan, content cerita, maupun
visualisasi
 Kekerasan yang ada di film menjadi
lumrah, biasa, dan wajar jika ditiru
 Game online mengandung kekerasan dan
pornografi
KEKERASAN DALAM
LINGKUNGAN KELUARGA
 Teridentifikasi 14 jenis perilaku kekerasan yang
dialami anak dalam lingkungan keluarga yakni
menjewer, mencubit, menendang, memukul dengan
tangan, memukul dengan benda, menghukum hingga
jatuh sakit, melukai dengan benda berbahaya,
kekerasan fisik, membandingkan dengan saudara,
membentak dengan suara keras, menghina di
hadapan teman atau orang lain, menyebut “bodoh”,
“pemalas”, “nakal”, mencap dengan sebutan
jelek/jahat, kekerasan psikis lainnya.
KEKERASAN DALAM
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
 Teridentifikasi 4 jenis perilaku kekerasan dominan
yang dialami anak dalam lingkungan pendidikan
yakni menjewer, mencubit, membentak dengan
suara keras, menghina di hadapan teman atau orang
lain.
 Pelaku kekerasan terhadap anak dalam lingkungan
pendidikan adalah adalah guru, teman sekelas dan
teman lain kelas, ditemukan fakta, 31,8% guru
pernah menjewer anak, 49,1% teman sekelas pernah
mencubit anak, dan 20,7% teman lain kelas
menghina anak dihadapan teman lainnya.
PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN
PADA ANAK DALAM KELUARGA
1. Orang tua mengalami perlakuan salah atau trauma
pada masa anak-anak.
2. Orang tua yang agresif dan emosional.
3. Orang tua tunggal.
4. Pernikahan dini dan belum siap secara emosional
dan ekonomi.
5. Sering terjadi KDRT.
6. Kemiskinan dan tidak mempunyai pekerjaan.
7. Jumlah anak banyak dan keluarga besar.
8. Adanya konflik dengan hukum.
9. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.

Hasil Minotoring dan Telaah KPAI, pada tahun 2012 di 9 Provinsi di Indonesia
PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN
PADA ANAK DALAM KELUARGA
1. Orang tua mengalami perlakuan salah atau trauma
pada masa anak-anak.
2. Orang tua yang agresif dan emosional.
3. Orang tua tunggal.
4. Pernikahan dini dan belum siap secara emosional
dan ekonomi.
5. Sering terjadi KDRT.
6. Kemiskinan dan tidak mempunyai pekerjaan.
7. Jumlah anak banyak dan keluarga besar.
8. Adanya konflik dengan hukum.
9. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.

Hasil Minotoring dan Telaah KPAI, pada tahun 2012 di 9 Provinsi di Indonesia
PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN PADA
ANAK DALAM SATUAN PENDIDIKAN
• Sistem dan peraturan sekolah tidak memiliki perspektif
perlindungan anak: metode pengajaran yang lebih banyak
ceramah
• Guru dan penyelenggara sekolah belum memiliki
paradigma tentang perlindungan anak, guru lebih banyak
mengajar daripada mendidik
• Guru belum memahami UU Perlindungan Anak
 Punishment lebih sering dari reward; Menghukum
dianggap wajar untuk membuat jera, tapi anak tidak
pernah jera, justru menjadi labelling ke anak;
Menghukum sebaiknya dalam kerangka membangun
kesadaran, bukan menakut-nakuti.
• Siswa tidak dibekali pengetahuan tentang Perlindungan
Anak
LANJUTAN
• Siswa yang melakukan pelanggaran, bullying dan
kekerasan karena dipicu oleh permasalahan yang
dibawa dari rumah.
• Sistem BK di sekolah masih bersifat penanganan
terhadap anak yang bermasalah, seharusnya BK
juga bekerja untuk pencegahan dari awal dan
memetakan permasalahan setiap anak, sehingga
sekolah mengetahui bagaimana riwayat keluarga
dan perilaku masing-masing siswa.
• Perspektif “pintar” dengan kognisi
• Anak didik masih menjadi objek pendidikan, belum
menjadi subjek pendidikan
PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN
PADA ANAK DALAM LINGKUNGAN

1. Orangtua tidak memiliki konsep pengasuhan


2. Kurang mendapat ”kasih sayang” psikis dan
psikologi di rumah
3. Anak tidak menemukan jati diri di rumah sehingga
mencari pengakuan di luar rumah.
4. Ingin diakui sebagai anggota kelompok
5. Waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan
baik.
6. Masyarakat acuh tak acuh dan kurang sensitif
pada kewaspadaan komunitas
DAM PAK
Who (2018) luka parah, gg, perkembangan saraf
fISIK dan otak, gg. Kognitif,Agresif, balas
dendam,meninggal dunia
Huraerah (2012) agresif, pasif, apatis, frustasi,
PSIKIS trauma, meniru perilaku buruk, kurang percaya
diri, menarik diri, narkoba, cenderung bunuh diri.
Dendam dengan pelaku, takut menikah, harga
SEKSUAL diri, trauma,disfungsi seksual , bunuh diri,
kecanduan dll

PENELANTARAN Perasaan tidak aman, gagal mengembangkan


perilaku akrab

LAINNYA Pendidikan anak yang terabakan dan perawatan


yang gagal.
Tumbuh kembang
terganggu

Tubuhnyanya
Kesehatan
mengalami
mental
luka-luka

Resiko
depresi
ASPEK KURATIF KORBAN KEKERASAN
PENGOBATAN DAN 1. Layanan Medis
LAYANAN KESEHATAN 2. Pemerikasaan
Medikolegal
(KURATIF)
3. Layanan Psikosial
4. Rujukan

PENANGANAN
KORBAN

REHABILITASI SOSIAL,
PEMULANGAN, PENEGAKAN HUKUM
REINTEGRASI SOSIAL
JIKA TERJADI….
 Dilema, antara tabu dan kriminal
 Dilaporkan
 Menyembunyikan identitas korban
 Disembuhkan secara integratif
sehingga tidak berpotensi menjadi
pelaku lain
USAHA KURATIF
PENDAMPINGAN KORBAN
 Orang tua tetap mendampingi
 Memperbaiki pola komunikasi dan
pengasuhan
 Menciptakan lingkungan yang ramah untuk
anak
 Mendampingi proses pemulihan psikologis
 Mendampingi proses reintegrasi di
masyarakat sekolah
 Membangun kepercayaan diri anak dan
menyalurkan bakat minatnya
SOLUSI MENCEGAH
 JANGAN SERING MENGABAIKAN ANAK
 TANAMKAN SEJAK DINI PENDIDIKAN AGAMA
 BICARA SECARA TERBUKA PADA ANAK
 AJARKAN KEPADA ANAK UNTUK BERSIKAP
WASPADA
 ORANGTUA BERSIKAP SABAR TERHADAP ANAK
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

1) Identifikasi orang tua yang memiliki anak yang ditempatkan di


rumah orang lain atau saudaranya untuk beberapa waktu.
2) Identifikasi adanya riwayat abuse pada orang tua di masa lalu,
depresi, atau masalah psikiatrik.
3) Identifikasi situasi krisis yang dapat menimbulkan abuse
4) Identifikasi bayi atau anak yang memerlukan perawatan dengan
ketergantungan tinggi (seperti prematur, bayi berat lahir
rendah, intoleransi makanan, ketidakmampuan perkembangan,
hiperaktif, dan gangguan kurang perhatian)
5) Monitor reaksi orang tua observasi adanya rasa jijik, takut atau
kecewa dengan jenis kelamin anak yang dilahirkan.
6) Kaji pengetahuan orang tua tentang kebutuhan dasar anak dan
perawatan anak.
7) Kaji respon psikologis pada trauma
8) Kaji keadekuatan dan adanya support system
9) Situasi Keluarga.
Fokus pengkajian secara spesifik untuk
menegakkan diagnosa keperawatan berkaitan
dengan kekerasan pada anak, antara lain:
A. Pengkajian
- Psikososial
Melalaikan diri, baju dan rambut kotor, bau.
Gagal tumbuh dengan baik
Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif,psikomotordan psikososial
Memisahkan diri

- Muskuloskeletal
- Fraktur
- Dislokasi
- Keseleo (sprain)
- Integumen
- Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
- Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi
- Adanya tanda2 gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
- Bengkak.
GENITO URINARIA
• ISK
• PERDARAHAN
• Luka
• Nyeri saat pips
• Laserasi pada organ
genetila

INTEGUMEN

• Lesi sirkulasi
• Luka bakar pada kulit,
memar dan abrasi
• Ada gigitan manusia
• Bengkak
EVALUASI DIAGNOSTIK
Riwayat penyakit dan pemeriksaan LABORATORIUM
Fisik
 Penganiayaan Fisik Laboratorium
 Luka memar : skrinning
Luka memar perdarahan
Luka bakar  Penganiayaan seksual:

Swab untuk analisa


Trauma kepala
Kultur spesimen dari oral
Trauma abdomen dan Tes untuk sfilis, hiv, hepatitis b
thoraks Analisa rambut pubis.
 Pengabaian

( Non organic failure to


thrive, pengabaian medis ) Radiologi
 Penganiayaan seksual Identifikasi fokus dari jejas
Dokumentasi, CT SCAN, MRI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Kerusakan pengasuhan b.d usia muda terutama
remaja, kurang pengetahuan mengenai
pemenuhan Kesehatan anak dan
ketidakadekuatan pengaturan perawtaan anak
 Kapasitas adaptif : penurunan intracranial b.d
cedera otak
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d ketidakmampuan memasukkan,
mencerna, dan mengabsorpsi makanan karena
factor psikologis.
 Resiko keterlambatan perkembangan b.d
kerusakan akibat kekerasan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai