Abses Mandibula
Abses Mandibula
ABSES SUBMANDIBULA
+ AKI + SINDROMA
GERIATRI
DEFINISI
Suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada
daerah submandibula
20%
60% 20%
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUNJANG
Demam dan nyeri leher disertai pembengkakan di Pembengkakan di daerah
bawah mandibula dan atau di bawah lidah. Pasien submandibula, fluktuatif, dan nyeri
juga biasanya akan mengeluhkan air liur yang tekan. Pada insisi didapatkan material
banyak, trismus akibat keterlibatan muskulus yang bernanah atau purulent
pterigoideus, disfagia dan sesak nafas akibat (merupakan tanda khas). Angulus
sumbatan jalan nafas oleh lidah yang terangkat ke mandibula dapat diraba. Lidah terangkat
atas dan terdorong ke belakang ke atas dan terdorong ke belakang
TATA LAKSANA
ANTIBIOTIK PARENTERAL
EVAKUASI ABSES
02 66 tahun
RiwayatPribadi
- Riwayat alergi : -
- Riwayat imunisasi : Pasien lupa
- Hobi : Pengajian
- Olahraga : -
- Kebiasaan makan : Pasien makan 3x porsi sedang
- Merokok : -
-
-
Minum alkohol : -
Konsumsi jamu-jamuan atau obat-obatan : -
ANAMNESIS
- Hubungan Seks : Tidak ada keluhan
Pemeriksaan fisik
PARAMETER KEADAAN
Nadi 112x/min
Suhu (aksila) 37 ⁰C
SpO2 98% tanpa O2
Kulit Hematome (-), pucat (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-), rash (-)
Mata Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (+), injeksi kornea (-)
Leher Bruit karotis (-), JVP = 5 ± 2 cmH2O, distensi vena (-), pembengkakan kelenjar limfe (+), nyeri tekan (+)
PARAMETER KEADAAN
Paru-paru Irama regular; Gerakan nafas simetris; Tactile fremitus simetris;
Perkusi Auskultasi Rhonki Wheezing
S S V V - - - -
S S V V - - - -
S S V V - - - -
Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Hasil Nilai Normal LABORATORIUM
Hemoglobin 11,6 12,00-16,00 g/dl
Lekosit 29,4 4,0-10,5/ul
Eritrosit 4,3 3,50-5,50 juta/ul
Hematokrit 35,1 37,00-47,00 vol%
13 Okt 2018
Trombosit 463 150-450 ribu/ul
RDW-CV 13,6 11,5-14,7 %
MCV,MCH, MCHC
MCV 81,6 80,00-97,00
MCH 27 27,0-32,0
MCHC 33 32,0-38,0
KIMIA
HATI
SGOT 78 0 – 46
SGPT 72 0 – 45
GINJAL
Ureum 175 10 – 50
Kreatinin 1,89 0,7 – 1,25
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN LANJUT USIA
NO RISIKO SKALA
1 Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, berayun) 4
2 Pusing atau pingsan pada posisi tegak 3
3 Kebingungan setiap saat (contoh:pasien yang mengalami demensia) 3
4 Nokturia/Inkontinen 3
5 Kebingungan intermiten (contoh pasien yang mengalami delirium/Acute confusional state) 2
6 Kelemahan umum 2
7 Obat-obat berisiko tinggi (diuretic, narkotik, sedative, antipsikotik, laksatif, vasodilator, antiaritmia, antihipertensi, 2
obat hipoglikemik, antidepresan, neuroleptic, NSAID)
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 5
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (gedung), (ruang) (tanyakan pada responden) 5 5
REGISTRASI
3 Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya selang 1 detik (misal apel, uang, meja), responden 3 3
diminta mengulanginya. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai responden dapat
menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan
Skor Total 30 29
Total skor: 29 (Lebih dari 21) sehingga diduga tidak adanya kerusakan kognitif
INSTRUMEN
PEMERIKSAAN MINI COG DAN CLOCK
DRAWING TEST
Fungsi kognitif menurun
Pasien hanya dapat mengulangi 3 dari 3 kata yang telah
disebutkan
Pasien dapat menggambar jam yang sesuai dengan yang telah
diinstruksikan
INSTRUMEN MINI NUTRIONAL ASSESSMENT (MNA)
1. SKRINING
Apakah anda mengalami penurunan asupan makanan dalam 3 bulan terakhir disebabkan kehilangan nafsu makan, gangguan saluran cerna,
kesulitan mengunyah atau menelan?
0 = kehilangan nafsu makan berat (severe)
1 = kehilangan nafsu makan sedang (moderate)
2 = tidak kehilangan nafsu makan
Menderita stress psikologis atau penyakit akut dalam tiga bulan terakhir ?
0 = ya
2 = tidak
Mengalami masalah neuropsikologis?
SKOR SKRINING
0 = dementia atau depresi berat
Sub total maksimal : 14
1 = demensia sedang (moderate) Jika nilai > 12 – tidak mempunyai risiko, tidak perlu melengkapi form penilaian
Jika < 11 – mungkin mengalami malnutrisi, lanjutkan mengisi form penilaian
2 = tidak ada masalah psikologis
SKOR PENILAIAN: 13
KESIMPULAN
• Penilaian Risiko Jatuh Pasien Lanjut Usia : Skor 6 (resiko jatuh tinggi)
• Penilaian Activity Of Daily Living (Adl) Dengan Instrumen Indeks Barthel Modifikasi :
Skro 13 (ketergantungan ringan B) )
• Instrumen Geriatric Depression Scale (Gds) 15 : Skor 3 (Tidak ada gangguan depresi)
• Instrumen Abbreviated Mental Test (Amt) : Skor 10 (normal)
• Instrumen Evaluasi Status Mental Mini (Mmse) : Skor 29 (diduga tidak adanya
kerusakan kognitif)
• Instrumen Pemeriksaan Mini Cog Dan Clock Drawing Test : Fungsi kognitif normal
• Instrumen Mini Nutrional Assessment (Mna) : Skor total 24 (risiko malnutrisi)
Daftar Masalah
No. Masalah Data Pendukung
1. Abses leher dalam Anamnesis:
1.1 Abses submandibula Bengkak pipi kanan (+), sulit membuka mulut (+) penurunan asupan makan dan
1.2 Abses peritonsil minum (+) Nyeri pipi kanan (+) Muntah (+) Demam (+)
Px. Fisik:
Pembengkakan kelenjar limfe (+) nyeri tekan (+) fluktuasi (+)
Lab:
Hb 11,6
Leukosit 29,400
2. AKI Lab:
2.1 Volume depletion Ureum 175
2.2 AKI on CKD Creatinin 1,89
3. Anemia Anamnesis:
3.1 Anemia due to chronic Lemah (+) tidak nafsu makan (+)
disease Px. Fisik:
3.2 Anemia renal Konjungtiva anemis (+/+)
Lab:
Hb 11,6
MCV 81,6
MCH 27
MCHC 33
POMR
No. Masalah Pdx PTx PMo Rencana Edukasi
1. Abses leher dalam Cek DR, kimia i. IVFD NaCl 0,9% 2000 ml/ 24 jam Keluhan subjektif Jaga kebersihan gigi dan mulut
1.1 Abses submandibula darah, kultur pus ii. Antibiotik intravena ciprofloxacin 2x200 Tanda trismus
1.2 Abses peritonsil mg Tanda sepsis
iii. Omeprazole intravena 1x40
iv. Paracetamol intravena 3x1 gr
v. Po klindamisin 3x300 mg . Pemberian
klindamisin oral berlangsung selama 2
hari sebelum akhirnya diganti dengan
metronidazole intravena 3x500 mg
vi. Rawat bersama bagian THT
vii. Rencana insisi drainase
2. AKI Cek Ur/Cr Keluhan subjektif Pembatasan intake cairan
2.1 Volume depletion TTV
2.2 AKI on CKD
3. Anemia Cek MCV, MCH, Keluhan subjektif Konsumsi makanan tinggi zat
3.1 Anemia due to chronic MCHC TTV besi
disease Konjungtiva Hindari aktivitas berat
3.2 Anemia renal
G NO S I S
DIA
TAL AK
TATA LAKSANA
• IVFD NaCl 0,9% 2000 ml/ 24 jam
• Antibiotik intravena ciprofloxacin 2x200 mg
• Omeprazole intravena 1x40
ABSES SUBMANDIBULA •
•
Paracetamol intravena 3x1 gr
Po klindamisin 3x300 mg . Pemberian klindamisin oral
K T
• Ny. S, 66 tahun Pada umumnya sumber infeksi pada ruang
• Muka bengkak(+) nyeri (+). submandibula berasal dari proses infeksi dari gigi, dasar mulut,
• Bengkak pada muka terlihat dibagian pipi hingga faring, kelenjar limfe submandibula. Mungkin juga kelanjutan infeksi
dagu. Bengkak lebih mirip seperti bisul disertai dari ruang leher dalam lain.
nanah. Terdapat demam dan nyeri leher disertai
• Sulit membuka mulut (+) dan penurunan asupan pembengkakan di bawah mandibula dan atau di bawah lidah. Pasien
makan dan minum (+) juga biasanya akan mengeluhkan air liur yang banyak, trismus akibat
• R/ pingsan 15 hari SMRS keterlibatan muskulus pterigoideus, disfagia dan sesak nafas akibat
• Demam (+) sumbatan jalan nafas oleh lidah yang terangkat ke atas dan
• Muntah (+) terdorong ke belakang. Sesuai pada kasus,pasien mengalami
• Tidak ada riwayat darah tinggi, gula darah dan demam 1 minggu sebelumnya dan adanya nyeri juga sukar
tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya membuka mulut.
Selain itu pasien juga termasuk dalam sindroma
geriatri, Sindrom geriatri merupakan kumpulan gejala dan atau tanda
klinis, dari satu atau lebih penyakit yang sering dijumpai pada pasien
geriatri. Tampilan klinis yang tidak khas sering membuat sindrom
geriatri tidak terdiagnosis. Sindrom geriatri meliputi gangguan
kognitif, depresi, inkontinensia, ketergantungan fungsional, dan jatuh
KASUS vs TEORI
K T
• Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh adanya tanda vital Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya
yang normal dengan Pada pemeriksaan mata pembengkakan di daerah submandibula, fluktuatif, dan nyeri tekan.
didapatkan konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan fisik Pada insisi didapatkan material yang bernanah atau purulent
didapatkan pembengkakan kelenjar limfe serta adanya (merupakan tanda khas). Angulus mandibula dapat diraba. Lidah
nyeri tekan. terangkat ke atas dan terdorong ke belakang.
KASUS vs TEORI
K T
• Pemeriksaan penilaian risiko jatuh dengan hasil 6 yang berarti risiko
tinggi dan memerlukan intervensi. Dalam bidang geriatri dikenal beberapa masalah
• Pemeriksaan activity of daily living dengan instrument indeks barthel kesehatan yang sering dijumpai baik mengenai fisik atau psikis
modifikasi memberikan hasil 13 yang berarti ketergantungan ringan pasien usia lanjut. Menurut Solomon et al, The “13 i” yang terdiri dari
(B). Immobility (imobilisasi), Instability (instabilitas dan jatuh), Intelectual
• Pada pemeriksaan instrument geriatric depression scale (GDS) 15 impairement (gangguan intelektual seperti demensia dan delirium),
didapatkan skor 3 yang mengindikasikan tidak didapatkan Incontinence (inkontinensia urin dan alvi), Isolation (depresi),
gangguan depresi. Impotence (impotensi), Immunodeficiency (penurunan imunitas),
• Pada Instrumen abbreviated mental test (AMT) tidak didapatkan Infection (infeksi), Inanition (malnutrisi), Impaction (konstipasi),
kelainan dengan total skor 10. Insomnia (gangguan tidur), Iatrogenic disorder (gangguan iatrogenik)
• Dari hasil pemeriksaan (MMSE) didapatkan skor 29 sehingga dan Impairement of hearing, vision and smell (gangguan
diduga tidak ditemukannya kerusakan/ gangguan kognitif. pendengaran, penglihatan dan penciuman).
• Dari pemeriksaan instrument mini cog dan clock drawing test
didapatkan fungsi kognitif pasien normal dikarenakan pasien hanya
dapat mengulangi 3 dari 3 kata yang telah disebutkan dan dapat
menggambar jam yang sesuai dengan yang telah diinstruksikan.
• Pemeriksaan instrument mini nutrional assessment (MNA)
memberikan skor hasil 11 pada poin skrining yang menyatakan
mungkin pasien mengalami malnutrisi dan skor 13 pada poin
pemeriksaan yang menyatakan malnutrisi
KASUS vs TEORI
K T
• Pemeriksaan darah lengkap dengan hasil yang Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi
mengalami kelainan berupa haemoglobin 11,6 g/dl, kelainan dan adanya inflamasi. Selain itu seperti pada kasus
leukosit 29,4 ribu/ul, hematokrit 35,1 %, trombosit 463 mengalami Acute kidney injury (AKI) ditandai dengan penurunan
ribu/ul, MCH 27,0 pg, glukosa darah sewaktu (GDS) 138 mendadak fungsi ginjal yang terjadi dalam beberapa jam sampai hari.
mg/dl, SGOT 78 U/L, SGPT 72 U/L, ureum 175 mg/dl, Diagnosis AKI saat ini dibuat atas dasar adanya
kreatinin 1,89 mg/dl dan natrium 133 meq/l. kreatinin serum yang meningkat dan blood urea nitrogen (BUN) dan
• Pemeriksaan toraks berupa kardiomegali tak tampak urine output yang menurun, meskipun terdapat keterbatasan. Pada
oedema paru dengan pulmo dalam batas normal. Selain pasien yang memenuhi kriteria diagnosis AKI sesuai dengan yang
itu, dilakukan pemeriksaan kultur darah dan sensitivitas telah dipaparkan di atas, pertama-tama harus ditentukan apakah
dengan bahan pus didapatkan hasil pembiakan berupa keadaan tersebut memang merupakan AKI atau merupakan suatu
tidak ada pertumbuhan kuman aerob. keadaan akut pada PGK. Beberapa patokan umum yang dapat
• Gula darah puasa (GDP) 63 mg/dl, HBA1C 6,1 %, membedakan kedua keadaan ini antara lain riwayat etiologi PGK,
ureum 62 mg/dl. Selain pemeriksaan laboratorium, riwayat etiologi penyebab AKI, pemeriksaan klinis (anemia, neuropati
dilakukan pemeriksaan urinalisa dengan kelainan pada PGK) dan perjalanan penyakit (pemulihan pada AKI) dan
berupa didapatkan trace protein-albumin, didapatkan ukuran ginjal. Patokan tersebut tidak sepenuhnya dapat dipakai.
leukosit 1-2 dan eritrosit 1-2 pada pemeriksaan sedimen Misalnya, ginjal umumnya berukuran kecil pada PGK, namun dapat
urin pula berukuran normal bahkan membesar seperti pada neuropati
diabetik dan penyakit ginjal polikistik
KASUS vs TEORI
K T
• Terapi yang diberikan berupa berupa terapi cairan Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan
maintenance IVFD NaCl 0,9% 2000 ml/ 24 jam, anaerob harus diberikan secara parenteral. Hal yang paling penting
antibiotik intravena ciprofloxacin 2x200 m, adalah terjaganya saluran nafas yang adekuat dan drainase abses
omeprazole intravena 1x40 mg, antipiretik yang baik. Seharusnya pemberian antibiotik berdasarkan hasil biakan
sekaligus analgetik paracetamol intravena 3x1 gr kuman dan tes kepekaan terhadap bakteri penyebab infeksi, tetapi
dengan pemberian klindamisin oral 3x300 mg dan hasil biakan membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan
rawat bersama bagian THT. Pemberian klindamisin hasilnya, sedangkan pengobatan harus segera diberikan. Sebelum
oral berlangsung selama 2 hari sebelum akhirnya hasil mikrobiologi ada, diberikan antibiotik kuman aerob dan anaerob.
diganti dengan metronidazole intravena 3x500 mg Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal
pasca insisi drainase serta dilakukan rawat untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam
bersama dengan bagian bedah onkologi narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat
yang paling berfluktuasi atau setinggi os hyoid, tergantung letak dan
luas abses. Eksplorasi dilakukan secara tumpul sampai mencapai
ruang sublingual, kemudian dipasang salir. Pasien dirawat inap
sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.
Thank You!