Anda di halaman 1dari 29

REFLEKSI KASUS

PROPTOSIS

Pembimbing :
dr. Kasihana Hismanita Sopha, Sp.M

Oleh :
Defan Adlill Arnandha
30101607634
IDENTITAS PASIEN

● Nama : Tn. NS
● Umur : 33 tahun
● Agama : Islam
● Pekerjaan : Swasta
● Alamat : Kerban, Kudus
● Tanggal periksa : 23 Agustus 2021
KELUHAN UTAMA

Penonjolan bola mata


sebelah kiri
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus pada
tanggal 19 Agustus 2021 dengan keluhan penonjolan bola mata sebelah kiri. Pasien
mengatakan keluhan ini dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan tersebut
dirasakan semakin bertambah secara perlahan-lahan. Keluhan disertai dengan nyeri
dan terasa pegal pada mata. Pasien mengeluhkan penglihatan berkurang
dirasakan sejak 2 bulan yang lalu pada mata sebelah kiri. Awalnya pasien
mengaku penglihatan kabur, penglihatan ganda, dan semakin memberat. Pasien
juga mengeluhkan mata merah, keluar cairan putih kehijauan dan sulit menutup
kelopak mata.
Pasien mengeluhkan pusing, mual dan muntah sejak seminggu yang
lalu. Muntah tersebut sebanyak 2 x / hari. Pasien 1 tahun yang lalu juga
mengeluhkan pusing dan muntah berulang dan telah dilakukan CT-Scan dengan
diagnosis SOL.
RIWAYAT PENYAKIT
RPD RPK
Riwayat keluhan sakit serupa : - Riwayat keluhan sakit serupa : -
Riwayat alergi :- Riwayat alergi :-
Riwayat trauma pada mata :- Riwayat trauma pada mata :-
Riwayat operasi mata :- Riwayat operasi mata :-
Riwayat DM :- Riwayat DM :-
Riwayat Hipertensi :- Riwayat Hipertensi :-

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien seorang pelajar SMP, biaya pengobatan
ditanggung BPJS
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Baik
Kesadaran :
Composmentis
Status gizi : Baik

Vital sign
Tekanan darah : 135/70 mmhg
Nadi : 88 x/menit
Laju napas : 20 x/menit
Suhu : 36oC
STATUS
OPTHALMOLOGIS
STATUS
OPTHALMOLOGIS OD Pemeriksaan OS
6/15 Visus 1/300
11 TIO 13
Madarosis (-), trikiasis (-) Silia Madarosis (-), trikiasis (-)
Vesikel (-), Edema (-), hiperemi (-), Palpebra Vesikel (-), Edema (-), hiperemi (-),
entropion (-), ektropion (-), spasme (+) entropion (-), ektropion (-), spasme (-)
Enoftalmus (-), eksoftalmus (-), strabismus Bulbus Okuli
Enoftalmus (-), eksoftalmus (-), strabismus
(-)
(-)
Injeksi (-), sekret (-), papila (-) Mixed Injeksi (+), sekret (-), papila (-)
Konjungtiva

Hiperemis (-), kemosis (-) Sklera Hiperemis (-), kemosis (-)


Jernih, edema (-), ulkus (-), infiltrat (-), Kornea Jernih, edema (-), ulkus (-), infiltrat (+),
sikatrik (-) sikatrik (-)
Kedalaman cukup, hipopion (-), hifema (-), COA Kedalaman cukup, hipopion (-), hifema (-),
tyndal effect (-) tyndal effect (-)
Coklat, kripta (-), sinekia (-), bulat, regular, Iris/Pupil Coklat, kripta (-), sinekia (-), bulat, regular,
letak sentral d = 3mm letak sentral d = 3mm
+/+ Refleks Pupil direct/indirect +/+
Jernih Lensa Jernih
Pemeriksaan Gerak Bola mata

-2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
Hemoglobin 11,7 L 14.0-18.0 g/dl
Eritrosit 4,33 L 4,5-5,9 Jt/ui
Hematokrit 32.3 L 40-52 %
Trombosit 406 H 150-400 10^3/ui
Leukosit 14,8 H 4,0-12,0 10^3/ui
Neutrofil 74,5 H 50-70 %
Limfosit 15,3 L 20-40 %
Monosit 9,8 H 2-8 %
Eusinofil 0,1 L 2-4 %
Basofil 0,3 0-1 %
MCH 27,0 27,0-31,0 Pg
MCHC 36,2 33,0-37,0 g/dl
MCV 74,6 L 79,0-99,0 Fl
Netrofil absolut 11,0 10^3/ui
Limfosit Absolut 2,3 10^3/ui
NLR 4,8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
Kimia Klinik
Ureum 15,1 Mg/dl 19-44
Creatinin 0,9 Mg/dl 0,6-1,3
Elektrolit
Kalsium 2,38 Mmol/l 2,20-2,90
Kalium 3,5 Mmol/l 3,5-5,5
Natrium 133 Mmol/l 135-145
Klorida 96 Mmol/l 98-108
Ct-Scan Brain Window Potongan Axial

Contrast

Non -
Contrast
Ct-Scan Brain Window Potongan Axial
• Tampak lesi iso-hiperdens ringan pada nasofaring kiri yang tampak mengobliterasi
Tarus tubarius dan fossa rosenmuller dan meluas ke retrofiring kearah kiri,
parafaring kiri, infra cranial pada parasella kiri, cavum orbita kiri, sinus maksilaris
kiri
• Pasca injeksi kontras tampak enhancement kuat inhomogen
• Kesuraman pada sinus maksilaris kiri
• Cavum nasi tampak normal
• Tampak penebalan mukosa pada sinus maksilaris kiri
• Tak tampak limfadenopati regio colli
• Tak tampak destruksi tulang

Kesan : Massa pada nasofaring kiri yg meluas ke retrofaring kanan kiri, parafaring kiri,
intra cranial pada parasella kiri, cavum orbita kir.

Sinus Maksilarris Kiri


Kesuraman pada sinus maksilaris kiri
Tak tampak limfadenopati colli
RESUME
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus pada tanggal 19 Agustus 2021
dengan keluhan penonjolan bola mata sebelah kiri. Pasien mengatakan keluhan ini dirasakan sejak 2 bulan yang
lalu. Keluhan tersebut dirasakan semakin bertambah secara perlahan-lahan. Keluhan disertai dengan nyeri dan
terasa pegal pada mata. Pasien mengeluhkan penglihatan berkurang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu pada mata
sebelah kiri. Awalnya pasien mengaku penglihatan kabur, penglihatan ganda, dan semakin memberat. Pasien
juga mengeluhkan mata merah, keluar cairan putih kehijauan dan sulit menutup kelopak mata.
Pasien mengeluhkan pusing, mual dan muntah sejak seminggu yang lalu. Muntah tersebut sebanyak
2 x / hari. Pasien 1 tahun yang lalu juga mengeluhkan pusing dan muntah berulang dan telah dilakukan CT-Scan
dengan diagnosis SOL.

Visus
OD  6/15
OS  1/300
Konjungtiva  mixed injeksi (+)
Kornea  Infiltrat (+)
Pupil  Bulat, central d 3mm
Funduskopi  dbn
Gerak Bola Mata  -2
RESUME
Pemeriksaan Penunjang :

● Laboratorium :
o Anemia
o Leukositosis
o Trombositosis
o Eusinofil ↓
o Neutrofil ↑
o Limfosit ↓
o Monosit ↑
o MCV ↓
● Ct-Scan :
●Massa pada nasofaring kiri yg meluas ke retrofaring kanan kiri, parafaring kiri, intra cranial pada parasella
kiri, cavum orbita kiri.

●Sinus Maksilarris Kiri


●Kesuraman pada sinus maksilaris kiri
●Tak tampak limfadenopati colli
DIAGNOSIS

OS Proptosis e.c Massa Retrobulbar

DD:
- OS Proptosis e.c Graves Disease
- OS Proptosis e.c AVM
TATALAKSANA
Medikamentosa
• Timol 0,5% 2x1 tetes OS
• Optiflox (Levofloxacin Hemihydrate) 6x1 tetes OS
• Cloramphenicol OS
• Cindolyteers 4x1 tetes OS

Non-Medikamentosa
EDUKASI
• Pasien dianjurkan menggunakan pelindung mata untuk melindungi diri dari
exposure dari luar seperti debu dan sinar ultraviolet.
• Mata yang sakit jangan dibebat
• Mata sering dibersihkan jika ada kotoran
PROGNOSIS

Prognosis Oculus dexter Oculus sinister

Quo ad vitam Dubia ad bonam Dubia

Quo ad functionam Dubia ad bonam Dubia

Quo ad cosmeticam Ad bonam Dubia Ad bonam

Quo ad sanatiom Ad bonam Dubia


TERIM
A
KASIH
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian atap orbita :
● Os frontalis
● Os sphemoidalis
Bagian dinding media orbita
● Os maksilaris
● Os lakrimalis
● Os sphenoidalis
● Os ethmoidalis
● Lamina payracea hubungan ke os
sphenoidalis (dinding tipis)
Bagian dinding lantai orbita
● Os maksilaris
● Os zigomatikum
● Os palatinum
Bagian dinding lateral orbita
● Os zigomatikum
● Os sphenoidalis
● Os frontalis
Definisi

● Proptosis dideskripsikan sebagai penonjolan bola mata yang


abnormal, dan disebabkan oleh lesi retrobulbar, atau pada kassus yang
jarang, karena orbita yang dangkal. Proptosis yang asimetris dapat
dideteksi dengan inspeksi mata pasien dari arah depan bawah (Worm’s
eye view) atau dari arah samping.
● Kakunya struktur tulang orbita, dengan lubang anterior sebagai satu-
satunya tempat untuk ekspansi, setiap penambahan isi orbita
yang terjadi di samping atau di belakang bola mata akan
mendorong organ tersebut ke depan (proptosis).
● Penonjolan bola mata adalah tanda utama penyakit orbita. Lesi-lesi
ekspansif dapat bersifat jinak atau ganas dan dapat berasal dari
tulang, otot, saraf, pembuluh darah, atau jaringan ikat. Suatu
massa dapat bersifat peradangan, neoplastik, kistik, atau
vaskular. Penonjolan itu sendiri tidak bersifat mencederai, kecuali
bila kelopak mata tidak mampu menutup kornea
● Pseudoproptosis adalah proptosis tanpa adanya penyakit orbita.
Kondisi ini dapat terjadi pada miopia tinggi, buftalmos, dan retraksi
kelopak mata.
Klasifikasi
Anamnesis dan pemeriksaan fisik  memberikan banyak petunjuk mengenai penyebab proptosis.
Posisi mata ditentukan oleh lokasi massa.
● Ekspansi di dalam kerucut otot mendorong mata lurus ke depan (proptosis aksialis), sedangkan
massa yang tumbuh di luar kerucut otot menyebabkan pergeseran bola mata ke samping atau
vertikal menjauhi massa tersebut (proptosis nonaksialis).
● Kelainan bilateral umumnya mengindikasikan adanya penyakit sistemik, misalnya penyakit
Graves. Istilah "eksoftalmos" sering digunakan untuk menggambarkan proptosis pada penyakit
Graves.
● Proptosis berdenyut pulsating proptosis dapat disebabkan oleh fistula karotiko-kavernosa/
malformasi pembuluh arteri di orbita, atau transmisi denyut otak akibat tiadanya atap orbita
superior, misalnya pada neurofibromatosis tipe 1.
● Proptosis yang bertambah dengan penekukan kepala ke depan atau dengan perasat Valsava
merupakan suatu tanda adanya malformasi pembuluh vena di orbita (varises orbita) atau
meningokel. Proptosis intermiten dapat timbul sebagai akibat mukokel sinus.
Etiologi

Teja N., Reddy M., dan Vanama A. 2015. An etiological analysis of proptosis. International Journal of
Research in Medical Sciences. DOI: http://dx.doi.org/10.18203/2320-6012.ijrms20150795
Etiologi
Manifestasi Klinis

Gejala yang paling umum adalah tonjolan bola mata ke depan. Gejala lainnya adalah
berkurangnya penglihatan, mata berair, kemerahan. Tanda-tanda akan menjadi proptosis aksial atau eksentrik,
chemosis konjungtiva, penglihatan akan dipengaruhi oleh keratoplasti eksposur atau pergeseran hyperopia oleh
tekanan tumor di bola mata dan kompresi saraf optik oleh tumor itu sendiri atau otot ekstra okular yang membesar
pada puncak orbita.
Temuan-temuan berikut menjadi perhatian khusus :
 Sakit mata atau kemerahan
 Sakit kepala
 Kehilangan penglihatan
 Diplopia
 Epifora demam
 Proptosis berdenyut
 Proptosis neonatal
Diagnosis
Pemeriksaan klinis harus dilakukan secara lengkap sehingga dapat dikelola dengan tepat. Ada beberapa tahap
pemeriksaan :

● Anamnesis

 Riwayat trauma
 Penambahan proptosis saat pasien membungkuk mengarah ke proptosis akibat malformaasi arteri vena
 Onset lama atau tiba-tiba
 Tanda tanda infeksi seperti demam, penyakit sinusitis, abses gigi
 Dapat ditanyakan tanda penyakit tiroid  tremor, gelisah, berkeringat berlebih adanya penglihatan ganda
 Apabila gejala tersebut tidak ditemukan maka dapat diarahkan pada suatu tanda penyakit tumor kemungkinan tumor
retrobulbar . anamnesis yang penting untuk tumor adalah
a) Onset, umumnya proptosis terjadi lebih lambat pada tumor jinak dan cepat padda tumor ganas
b) Umur
c) Tajam penglihatan penderita, apakah menurun bersamaan dengan terjadinya proptosis atau tidak. Jika bersamaan,
dapat diduga tumor terletak di daerah apec atau saraf optic
d) Adanya tanda klinis lain tumor ganas seperti rasa sakit, atau berat badan menurun
e) Riwayat penyakit keganasan di organ lain, untuk mengetahui kemungkinan metastase
Diagnosis
 Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata secara teliti sangat diperlukan, antara lain pada
visus, adanya penurunan visus dicurigai adanya tumor intrakonal.
Perhatikan pula perubahan pada struktur organ lainnya, seperti palpebra
(jaringan parut, retraksi palpebra atau perdarahan), konjungtiva, kornea
(erosi akibat penonjolan bola mata yang menyebabkan lagoftalmus),
kamera okuli anterior, iris, pupil (reflek pupil), fundus (atrofi papil atau
edema papil).
Pemeriksaan dapat dilanjutkan pada otot bola mata, lapang pandang dan
tekanan intraokular

 Pemeriksaan orbita
a) Eksoftalmometer Hertel adalah metode standar untuk mengukur tingkat
proptosis. Pengukuran serial pailing akurat bila dilakukan oleh individu
yang sama dengan alat yang sama. Normalnya nilai penonjolan tidak
melebihi 20mm atau beda kedua mata tidak lebih dari 3 mm.
Diagnosis

b) Posisi proptosis, perlu diketahui karena letak tumor biasanya sesuai dengan jaringan yang berada
di orbita. Ada 2 jenis posisi, yaitu sentrik dan eksentrik. Posisi sentrik biasanya disebabkan tumor
yang berada di konus. Sedangkan posisi eksentrik harus dilihat dari arah terdorongnya bola mata
untuk memperkirakan tumor.
c) Palpasi, dinilai konsistensi tumor, pergerakan dari dasarnya, adanya rasa nyeri pada penenkanan,
serta permukaan tumor.
d) Pulsasi dan bruits
e) Ocular movement, gerakan okular mungkin akan terbaatas pada aarah tertentu oleh karena adanya
massa atau proses inflamsi
Tatalaksana
●Pelumasan untuk melindungi kornea diperlukan pada kasus yang parah. Ketika
pelumasan tidak cukup, operasi untuk memberikan cakupan yang lebih baik dari permukaan mataa
tau untuk mengurangi proptosis mungkin diperlukan, kortikosteroid sistemik (misalnya
prednison 1 mg/ lg po satu kali /hari selama 1 minggu) sering membantu dalam
mengendalikan edema dan kongesti orbital karena penyakit mata tiorid atau pseudotumor
orbitaal inflamasi. Terapi radiasi diberikam jika tidak ada respons dengan kortikosteroid. Dosis
radiasi ialah 2000 Rad. Intervesi lain bervariasi menurut etiologi.
●Graves exophtalmos tidak dipengaruhi oleh perawatan kondisi tiroid tetapi dapat
berkurang seiring waktu. Tumor harus diangkat secara operasi. Embolisasi selektif atau
prosedur trapping yang jarang dilakukan mungkin efektif dalam kasus fistula arteriovenosa yang
melibatkan sinus kavernosa. Terapi pembedaahn juga dapat menjadi pilihan dalam penanganan
proptosis. Terapi pembedahan yang digunakan adalah fat removal orbital decompression (FROD)
yang dapat mereduksi proptosis. Teknik pembedahan ini dapat mengurangi proptosis kurang lebih
4-6 mm.

Anda mungkin juga menyukai