Anda di halaman 1dari 48

PLAMBING DAN SANITASI

Topik 4: Perancangan Sistem Pembuangan


Tujuan Perancangan Sistem Pembuangan

Membawa air terpakai ke tempat pengolahan yang aman


serta melakukan penanganan akibat lain:

Bau  water trap, water shield

Cross section: masuknya air buangan ke pipa air minum


(karena kesalahan perhitungan, tekanan balik, dsb.)

Back pressure: tekanan hisap

2 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Jenis Air Buangan

Air buangan atau air limbah adalah semua cairan yang dibuang
baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas
tumbuh-tumbuhan, maupun yang mengandung sisa-sisa
proses dari industri. Air buangan dapat dibagi menjadi 4
golongan, yaitu :

1. Air kotor (black water) : air buangan yang berasal dari kloset,
peturasan, bidet dan air buangan mengandung kotoran
manusia yang berasal dari alat-alat plambing lainnya  soil
pipe.

2. Air bekas (grey water) : air buangan yang berasal dari alat-
alat plambing lainnya seperti bak mandi (bath tub), bak cuci
tangan, bak dapur, dsb.  waste pipe

3 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Jenis Air Buangan

3. Air hujan: dari atap, halaman, dsb.

4. Air buangan khusus : yang mengandung gas, racun atau


bahan-bahan berbahaya seperti yang berasal dari pabrik, air
buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, tempat
pemeriksaan dari rumah sakit, rumaah pemotongan hewan,
dll

4 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Klasifikasi Cara Pembuangan

Sistem campuran
Yaitu sistem pembuangan di mana air kotor dan air
bekas dikumpulkan dan dialirkan ke dalam satu
saluran.

Sistem terpisah
Yaitu sistem pembuangan, di mana air kotor dan air
bekas masing-masing dikumpukan dan dialirkan secara
terpisah. Untuk daerah dimana tidak tersedia riol umum
yang dapat menampung air bekas maupun air kotor,
maka sistem pembuangan air kotor akan disambungkan
ke instalasi pengolahan air kotor terlebih dahulu.

5 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Cara Pembuangan Campuran

6 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Cara Pembuangan Campuran

7 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Catatan:

Sistem pembuangan air hujan (storm drainer)

 Pada dasarnya air hujan harus disalurkan melalui


sistem pembuangan yang terpisah dari sistem
pembuangan air bekas dan air kotor.

 Kalau dicampurkan maka apabila saluran tersebut


tersumbat oleh sebab apapun, ada kemungkinan air
hujan akan mengalir-balik dan masuk ke dalam alat
plambing terendah dalam sistem tersebut.

8 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Pemasangan pipa air buangan

Main stack

Primary
Secondary branch
branch

9 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Klasifikasi Cara Pengaliran

Sistem gravitasi
Dimana air buangan mengalir dari tempat yang
lebih tinggi secara gravitasi ke saluran umum yang
letaknya lebih rendah.

Sistem bertekanan
Dimana saluran umum letaknya lebih tinggi dari
letak alat-alat plambing sehingga air buangan
dikumpulkan lebih dahulu dalam suatu bak
penampung kemudian dipompakan keluar ke
dalam riol umum.

10 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Klasifikasi menurut letak

Sistem setempat / pembuangan gedung


Yaitu sistem pembuangan yang terletak dalam
gedung, sampai jarak satu meter (jarak tertentu
yang dekat) dari dinding paling luar gedung
tersebut. (termasuk unit pengolah limbahnya)

Sistem pembuangan di luar gedung atau riol


gedung menuju saluran buangan perkotaan
Yaitu sistem pembuangan diluar gedung,
dihalaman mulai satu meter dari dinding paling
luar gedung tersebut sampai ke riol umum.
11 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Vent
Berfungsi untuk:

memberikan tekanan atmosfer (sehingga pipa tsb


berhubungan dengan udara luar),

memberikan sirkulasi udara dalam pipa,

membuang gas dalam pipa.

Juga untuk menghindari back pressure dalam


sistem perpipaan.

12 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Kemiringan Pipa dan Kecepatan Aliran

Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan


dengan cepat air buangan yang biasanya
mengandung padatan, sehingga harus mempunyai
ukuran dan kemiringan yang cukup.

Biasanya pipa dianggap tidak penuh berisi air


buangan, melainkan hanya tidak lebih dari 2/3
terhadap penampang pipa, sehingga bagian atas
yang “kosong” cukup untuk mengalirkan udara.

13 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Kemiringan Pipa dan Kecepatan Aliran

Kecepatan terbaik dalam pipa berkisar antara 0,6


sampai 1,2 m/dtk.
Kalau kurang, kotoran dalam air buangan dapat
mengendap dan menyumbat pipa. Jika terlalu
cepat akan menimbulkan turbulensi aliran yang
dapat menimbulkan gejolak tekanan dalam pipa,
yang bisa merusak fungsi air penutup dalam
perangkap alat plambing.

Pipa ukuran kecil akan mudah tersumbat karena


endapan kotoran dan kerak, walaupun dipasang
dengan kemiringan yang cukup. Oleh karena itu
untuk jalur yang panjang, ukuran pipa sebaiknya
tidak kurang dari 50 mm.
14 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal

Diameter pipa Kemiringan


(mm) minimum
75 atau kurang 1/50
100 atau kurang 1/100

Kemiringan pipa pembuangan gedung dan riol gedung dapat


dibuat lebih landai dari yang dinyatakan dalam tabel, asal
kecepatannya tidak kurang dari 0,6 m/dtk.

Kemiringan yang lebih curam dari 1/50 cenderung


menimbulkan efek sifon yang akan menyedot air penutup
dalam perangkap alat plambing.
15 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Lubang Pembersih dan Bak Kontrol

Kotoran dan kerak akan mengendap pada dasar


dan dinding pipa pembuangan setelah digunakan
untuk jangka waktu lama.
Kadang ada juga benda-benda kecil yang terjatuh
dan masuk ke dalam pipa.
 Semuanya itu akan menyebabkan tersumbatnya
pipa, sehingga perlu dilakukan tindakan
pengamanan.
Pada gedung, lubang pembersih dipasang untuk
membersihkan pipa pembuangan gedung; dan di
luar gedung dipasang bak kontrol pada riol
gedung.
16 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Pemasangan lubang pembersih

17 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Perangkap dan Penangkap

Perangkap merupakan salah satu bagian terpenting


dalam sistem pengaliran air buangan selain vent.
Karena alat plambing tidak terus menerus digunakan,
pipa pembuangan tidak selalu terisi air; sehingga
menyebabkan masuknya gas yang berbau ataupun
beracun, atau bahkan serangga.
Untuk mencegah hal ini harus dipasang suatu
perangkap, biasanya berbentuk huruf “U”, yang akan
menahan bagian terakhir dari air penggelontor,
sehingga merupakan suatu “penyekat” atau penutup
air yang mencegah masuknya gas-gas tersebut.

18 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Syarat-syarat bagi perangkap

Kedalaman air penutup


 Berkisar antar 50 mm sampai 100 mm. 100 mm
sebagai batas maksimum, agar perangkap tetap bersih.

Konstruksi harus sedemikian agar dapat selalu bersih dan


tidak menyebabkan kotoran tertahan atau mengendap.
 Aliran air buangan harus dapat menimbulkan efek
“membersihkan diri” perangkap tersebut dan permukaan
dalamnya harus cukup licin agar kotoran tidak tersangkut
atau menempel pada permukaannya.

19 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Syarat-syarat bagi perangkap

Konstruksi perangkap harus sedemikian sehingga fungsi air


sebagai “penutup” tetap dan dapat dipenuhi.
Kriteria yang harus dipenuhi:

 Selalu menutup kemungkinan masuknya gas dan


serangga
 Mudah diketahui dan diperbaiki kalau ada kerusakan
 Dibuat dari bahan yang tidak berkarat

20 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Syarat-syarat bagi perangkap

 Konstruksi perangkap harus cukup sederhana agar mudah


membersihkannya karena endapan kotoran lama kelamaan
akan terjadi.
 Juga adanya kemungkinan benda-benda padat,
potongan kain dan sebagainya yang jatuh ke dalam alat
plambing.
 Kalau tersedia lubang pembersih pada perangkap, maka
penutup lubang pembersih tersebut harus mudah dicapai
dan dapat ditutup kembali dengan rapat setelah
pembersihan perangkap.

21 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Syarat-syarat bagi perangkap

 Perangkap tidak boleh dibuat dengan konstruksi dimana


ada bagian bergerak ataupun bidang-bidang tersembunyi
yang membentuk sekat penutup.
 Kalau bagian bergerak membentuk sekat penutup,
fungsi penutup tidak terpenuhi apabila bagian tersebut
rusak.
 Bidang-bidang tersembunyi dapat mengganggu aliran air
buangan atau menyebabkan penyumbatan.

22 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Bentuk dasar perangkap

23 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Penangkap
Tujuan Air buangan yang keluar dari alat plambing
mungkin mengandung bahan-bahan berbahaya,
yang dapat menyumbat atau mempersempit
penampang pipa, yang dapat mempengaruhi
kemampuan instalasi pengolahan air buangan.

Bahan-bahan yang dapat menimbulkan kesulitan atau


kerusakan pada pipa pembuangan antara lain:
 minyak atau lemak (jumlah besar) dari dapur restoran
 tanah dan pasir
 potongan rambut dari ruang pangkas rambut
 kertas penyapu muka dan bahan lain dari ruang rias
panggung pertunjukan
 bahan-bahan bekas dari kamar operasi rumah sakit
 benang atau serat dari tempat cuci pakaian komersial
 bahan bakar, minyak, gemuk dari bengkel kendaraan.

24 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Penangkap
 Untuk mencegah masuknya bahan-bahan tersebut ke
dalam pipa, perlu dipasang suatu penangkap
(interceptor).
 Kadang-kadang air buangan dari proses masih
mengandung bahan yang cukup berharga (misalnya,
logam mulia) sehingga perlu dipasang penangkap untuk
mengambil kembali bahan tersebut.
 Syarat-syarat terpenting yang harus dipenuhi penangkap:
 Konstruksinya harus mampu secar efektif memisahakn

minyak, lemak, pasir dsb dari air buangan.


 Konstruksinya harus sedemikian agar memudahkan

pembersihan.

25 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Contoh penangkap lemak

26 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Dimensi Saluran Buangan (Riooling)

 Hal yang pertama kali dilakukan dalam pendimensian


adalah menghitung kemiringan tanah

St = (E1-E2)/L

Dimana: St = Slope tanah


E1 = Elevasi tanah hulu (m)
E2 = Elevasi tanah hilir (m)
L = jarak (m)

27 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Perhitungan dimensi pipa riool secara detail dilakukan
setelah didapat kecepatan aliran yang memenuhi syarat.

Persamaan Manning ini paling umum dan cocok dipakai


dalam pipa riol aliran terbuka atau aliran penuh.

V = 1/n x R^2/3 x S^1/2

28 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Persamaan Manning

Persamaan yang paling umum digunakan untuk menganalisis


aliran air dalam saluran terbuka.
Persamaan empiris untuk mensimulasikan aliran air dalam saluran
dimana air terbuka terhadap udara.
Disajikan pertama kali pada 1889 oleh Robert Manning.
Persamaan Manning dibangun untuk aliran tunak seragam
(uniform steady state flow).
S adalah slope energi dan S= hf /L dimana hf adalah energy
(head) loss dan L adalah panjang saluran.
Untuk aliran uniform steady, slope energi = slope permukaan air =
slope dasar saluran..
Rh adalah hasil dari A/P yang dikenal sebagai radius hidrolis.
n Manning :

29 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Perhitungan Saluran Persegipanjang

Manning
k = faktor konversi satuan. jika satuan Inggris = 1.49; jika satuan metric= 1.0 Diperlukan
karena pers. Manning adl pers. Empiris, unit satuannya tidak konsisten .
y = Kedalaman normal saluran hingga dasar saluran [L]. Jika saluran memiliki slope
yang kecil (S), memberikan nilai kedalaman vertikal memberikan kesalahan yang
kecil.

30 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Persamaan untuk saluran persegipanjang,
trapezoidal, dan lingkaran

31 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Fluktuasi Pengaliran

Beberapa hal yang dapat mempengruhi kuantitas air


buangan dan menjadi pertimbangan dalam perhitungan,
yaitu:

Sumber air buangan


Besarnya pemakaian air minum
Besarnya curah hujan

32 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Debit rata-rata air buangan (Qr)

 Debit rata-rata air buangan berasal dari rumah tangga,


fasilitas umum, dan fasilitas komersil dalam sebuah kota.

 Faktor timbulan air buangan berkisar 50%-80%

Qr = Fab x Qam

Dimana: Qr = Debit rata-rata air buangan (L/detik)


Fab = Faktor timbulan air buangan
Qam = Kebutuhan rata-rata air minum (L/detik)

33 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Debit infiltrasi (Qinf)

Pada pengaliran air buangan, air yang masuk ke dalam jalur


perpipaan juga akan bertambah, yaitu air yang berasal dari
infiltrasi tanah, air hujan,dan air permukaan.

Qinf = L x qinf

Dimana: Qinf = debit tambahan dari infiltrasi limpasan


air hujan (l/detik)
L = panjang lajur pipa (m)
qinf = debit satuan infiltrasi dalam pipa.

34 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Debit harian maksimum harian (Qmd)

 Besarnya harga debit harian maksimum (Qmd) bervariasi


antara 1,1 – 1,25 dari debit rata-rata air buangan

Qmd = fmd x Qrerata

Dimana: Qmd = Debit air buangan maksimum dalam


1 hari (l/detik)
fmd = Faktor debit hari maksimum
= 1,1-1,25
Qrerata = Debit rata-rata air buangan (l/detik)

35 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Debit puncak air buangan (Qpeak)

 Debit puncak diperoleh dari hasil perkalian antara faktor puncak dengan
debit rata-rata.

Qpeak = Fp x Qmd + Cr.P.Qr +L/1000.qinf

P = Jumlah Populasi yang dilayani


(dalam ribuan jiwa)
Qmd = Debit maksimal = 1.15 Qr (L/detik)
Qr = Debit rata-rata (L/detik)
L = Panjang pipa(m)
Cr = Koefisien infiltrasi daerah persil = 0.2
qinf = Debit infiltrasi

 Berdasarkan penelitian yang ada, besarnya faktor puncak (f p) mencapai


1,2-2
36 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Debit minimum air buangan (Qmin)

Debit minimum adalah debit air buangan pada saat


pemakaian air minimum. Debit minimum ini digunakan
dalam menentukan kedalaman minimum, untuk
menentukan perlu tidaknya penggelontoran.

Qmin = 0,2 x P^1,2 x Qr

Qmin = Debit minimum (L/detik)


Qr = Debit rata-rata air buangan
(L/detik/ribuan jiwa)
P = Jumlah penduduk (dalam ribuan jiwa)

37 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Debit Perencanaan

Dalam desain penyaluran dan instalasi pengolahan air


buangan debit perencanaan yang merupakan akumulasi
debit puncak dengan debit infiltrasi

Qdesain = Qp + Qinf

Qp = debit pada saat puncak


Qinf = debit infiltrasi

38 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Faktor-Faktor
Pengaliran Air Buangan

Kemiringan saluran (S).


Luas penampang melintang saluran (A).
Kekasaran dari permukaan dalam saluran (n).
Kondisi pengaliran.
Ada atau tidaknya rintangan-rintangan, belokan-belokan.
Karakteristik, spesifik gravity dan viskositas dari cairan.

39 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Jenis Pengaliran

Pengaliran yang mengalami tekanan.

 Pengaliran yang terjadi dalam pipa akibat adanya


pemompaan (tekanan hidrolis) di dalam saluran tertutup,
karena muka air tidak berhubungan secara bebas dengan
tekanan atmosfer.

 Kondisi aliran bertekanan ini hanya boleh diterapkan bila


keadaan memaksa, misalnya pada instalasi pemompaan
yang berguna untuk meningkatkan kembali head tekanan
akibat kehilangan energi.

40 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Jenis Pengaliran

Pengaliran bersifat terbuka dalam saluran tertutup.


- Pengaliran secara gravitasi, karena permukaan air
buangan pada saluran berhubungan dengan udara bebas

41 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Syarat Pengaliran di Dalam Saluran

Syarat pengaliran yang harus diperhatikan pada


perencanaan jaringan pengaliran air buangan adalah
sebagai berikut :

 Pengaliran air buangan harus secara gravitasi.


 Aliran harus dapat membawa material yang ada di dalam
saluran meskipun pada saat kondisi debit minimum.
 Dianjurkan dapat membersihkan saluran sendiri (self
cleansing), dengan kecepatan yang disyaratkan atau
dengan kecepatan yang tidak menimbulkan kerusakan
pada permukaan saluran.

42 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Syarat Pengaliran di Dalam Saluran (2)

 Pengaliran dapat mensirkulasikan udara atau gas-gas


sehingga tidak terakumulasi dalam saluran.

 Waktu detensi air buangan di dalam saluran tidak boleh


melebihi 18 jam. Ketentuan ini didasarkan pada
karakteristik mikroorganisme pereduksi yang dapat
melangsungkan dekomposisi sehingga senyawa-senyawa
dalam air buangan dapat menjadi senyawa septik.

43 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Kecepatan Aliran

Persyaratan bagi kecepatan yang mengalir dalam


perpipaan air buangan adalah sebagai berikut :

 Tidak menimbulkan penggerusan pada dinding pipa


(abrasi).
 Tidak menimbulkan pengendapan atau pergerakan pada
dasar saluran.
 Tidak menimbulkan gas H2S.

44 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Batas kecepatan aliran pada saat debit puncak (Qp) :

Kecepatan maksimum pada saat debit puncak.


Aliran mengandung pasir atau padatan dengan konsentrasi
tinggi,
Vmax = 2,0 m/detik.
Aliran mengandung pasir atau padatan dengan konsentrasi
rendah,
Vmax = 3,0 m/detik.

45 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Kecepatan minimum pada debit puncak.

Aliran yang mengandung padatan,


Vmin = 0,9 m/detik (daerah tropis).
Aliran yang mengandung pasir berdiameter kecil
Vmin = 0,3 m/detik.

46 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Kedalaman Aliran

Kedalaman aliran sangat berpengaruh terhadap


kelancaran aliran, karena hal ini menentukan terangkat
tidaknya partikel atau padatan yang ada di dalam air
buangan.
Untuk pipa berdiameter kecil sampai dengan 600 mm,
angka d/D maksimum 0,6 ;
Untuk pipa (D > 600 mm), angka d/D maksimum = 0,8.

47 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Ringkasan Rumus-Rumus
Yang Digunakan

No. Parameter Persamaan


1 Debit Rata-rata, Qr 0,8 X Qam M
2 Debit Puncak, Qp 1,5 X Qr
3 Debit Infiltrasi, Qinf 2 l/detik/1000 m
4 Debit Desain, Qdes Qp + Qinf
5 Kontrol Kecepatan V = 1/n .R2/3 .S1/2
6 Kecepatan Minimum 0,3 m/detik
7 Kecepatan Maksimum 3,0 m/detik
8 Diameter Pipa, D
9 Debit saat penuh, Qfull A X Vfull
Kedalaman air pada
10 awal pipa d/D = 0,6
48 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai