Dari sumber: Nurwadani P. Dkk. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, Jakarta
02
Dinamika dan tantangan
pendidikan pancasila
Dinamika dan tantangan pendidikan pancasila
Pemahaman tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila
Inti dari pemahaman mendalam tentang dinamika dan tantangan pendidikan Pancasila di
Indonesia mencakup pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, upaya
penyebaran nilai-nilai tersebut, serta perubahan sosial dan teknologi yang mempengaruhi
pendidikan Pancasila Hal ini
juga mencakup kemampuan pendidikan Pancasila untuk beradaptasi dengan keragaman
budaya dan nilai-nilai global yang ada di Indonesia (Situru, 2019).
Pancasila adalah ideologi dan dasar negara Indonesia. Pendidikan Pancasila harus mampu
menginternalisasi nilai-nilai ini kepada seluruh warga negara Indonesia
Tantangan dalam upaya penyebaran meliputi kurikulum, metode
pembelajaran, dan pemahaman oleh pendidik yang sering kali harus berurusan dengan
perbedaan pandangan dan interpretasi terhadap Pancasila (Usmi & Samsuri, 2022).
Masyarakat Indonesia terus mengalami perubahan sosial, baik dari segi budaya, ekonomi,
politik, dan teknologi. Pendidikan Pancasila harus mampu mengatasi tantangan dari
perubahan ini, mengakomodasi dinamika sosial, serta menjaga relevansi nilai-nilai Pancasila
dalam konteks masyarakat yang berkembang. Teknologi informasi dan komunikasi
memberikan dampak signifikan pada cara pendidikan Pancasila disampaikan. Perubahan ini
memungkinkan adanya akses ke berbagai informasi, tetapi juga membawa risiko disinformasi
dan radikalisme.
Adlini, M. N., Dinda, A. H., Yulinda, S., Chotimah, O., & Merliyana, S. J. (2022). Metode penelitian
kualitatif studi pustaka. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 974–980.
03
Konsep dan urgensi Pendidikan
kewarganegaraan
Konsep dan urgensi Pendidikan kewarganegaraan
Konsep Pendidikan Kewarganegaraan:
1.Pemahaman Nilai-nilai Demokrasi: PKn mengajarkan nilai-nilai dasar demokrasi seperti kebebasan
berpendapat, keadilan, dan persamaan, serta bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.Pembentukan Identitas Kewarganegaraan: PKn membantu individu memahami peran mereka
sebagai warga negara dan bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam membangun masyarakat dan
negara yang lebih baik.
3.Partisipasi Aktif: PKn mendorong partisipasi aktif warga negara dalam proses politik, sosial, dan
ekonomi negara mereka, seperti pemilihan umum, pemantauan pemerintah, dan kegiatan sosial.
4.Menghargai Keanekaragaman: PKn mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan budaya,
agama, dan latar belakang dalam masyarakat multikultural.
Agil Nanggala, Karim SuryadiJurnal Global Citizen: Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan
Kewarganegaraan, 10-23, 2020Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk
menganalisis konsep kampus merdeka dalam perspektif pendidikan kewarganegaraan,
khususnya pada dimensi kurikuler dan sosio-kultural. Penelitian ini dilakukan melalui
pendekatan kualitatif dengan metode studi literatur. Proses analisis data dalam penelitian ini
meliputi reduksi data, display data, verifikasi serta penarikan kesimpulan. Hasil peneltian
yang didapatkan, adalah: 1) bentuk pembelajaran dalam konsep kampus merdeka, yang
berfokus pada pertukaran pelajar, asistensi mengajar pada satuan pendidikan, dan penelitian
memiliki relevansi dengan kajian dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, dimensi
kurikuler, kecuali program magang perlu dianalisis dan direfleksikan secara komprehensif
relevansinya dengan tujuan filosofis pendidikan nasional, atau diberikan indikator yang jelas,
agar tidak menjadi bentuk liberalisasi pendidikan di Indonesia, secara praktik, 2) bentuk
pembelajaran dalam konsep kampus merdeka, yang berfokus pada kegiatan wirausaha,
proyek kemanusiaan, proyek independen, dan KKN tematik atau membangun desa, memiliki
relevansi dengan kajian dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan dimensi sosio-kultural.
06
Memaknai Q.S 2 : 143 menjadi
warga negara yang moderat
Q.S Al-Baqarah : 143
َو َك ٰذ ِلَك َج َع ْلٰن ُك ْم ُاَّم ًة َّو َس ًطا ِّلَتُك ْو ُنْو ا ُش َهَد ۤا َء َع َلى الَّناِس َو َيُك ْو َن الَّر ُسْو ُل َع َلْيُك ْم َش ِهْيًداۗ َو َم ا َج َع ْلَنا اْلِقْبَلَة اَّلِتْي ُكْنَت َع َلْيَهٓا ِااَّل ِلَنْع َلَم
َم ْن َّيَّتِبُع الَّر ُسْو َل ِمَّم ْن َّيْنَقِلُب َع ٰل ى َع ِقَبْيِۗه َو ِاْن َك اَنْت َلَك ِبْيَر ًة ِااَّل َع َلى اَّلِذ ْيَن َهَد ى ُهّٰللاۗ َو َم ا َك اَن ُهّٰللا ِلُيِض ْيَع ِاْيَم اَنُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا ِبالَّناِس
َلَر ُءْو ٌف َّر ِح ْيٌم
Artinya :
143. Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat)
kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang
telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh,
Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.
Penjelasan Q.S Al-Baqarah : 143
Dari pemaknaan di atas kita bisa mengambil kesimpulan, umat pertengahan adalah potensi sekaligus tugas
yang telah Allah SWT berikan dan harus terus diupayakan. Sebagaimana Rasulullah SAW ketika berada di
Madinah menjadi pengayom yang mendamaikan antar suku yang terus berkonflik, tugas utama kita adalah
meneladani beliau agar sama-sama menjadi umat yang pertengahan dan moderat. Inilah esensi ajaran Islam
yang dibawa Nabi SAW. Rasulullah SAW adalah sosok yang membawa solusi, tidak ingin orang-orang di
sekelilingnya berpecah belah.Dalam konteks Indonesia kita bisa melihat teladan umat moderat ini di masa
awal terbentuknya republik ini. Keteladanan itu adalah kerelaan untuk menghapus tujuh kata dalam Piagam
Jakarta adalah suatu bentuk kerelaan para pemimpin umat Islam yang diwakili oleh KH. Wahid Hasyim, K.H
Kahar Muzakir, H. Agus Salim, dan R. Abikusno Cokrosuroso. Para pemimpin ini lebih mengutamakan
keutuhan bangsa dan negara ketimbang menggelorakan politik identitas semata.Meskipun sempat terjadi
pergolakan dan perasaan kecewa dari sebagian kelompok Islam, akan tetapi pada akhirnya umat Islam
Indonesia menerima bahwa solidaritas kewargaan serta kejernihan visi untuk bisa berbagi konsepsi politik
bersama menjadi pilihan. Seiring berjalan waktu hingga saat ini, landasan konstitusional yang memberikan
jaminan perlindungan dan persamaan hak bagi setiap pemeluk agama terus diperkuat oleh UU dan para
pemimipin negara.Artikel ini terbit atas kerjasama dengan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian
Agama RI
Terima kasih atas
perhatiannya