Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 1

ANANTA SUKMA IRAWAN : 2330404010


ANWAR MUSADAD : 2330404017
ARIF GUNAWAN : 2330404019
AURELINO DAFFA : 2330404023
CHINTYA ANGGRAINI : 2330404030
WAHLUL : 1930404120
HAKIKAT PENDIDIKAN PANCASIILA
DAN KEWARGANEGARAAN

01 Konsep dan urgensi pendidikan pancasila

02 Dinamika dan tantangan Pendidikan pancasila


03
Konsep dan urgensi Pendidikan kewarganegaraan
04 Dinamika dan tantangan Pendidikan kewarganegaraan
05 Ppkn dalam perspektif merdeka belajar dan kampus merdeka

06 Memaknai Q.S 2 : 143 menjadi warga negara yang


moderat
01
Konsep dan urgensi
pendidikan pancasila
Konsep dan urgensi pendidikan pancasila
1. Konsep Pendidikan PancasilaPendidikan Pancasila merupakan bidang kajian keilmuan
dan aktivitas sosial-kultural yang bersifat multidimensional. Sifat multidimensional ini
menyebabkanPendidikan Pancasila dapat disikapi sebaga
a. Pendidikan nilai dan moral,
b. Pendidikan kemasyarakatan,
c. Pendidikan kebangsaan,
d. Pendidikan kewarganegaraan
e. Pendidikan politik,
f. Pendidikan hukum dan hak asasi manusia,
g. Pendidikan demokrasi di Indonesia, arah pengembangan Pendidikan Pancasila
tidak boleh keluardari landasan ideologi Pancasila, landasan konstitusional Undang-Undang
DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945, dan landasan operasional Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dari sumber: Nurwadani P. Dkk. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, Jakarta
02
Dinamika dan tantangan
pendidikan pancasila
Dinamika dan tantangan pendidikan pancasila
Pemahaman tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila
Inti dari pemahaman mendalam tentang dinamika dan tantangan pendidikan Pancasila di
Indonesia mencakup pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, upaya
penyebaran nilai-nilai tersebut, serta perubahan sosial dan teknologi yang mempengaruhi
pendidikan Pancasila Hal ini
juga mencakup kemampuan pendidikan Pancasila untuk beradaptasi dengan keragaman
budaya dan nilai-nilai global yang ada di Indonesia (Situru, 2019).
Pancasila adalah ideologi dan dasar negara Indonesia. Pendidikan Pancasila harus mampu
menginternalisasi nilai-nilai ini kepada seluruh warga negara Indonesia
Tantangan dalam upaya penyebaran meliputi kurikulum, metode
pembelajaran, dan pemahaman oleh pendidik yang sering kali harus berurusan dengan
perbedaan pandangan dan interpretasi terhadap Pancasila (Usmi & Samsuri, 2022).
Masyarakat Indonesia terus mengalami perubahan sosial, baik dari segi budaya, ekonomi,
politik, dan teknologi. Pendidikan Pancasila harus mampu mengatasi tantangan dari
perubahan ini, mengakomodasi dinamika sosial, serta menjaga relevansi nilai-nilai Pancasila
dalam konteks masyarakat yang berkembang. Teknologi informasi dan komunikasi
memberikan dampak signifikan pada cara pendidikan Pancasila disampaikan. Perubahan ini
memungkinkan adanya akses ke berbagai informasi, tetapi juga membawa risiko disinformasi
dan radikalisme.
Adlini, M. N., Dinda, A. H., Yulinda, S., Chotimah, O., & Merliyana, S. J. (2022). Metode penelitian
kualitatif studi pustaka. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 974–980.
03
Konsep dan urgensi Pendidikan
kewarganegaraan
Konsep dan urgensi Pendidikan kewarganegaraan
Konsep Pendidikan Kewarganegaraan:

1.Pemahaman Nilai-nilai Demokrasi: PKn mengajarkan nilai-nilai dasar demokrasi seperti kebebasan
berpendapat, keadilan, dan persamaan, serta bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.Pembentukan Identitas Kewarganegaraan: PKn membantu individu memahami peran mereka
sebagai warga negara dan bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam membangun masyarakat dan
negara yang lebih baik.
3.Partisipasi Aktif: PKn mendorong partisipasi aktif warga negara dalam proses politik, sosial, dan
ekonomi negara mereka, seperti pemilihan umum, pemantauan pemerintah, dan kegiatan sosial.
4.Menghargai Keanekaragaman: PKn mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan budaya,
agama, dan latar belakang dalam masyarakat multikultural.

Sumber:Asosiasi Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia (APKI)Departemen Pendidikan Nasional


Republik Indonesia. (2004). Materi Pelatihan Guru Mata Pelajaran PKn di Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta: Depdiknas.Miranti, A. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan: Pengertian, Konsep,
dan Ruang Lingkup. Jakarta: Rajawali Press.
Konsep dan urgensi Pendidikan kewarganegaraan
Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan:
1.Membangun Warga Negara yang Bertanggung Jawab: PKn membantu menciptakan warga
negara yang memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban mereka terhadap negara dan
masyarakat.
2.Mencegah Konflik Sosial: Dengan mengajarkan toleransi, dialog, dan penyelesaian konflik
yang damai, PKn dapat membantu mencegah konflik sosial dan politik.
3.Meningkatkan Partisipasi Politik: PKn dapat meningkatkan partisipasi aktif warga negara
dalam proses politik, yang penting untuk menjaga stabilitas demokrasi.
4.Membentuk Generasi Pemimpin yang Bertanggung Jawab: PKn membantu membentuk
generasi pemimpin yang berkomitmen pada prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
dan keadilan sosial.

Sumber:Asosiasi Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia (APKI)Departemen Pendidikan


Nasional Republik Indonesia. (2004). Materi Pelatihan Guru Mata Pelajaran PKn di Sekolah
Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.Miranti, A. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan:
Pengertian, Konsep, dan Ruang Lingkup. Jakarta: Rajawali Press.
04
Dinamika dan tantangan
Pendidikan
kewarganegaraan
Dinamika dan tantangan Pendidikan kewarganegaraan
Dinamika dan Tantangan dalam Pendidikan Kewarganegaraan :
1.Perubahan Sosial dan Multikulturalisme: Masyarakat modern mengalami perubahan sosial yang
cepat, seperti migrasi, urbanisasi, dan globalisasi. Tantangan dalam PKn adalah mengajarkan warga
negara untuk menghargai dan berinteraksi dengan masyarakat yang semakin multikultural.
2.Tantangan Teknologi: Teknologi informasi dan media sosial memengaruhi bagaimana informasi
disebarkan dan opini dibentuk. PKn harus mengajarkan literasi digital dan kemampuan untuk
mengidentifikasi berita palsu dan disinformasi.
3.Tantangan Politik: Ketegangan politik dan polarisasi dapat memengaruhi PKn. Guru PKn perlu
mengajarkan kemampuan berpikir kritis dan analitis sehingga siswa dapat mengambil keputusan
yang cerdas dalam politik.
4.Krisis Kepercayaan Terhadap Pemerintah: Tantangan dalam PKn adalah membangun kepercayaan
siswa terhadap lembaga pemerintah dan proses politik, terutama ketika terjadi skandal korupsi atau
tindakan pemerintah yang kontroversial.
5.Kurikulum dan Metode Pengajaran: Pengembangan kurikulum yang relevan dan metode
pengajaran yang interaktif menjadi dinamika penting dalam PKn. Diperlukan pendekatan yang
kreatif untuk membuat materi PKn menarik bagi siswa.’
Banks, J. A., & Banks, C. A. M. (2010). Multicultural education: Issues and perspectives. John Wiley & Sons.Kahne, J., &
Middaugh, E. (2008). Democracy for some: The civic opportunity gap in high school. CIRCLE Working Paper 59.
05
Ppkn dalam perspektif merdeka
belajar dan kampus merdeka
Ppkn dalam perspektif merdeka belajar dan kampus merdeka

Agil Nanggala, Karim SuryadiJurnal Global Citizen: Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan
Kewarganegaraan, 10-23, 2020Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk
menganalisis konsep kampus merdeka dalam perspektif pendidikan kewarganegaraan,
khususnya pada dimensi kurikuler dan sosio-kultural. Penelitian ini dilakukan melalui
pendekatan kualitatif dengan metode studi literatur. Proses analisis data dalam penelitian ini
meliputi reduksi data, display data, verifikasi serta penarikan kesimpulan. Hasil peneltian
yang didapatkan, adalah: 1) bentuk pembelajaran dalam konsep kampus merdeka, yang
berfokus pada pertukaran pelajar, asistensi mengajar pada satuan pendidikan, dan penelitian
memiliki relevansi dengan kajian dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, dimensi
kurikuler, kecuali program magang perlu dianalisis dan direfleksikan secara komprehensif
relevansinya dengan tujuan filosofis pendidikan nasional, atau diberikan indikator yang jelas,
agar tidak menjadi bentuk liberalisasi pendidikan di Indonesia, secara praktik, 2) bentuk
pembelajaran dalam konsep kampus merdeka, yang berfokus pada kegiatan wirausaha,
proyek kemanusiaan, proyek independen, dan KKN tematik atau membangun desa, memiliki
relevansi dengan kajian dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan dimensi sosio-kultural.
06
Memaknai Q.S 2 : 143 menjadi
warga negara yang moderat
Q.S Al-Baqarah : 143

‫َو َك ٰذ ِلَك َج َع ْلٰن ُك ْم ُاَّم ًة َّو َس ًطا ِّلَتُك ْو ُنْو ا ُش َهَد ۤا َء َع َلى الَّناِس َو َيُك ْو َن الَّر ُسْو ُل َع َلْيُك ْم َش ِهْيًداۗ َو َم ا َج َع ْلَنا اْلِقْبَلَة اَّلِتْي ُكْنَت َع َلْيَهٓا ِااَّل ِلَنْع َلَم‬
‫َم ْن َّيَّتِبُع الَّر ُسْو َل ِمَّم ْن َّيْنَقِلُب َع ٰل ى َع ِقَبْيِۗه َو ِاْن َك اَنْت َلَك ِبْيَر ًة ِااَّل َع َلى اَّلِذ ْيَن َهَد ى ُهّٰللاۗ َو َم ا َك اَن ُهّٰللا ِلُيِض ْيَع ِاْيَم اَنُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا ِبالَّناِس‬
‫َلَر ُءْو ٌف َّر ِح ْيٌم‬

Artinya :
143. Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat)
kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang
telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh,
Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.
Penjelasan Q.S Al-Baqarah : 143
Dari pemaknaan di atas kita bisa mengambil kesimpulan, umat pertengahan adalah potensi sekaligus tugas
yang telah Allah SWT berikan dan harus terus diupayakan. Sebagaimana Rasulullah SAW ketika berada di
Madinah menjadi pengayom yang mendamaikan antar suku yang terus berkonflik, tugas utama kita adalah
meneladani beliau agar sama-sama menjadi umat yang pertengahan dan moderat. Inilah esensi ajaran Islam
yang dibawa Nabi SAW. Rasulullah SAW adalah sosok yang membawa solusi, tidak ingin orang-orang di
sekelilingnya berpecah belah.Dalam konteks Indonesia kita bisa melihat teladan umat moderat ini di masa
awal terbentuknya republik ini. Keteladanan itu adalah kerelaan untuk menghapus tujuh kata dalam Piagam
Jakarta adalah suatu bentuk kerelaan para pemimpin umat Islam yang diwakili oleh KH. Wahid Hasyim, K.H
Kahar Muzakir, H. Agus Salim, dan R. Abikusno Cokrosuroso. Para pemimpin ini lebih mengutamakan
keutuhan bangsa dan negara ketimbang menggelorakan politik identitas semata.Meskipun sempat terjadi
pergolakan dan perasaan kecewa dari sebagian kelompok Islam, akan tetapi pada akhirnya umat Islam
Indonesia menerima bahwa solidaritas kewargaan serta kejernihan visi untuk bisa berbagi konsepsi politik
bersama menjadi pilihan. Seiring berjalan waktu hingga saat ini, landasan konstitusional yang memberikan
jaminan perlindungan dan persamaan hak bagi setiap pemeluk agama terus diperkuat oleh UU dan para
pemimipin negara.Artikel ini terbit atas kerjasama dengan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian
Agama RI
Terima kasih atas
perhatiannya

CREDITS: This template has been created by Slidesgo, and


includes icons by Flaticon, infographics & images by Freepik
and content by Sandra Medina

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai