Anda di halaman 1dari 84

DISIPLIN POSITIF

UNIT MODUL DISIPLIN POSITIF


Tujuan Kegiatan
Peserta memahami pentingnya menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman berbasis
disiplin positif pada sekolah penggerak.

Agenda Kegiatan
Sesi MERDEKA Aktivitas
Pembukaan Penjelasan agenda dan tujuan pendampingan.
Kesepakatan tata tertib selama pendampingan.
Perkenalan.

Mulai dari diri Peserta merefleksikan pengalaman pribadi terkait disiplin di sekolah.

Eksplorasi konsep Penjelasan konsep terkait disiplin positif.

Ruang kolaborasi Peserta secara berkelompok mendiskusikan contoh kasus terkait disiplin positif.
Sesi Aktivitas
MERDEKA
Demonstrasi Peserta memaparkan hasil diskusi di Ruang Kolaborasi.
Kontekstual

Elaborasi Pemahaman Peserta merefleksikan hasil diskusi yang telah dilakukan


Peserta berbagi hasil refleksi

Koneksi Antar Materi Diskusi klasikal dan membuat kesimpulan terkait disiplin positif.

(Rencana) Aksi Nyata Untuk Guru: Membuat keyakinan kelas


Untuk kepala sekolah: Membuat rencana bentuk dukungan terhadap guru untuk menerapkan
disiplin positif.
Untuk Pengawas Sekolah: Membuat rencana bentuk dukungan terhadap sekolah untuk
menerapkan disiplin positif.
Penutup Evaluasi
Penutup
Kesepakatan Kelas
Luring Daring
• Hadir tepat waktu • Hadir tepat waktu

• Tidak meninggalkan kelas selama sesi • Menyalakan kamera dan Audio

berlangsung selama diskusi


• Berpartisipasi aktif dalam diskusi
• Berpartisipasi aktif dalam diskusi
• Menghargai pendapat peserta lain
• Menghargai pendapat peserta lain
(semua pendapat dan pertanyaan (semua pendapat dan pertanyaan
berharga)
berharga)
• Bertanya / Memberikan pendapat
• Bertanya / Memberikan pendapat
dengan tertib
dengan tertib
MULAI DARI DIRI (20)
Sebelum menelaah materi pada sesi
ini, marilah kita merefleksikan
pengalaman Bapak/Ibu terkait
penerapan disiplin di sekolah…
Ceritakanlah pengalaman pribadi
Bapak/Ibu tentang pelanggaran di
sekolah dimana Bapak/Ibu sebagai
guru/kepala sekolah/Pengawas
sekolah harus menindaklanjutinya.
- Apa yang terjadi pada saat itu?
- Apa yang Bapak/Ibu katakan/lakukan?
- Bagaimana reaksi siswa/guru yang
melakukan pelanggaran pada saat itu?
- Bagaimana perasaan Bapak/Ibu?

sesuai peran masing-masing semua peserta menulis di post it


dan ditempel dikertas plano.
Selanjutnya mari kita merefleksikan
pengalaman yang kita miliki dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini….
• Sebagai guru/kepala sekolah/pengawas
sekolah, bagaimana saya dapat
menciptakan lingkungan belajar yang
positif bagi peserta didik?

• Apa hubungan menciptakan lingkungan


belajar yang positif dengan
pembelajaran yang berpihak pada
murid?
EKSPLORASI KONSEP(120menit)
Sebelum menelaah materi
pada sesi ini, marilah kita
melakukan sebuah
permainan ‘cobalah
buka’(5’)
■ Peserta A bertugas mengepalkan salah satu tangan
seolah sedang menyimpan sesuatu yang sangat
berharga baginya.
■ Peserta B bertugas membuka kepalan tangan peserta
A dengan segala cara (misalnya membujuk,
menggelitik, menggoda, menawari sesuatu, dan lain
sebagainya) dll.
■ Setiap peserta memiliki waktu 30 detik untuk
berusaha membuka kepalan tangan rekannya.
Selanjutnya, marilah kita
menonton video pada
tautan berikut ini …(20’)
• Video Inspirasi | Video Parentin
g - Mendidik Anak dengan Disip
lin Positif - Apa itu Disiplin Posit
if? (kemdikbud.go.id)
• Pengetahuan atau pengalaman baru
apa yang saya dapatkan setelah
menyimak video mengenai Disiplin
Positif?

• Apa hal baru yang berbeda dari yang


saya pahami dengan yang sudah saya
lakukan selama ini?

Tuliskan pada post it (bisa lebih dari satu


jawaban)
Pada akhir sesi ini, Bapak/Ibu akan
memahami tentang…

01 Konsep dasar Disiplin


Positif (14-34)

02 Kebutuhan Dasar Manusia


dan Dunia Berkualitas (35-40)

03 Keyakinan Kelas (41-49)

04 5 Posisi Kontrol (50-54)

05 Segitiga Restitusi (55-57)


Konsep Dasar
Disiplin Positif
Apa yang terlintas di
pikiran Bapak/Ibu
Ketika mendengar
kata ‘disiplin’?
Konsep ‘disiplin’
Segala sesuatu yang dilakukan
seseorang pada orang lain
untuk mendapatkan kepatuhan.

Apakah disiplin
hanya dapat dicapai
dengan hukuman?
Bagaimana penerapan disiplin di
satuan pendidikan kita ?
• Sebelumnya mari kita renungkan
penerapan disiplin pada diri kita masing-
masing di sekolah.
• - Bgaimana selama ini kita berperilaku ?
• - Apa yang mendasari setiap tindakan
kita?
• Apakah ada dorongan dari luar atau yang
lain?
Mari kita cermati cara pandang model berfikir
stimulus respon dan teori kontrol
Stimulus Respon
Stimulus Respon
versus Teori Kontrol
Teori Kontrol
Realitas (kebutuhan) kita sama Realitas (kebutuhan) kita berbeda
Semua orang melihat hal yang sama. Setiap orang memiliki gambaran berbeda.
Kita mencoba mengubah orang agar Kita berusaha memahami pandangan orang lain
berpandangan sama dengan kita. tentang dunia.
Perilaku buruk dilihat sebagai suatu kesalahan Semua perilaku memiliki tujuan.
Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda.

Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol orang lain.
Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal. Kolaborasi dan konsensus menciptakan pilihan-
pilihan baru.
Model Berpikir Menang/Kalah Model Berpikir Menang-menang

(Covey, 1991)
Disiplin Positif
Memampukan peserta didik untuk memahami dan
mengontrol setiap perilaku/Tindakan yang dilakukan agar
senantiasa dilakukan dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab, sebagai bentuk menghormati diri
sendiri dan orang lain disekitarnya.

Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-


anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa
berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan
universal dan memiliki motivasi intrinsik.
Apakah hubungan disiplin
positif dengan
pelaksanaan
pembelajaraan yang
berpihak pada murid?
be

Be taqw ulia
be hlak
r ak

rim a,

iri
r

nd
an

Ma
,
m
Sekolah yang
DISIPLIN Kreatif Pelajar Bernalar Kritis aman, nyaman,
Pancasila
POSITIF menyenangkan

Be glo
rke ba
yo ng
ro oto

bin l
ng
rg

ek
Be

aa
n
www.free-powerpoint-templates-design.com
Apa saja yang
Bapak/Ibu ketahui
tentang nilai-nilai
kebajikan universal?
Nila-Nilai Kebajikan Universal
Sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap
individu.
The Seven Essential Virtues
(Tujuh Nilai-nilai Kebajikan
Be taqw lak
be rakh a

Esensial):
be muli

rim a,

ir i
r

nd
an

● Empati
Ma
,

● Suara hati
Pelajar
Kreatif Pancas Bernalar Kritis Contoh ● Kontrol diri
ila ● Rasa Hormat
Be n gl

● Kebaikan
yo ng

rke ob
a
ro oto

● Toleransi
ng

bin al
rg

● Keadilan
ek
Be

Nilai kebajikan universal merupakan nilai yang telah disepakati bersama tanpa memandang suku, bangsa, agama dan
merupakan acuan untuk berperilaku dan merupakan motivasi intrinsik saat melakukan sesuatu.
Manakah nilai kebajikan yang
paling menarik bagi Bapak/Ibu?

Adakah persamaan atau perbedaan


nilai tersebut dengan nilai/prinsip
yang ada di sekolah Bapak/Ibu?
Bagaimana agar nilai-nilai
tersebut dapat dipahami
dan diterapkan oleh
peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari?
kegiatan-kegiatan/strategi yang dapat
dilakukan agar nilai-nilai
kebajikan ini dapat dipahami dan
diterapkan oleh peserta didik dalam
kehidupannya adalah dengan
menciptakan lingkungan yang positif.
Teori Motivasi, Hukuman,
dan Restitusi
3 Motivasi

1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman


2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan
3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri
sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya

Motivasi intrinsik akan


Disiplin Positif berdampak jangka Panjang, tidak
dipengaruhi oleh hukuman
ataupun hadiah. Sumber: Gossen (2004)
Dari ketiga motivasi tadi,
manakah yang paling
banyak mendasari perilaku
murid-murid Bapak/Ibu di
sekolah saat ini?
Sebagai pendidik tentu berharap
peserta didik memiliki motivasi
ke 3, sehingga dapat konsisten
menerapkan nilai kebajikan,
meski tanpa pengawasan.

Bagaimana cara menanamkan


disiplin positip pada murid.
Dalam menjalankan budaya
disiplin di sekolah, pelanggaran adalah hal
yang umum terjadi. Untuk itu, kita perlu
meninjau kembali tindakan penegakan
disiplin yang telah dilakukan selama ini.
Hukuman, Konsekuensi, dan Restitusi

(Gossen, 1996)
Hukuman bersifat tidak berencana(tiba-tiba)
sehingga satu arah.
Konsekuensi bersifat terencana, disepakati (bisa
membuat tidak nyaman jangka waktu tertentu).
Ristusi : memenciptakan untuk kondisi bagi murid
untuk memperbaiki kesalahannya dengan kesadaran
diri, sehingga dapat kembali ke kelompoknya.
Hukuman atau Konsekuensi?

1. Mengganti 2. Berdiri di tengah lapangan


penghapus teman upacara karena datang
yang dihilangkan terlambat ke sekolah

3. Merapikan sapu dan alat


4. Mencatat 200 kali kalimat
pel yang jatuh karena
‘saya minta maaf’ karena
tersenggol saat berlari di
berkelahi dengan teman
jam istirahat

5. Membersihkan WC sekolah
karena tidak mengumpulkan
Jelaskan alasan.
tugas.
Hukuman atau Konsekuensi?

1. Mengganti 2. Berdiri di tengah lapangan


penghapus teman upacara karena datang Hukuman
yang dihilangkan terlambat ke sekolah

3. Merapikan sapu dan alat


4. Mencatat 200 kali kalimat
pel yang jatuh karena
‘saya minta maaf’ karena
tersenggol saat berlari di
berkelahi dengan teman
Konsekuensi jam istirahat

5. Membersihkan WC sekolah
karena tidak mengumpulkan
tugas.
Penghargaan bisa jadi bentuk lain dari hukuman
Efektif hanya untuk jangka
pendek

Menimbulkan Ketergantungan
persaingan dalam jangka
Punished by Reward
panjang
(Dihukum oleh
Penghargaan)

‘menghukum’ bagi
yang tidak
Kecewa bila tidak
mendapatkannya
mendapatkannya
Mematikan Menurunkan
kreatifitas ketepatan

(Kohn, 1993)
Bagaimana sebaiknya
reaksi kita apabila
murid melakukan
kesalahan?
Restitusi

• Proses menciptakan kondisi bagi peserta


didik untuk memperbaiki kesalahan yang
telah mereka lakukan.

• Guru mengajak murid untuk berefleksi


tentang tindakan yang telah dilakukan untuk
memperbaiki diri sehingga ia menjadi
pribadi yang lebih baik dan menghargai
dirinya.
Restitusi….
bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari

kesalahan
• memperbaiki hubungan
• adalah tawaran, bukan paksaan
• ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri
• mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan
• adalah cara yang paling baik
• fokus pada karakter, bukan tindakan
• menguatkan
• berfokus pada solusi
• mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya
Kebutuhan Dasar Manusia
dan Dunia Berkualitas
5 Kebutuhan Dasar Manusia

Manusia senantiasa berusaha


memenuhi kebutuhan dasarnya.
Apabila tidak berhasil diperoleh
melalui cara yang positif, maka
mungkin dengan cara
melanggar aturan.
Mengapa sebagai guru
kita perlu memahami
kebutuhan dasar
murid?
Dunia Berkualitas
Tempat khusus dalam
pikiran seseorang yang
• Orang-orang
menyimpan gambaran hal-
• Nilai-nilai
hal yang diinginkan; hal-hal
• Karakter
terbaik yang membuat
• Pencapaian
seseorang merasa Bahagia
• Pekerjaan
dan terpenuhi kebutuhan • Dst.
dasarnya.
Ilustrasi Dunia Berkualitas 2 Murid SDN X
Anak A:
Anak B:

- Teman sekelas
- Orang tua - Sepeda dari
- Teman sekelas nenek
- Sepatu yang - Wali kelas
dibelikan ayah - Sekolah
- Bu Guru Biologi - Kantin sekolah
- Rumah - Komik
- Sekolah
- Lapangan bola
- Persahabatan

setiap orang memiliki hal berbeda yang menjadi bagian dari dunia berkualitas mereka.
❖ Dari gambar lingkaran dunia berkualitas tadi,
dapatkah Bapak/Ibu guru membayangkan
dunia berkualitas yang dimiliki oleh murid
Bapak/Ibu?
Di manakah kira-kira murid kita meletakkan
sekolah?
Apakah di dalam lingkaran atau di luar lingkaran?
Mengapa demikian?

❖ Bapak/Ibu KS adalah pemimpin di sekolah,


bagaimana Bapak/Ibu akan menggunakan
informasi ini untuk membangun budaya
positif?
Keyakinan Kelas
Mengapa keyakinan kelas, bukan
peraturan kelas?

Mengapa keyakinan kelas penting untuk


membangun budaya positif?

Bagaimana mewujudkan keyakinan kelas


yang efektif?
Bapak/Ibu, selama pandemi COVID-19, jika kita
ditanya mengapa kita memiliki peraturan untuk
selalu menggunakan masker, mencuci tangan, dan
dan menjaga jarak? Kemungkinan Bapak/Ibu akan
menjawab untuk menjaga agar kita tetap sehat dan
terlindungi dari COVID.
Kita meyakini bahwa dengan menerapkan/mematuhi
protokol/peraturan tadi kita akan tetap sehat dan
terlindungi.
Nilai-nilai ‘Kesehatan’ dan ‘keselamatan’ inilah yang
kita sebut keyakinan. Keyakinan ini yang menjadi
motivasi kita untuk tetap mematuhi peraturan.
Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, seseorang
yang memiliki keyakinan di dalam dirinya, akan
senantiasa melaksanakan keyakinannya. Oleh karena
itu, murid perlu memahami arti sesungguhnya
peraturan yang diberikan, nilai-nilai dibaliknya, serta
tujuan yang mendasarinya agar mereka dapat
menjalankan aturan tersebut secara sadar dan penuh
tanggung jawab.

Lalu, bagaimana mewujudkannya?


Warga sekolah dapat bersama-sama membuat
sebuah keyakinan kelas agar penerapan nilai-nilai
kebajikan dapat lebih efektif.
Mari kita simak peraturan-peraturan berikut

Nilai Kebajikan apa yang dituju?


Peraturan Nilai Kebajikan yang dituju

1. Dilarang membuang sampah sembarangan

2. Dilarang merokok jawaban ditulis di kertas post it

3. Kembalikan buku yang telah dibaca ke tempat semula

4. Hadir di kelas 10 menit sebelum pembelajaran dimulai

5. Matikan komputer setelah digunakan

6. Wajib menggunakan masker

7. Dilarang berlari di koridor


Bagaimana Menyusun
nilai-nilai kebajikan
sekolah?
Tahapan Menciptakan Program Kebajikan
1. Lihat daftar nilai-nilai kebajikan yang ada
2. Tentukan nilai-nilai yang menjadi fokus sekolah melalui diskusi
3. Sempurnakan daftar nilai-nilai kebajikan yang paling utama,
diskusikan Kembali
4. Sosialisasikan nilai-nilai ini di lingkungan sekolah, baik melalui
poster maupun media sosial sekolah.
Setelah sekolah memiliki
nilai-nilai kebajikan utama
yang diyakini, bagaimana
membuat sebuah
keyakinan sekolah/kelas?
Pembentukan keyakinan sekolah/kelas
• Keyakinan kelas lebih ‘abstrak’ dari peraturan.
• Dapat berupa pernyataan-pernyataan yang bersifat universal
• Senantiasa dalam bentuk positif
• Sebaiknya tidak terlalu banyak agar mudah diingat dan dipahami
• Sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut
• Disusun dengan melibatkan semua warga sekolah/kelas
• Handaknya ditinjau Kembali dari waktu ke waktu
Tahapan Pembentukan keyakinan sekolah/kelas
1. Mempersilakan warga sekolah/kelas untuk menyampaikan pendapatnya terkait peraturan yang perlu
disepakati
2. Mencatat semua masukan di papan tulis/kertas besar agar dapat dilihat oleh seua warga
sekolah/kelas
3. Menyusun keyakinan kelas sesuai Langkah ‘pembentukan keyakinan sekolah/kelas’, yakni dengan
menggunakan kalimat positif.
• Jangan membuang sampah sembarangan (-) menjadi buanglah sampah di tempat sampah (+)
4. Meninjau Kembali daftar hasil diskusi dan secara Bersama-sama menemukan nilai kebajikan yang
dituju dari peraturan-peraturan tersebut. Nilai kebajikan inilah yang dimasukkan dalam keyakinan
sekolah/kelas.
5. Meninjau Kembali keyakinan sekolah/kelas secara Bersama-sama. Bila dirasa terlalu banyak (lebih
dari 7 keyakinan), maka dapat dikurangi.
6. Meninjau ulang, menyetujui dan menyepakati keyakinan sekolah/kelas oleh seluruh warga
sekolah/kelas
7. Meletakkan keyakinan sekolah/kelas di tempat yang mudah dilihat oleh semua warga sekolah/kelas
Contoh keyakinan kelas
• Setiap anggota kelas perlu HORMAT
belajar Kami meyakini bahwa sangat penting untuk
menghormati semua orang dan barang milik orang lain
• Setiap anggota kelas perlu
senang BEKERJA
Kami meyakini bahwa sangat penting untuk
• Setiap anggota kelas perlu mengerjakan segala pekerjaan atau mengikuti kegiatan
yang telah ditugaskan.
saling menghargai
DITERIMA DAN DIMILIKI
• Setiap anggota kelas perlu Kami meyakini bahwa sangat penting untuk merasa
merasa aman • Senantiasa menjadi diri terbaik diterima pada suatu kelompok dan saling peduli satu
dengan yang lain.
• Senantiasa menghargai orang lain
• Selalu bersikap positif
• Berkomitmen terhadap setiap
tugas
sekolah/kelas dapat mendedikasikan seminggu di awal tahun ajaran untuk
pendalaman keyakinan kelas melalui berbagai kegiatan agar setiap warga sekolah
dapat memahami setiap pernyataan yang tercantum dalam keyakinan kelas/sekolah.
Tentang nama keyakinan kelas, memang sebaiknya namanya tetap keyakinan kelas
karena kalau diganti dengan kesepakatan kelas, secara konsep menjadi berbeda.
Keyakinan kelas (‘class belief’), berisi nilai-nilai atau values. Kesepakatan
kelas (‘essential agreement’) tidak hanya berisi nilai-nilai tapi juga bisa berisi
peraturan, jadi isinya campuran, tergantung pada hasil diskusi kelas.
Kalau diganti jadi impian kelas maknanya bisa lebih luas, bukan sekedar
nilai-nilai, tapi bisa tentang lingkungan fisik dsb.
Student contract, biasanya diberikan pada anak-anak yang melanggar aturan, sebagai salah satu
konsekuensinya mereka menandatangani student contract yang isinya mereka berjanji tidak akan melakukan
pelanggaran peraturan selama kurun waktu tertentu.Student contract berfungsi sebagai alat untuk membantu
anak mengontrol diri mereka karena telah memiliki komitmen atau janji pada orang dewasa agar tidak
mengulangi kesalahannya.
5 Posisi Kontrol
Contoh Kasus
Arfi sering sekali bertengkar dengan teman-temannya. Ia tidak jarang
menggunakan kata-kata kasar saat di kelas, sehingga teman-temannya
merasa terganggu.

Jika Bapak/Ibu adalah kepala sekolah, penerapan disiplin apakah


yang akan Bapak/Ibu lakukan untuk kasus Arfi? Mengapa?
5 Posisi Kontrol
1. Penghukum 5. Manajer
bisa menggunakan
hukuman fisik atau mempersilakan murid
verbal; mengancam. 5 Posisi mempertanggungjawabkan
perilakunya dan mendukung
Kontrol murid untuk menemukan solusi
atas permasalahannya sendiri.

2. Pembuat Rasa Bersalah


menggunakan Bahasa yang lembut, namun dapat 3. Teman
4. Pengamat
membuat orang lain merasa tidak nyaman,
mengontrol murid dengan bujukan melandaskan Tindakan pada
bersalah, atau rendah diri.
peraturan dan konsekuensi
Siapakah yang mengatakannya? (bermain peran )
Sampai kapanpun Jika masih belum Jika tidak bisa menjawab
kamu tidak akan mengerti, nanti saya pertanyaan ini, maka
menjadi orang yang bantu. tidak boleh pulang.
berhasil.

Saya merasa Peraturannya apa? Apa yang akan kamu


kecewa denganmu lakukan untuk
hari ini. menyelesaikannya?

Simulasikan mengucapkan kalimat diatas dengan posisi kontrol sebagai pemantau


dan manager.
Di manakah Bapak/Ibu saat ini?
1 2 3 4 5
Penghukum Pembuat rasa bersalah Teman Pemantau Manajer
pentingnya memahami 5 posisi kontrol ini agar pendidik dapat
meninjau kembali setiap tindakannya dalam menerapkan disiplin di
sekolah

penilaian diri ini perlu dilakukan agar peserta dapat


melihat sudah/masih sejauh mana posisinya menuju
‘manajer’
Segitiga Restitusi

segitiga restitusi ini didasarkan pada


prinsip-prinsip utama teori kontrol.
Segitiga Restitusi
Keyakinan kelas apa
Kamu tentu punya yang telah kita
alasan mengapa sepakati?

h
ala
melakukan itu

gs

Me
an

na
y
an

ny
ak

ak
Adakah cara yang lebih Kamu ingin

ind

an
efektif untuk menjadi orang

iT

ke
as

ya
mendapatkan apa yang seperti apa?

lid

kin
Va
kamu butuhkan?

an
Menstabilkan identitas

Setiap orang pasti Kamu bukan satu-


pernah melakukan satunya yang pernah
kesalahan melakukan ini
Ketika murid melakukan pelanggaran, seorang manajer hendaklah mampu melaksanakan restitusi secara
efektif. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menstabilkan identitas
Tahap awal restitusi adalah dengan menstabilkan identitas murid dari seorang yang gagal karena
berbuat salah ke seorang yang sukses. Kalimat yang dapat diucapkan pada tahap ini diantaranya:
“Berbuat salah itu tidak apa-apa”, ”Tidak ada manusia yang sempurna”, “Saya juga pernah
melakukan kesalahan seperti itu”.
2. Validasi tindakan yang salah
Langkah ini dilakukan dengan menanyakan alasan dibalik tindakan murid untuk melihat kebutuhan
dasar apa yang ia coba penuhi. Kalimat yang dapat diucapkan diantaranya: “Kamu pasti mempunyai
alasan mengapa melakukannya”. Penting bagi guru untuk mengucapkannya tanpa nada
menghakimi.
3. Menanyakan keyakinan
Ketika langkah 1 dan 2 telah tercapai, maka murid telah siap untuk meninjau nilai-nilai yang ia
yakini. Kalimat yang dapat diucapkan diantaranya: “Apa nilai-nilai umum yang telah kita sepakati?”
“Kamu mau jadi orang yang seperti apa?”. Melalui pertanyaan-pertanyaan, guru dapat membantu
murid menemukan gambaran sosok ideal dirinya yang ia inginkan dan tetap fokus pada gambaran
tersebut.
Sumber: Gossen (dalam Nurcahyani et al., 2022, hal. 86-90)
Dalam menerapkan disiplin positif,
guru hendaknya mampu
merefleksikan posisi kontrolnya
saat ini; bagaimana ia berproses
menjadi seorang ‘manajer’ yang
menuntun peserta didik untuk
menjadi mandiri, merdeka dan
bertanggung jawab.
lebihdetail dapat diakses oleh peserta di berbagai
video dan siniar di PMM
RUANG KOLABORASI
Mekanisme diskusi:
• Buatlah kelompok yang terdiri dari
berbagai unsur (Pengawas Sekolah,
Kepala Sekolah, dan Guru)
• Diskusikanlah kasus-kasus yang
disediakan dalam kelompok masing-
masing
• Analisislah secara mendalam kasus-
kasus tersebut dan jawablah pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan.
PEMBAGIAN KELOMPOK DISKUSI
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL
Mekanisme pemaparan hasil diskusi:
• Presentasikanlah hasil diskusi
Bapak/Ibu yang dilakukan bersama
kelompok di sesi Ruang Kolaborasi
• Kelompok hadirin yang bertugas
menanggapi dapat memberikan
tanggapan, komentar, atau masukan
yang konstruktif.
• Kelompok lain juga dapat
memberikan umpan balik setelahnya.
ELABORASI PEMAHAMAN
Selanjutnya mari kita merefleksikan
pertanyaan-pertanyaan berikut…..
• Sejauh mana pemahaman anda tentang konsep-konsep inti
yang dibahas pada modul ini? Adakah hal-hal menarik dan di
luar dugaan?
• Sebelum menerapkan modul ini, posisi manakah (5 posisi
kontrol) yang paling sering anda gunakan, dan bagaimana
perasaan anda? Setelah mempelajari modul ini, posisi mana
yang akan anda gunakan? Mengapa?
• Kendala apa yang mungkin dihadapi saat menerapkan
budaya positif di sekolah? Apa saja solusi yang dapat
dilakukan?

SETIAP PESERTA DALAM KELOMPOK SEKOLAH
SESUAI PERAN MASING2 MENULISKAN HASIL
REFLEKSI KE DALAM POST IT KEMUDIAN DITEMPEL DI
PLANO.

SELANJUTNYA PRESENTASIKAN

HAL YANG MENARIK ?


Bentuk Program Kebajikan (Apresiasi).

Apresiasi (pengakuan) boleh dilakukan,


namun hendaklah:
- diberikan secara khusus
- diberikan secara pribadi
- diberikan kepada semua murid
(bergantian)
- diberikan secara konsisten
- berfokus pada proses
Contoh Pengakuan/Apresiasi Kebajikan
Pembuka Nilai Kebajikan Situasi
Kemarin saya perhatikan rasa empatimu besar sekali pada saat menolong murid baru
di kelas kita
Saya menghargai kepedulianmu pada saat kamu membantu
teman-temanmu di tugas
kelompok
Terima kasih untuk rasa tanggung jawab mu pada saat memungut kertas-
kertas yang berserakan di lantai
KONEKSI ANTAR MATERI
Mari kita ulas kembali aktivitas-aktivitas yang
sudah dilakukan selama lokakarya ini.

Materi apa saja yang sudah kita pelajari ?


Mengapa materi tersebut penting untuk kita
pelajari?
Selanjutnya mari kita merefleksikan
keseluruhan materi pada
pembelajaran di modul ini….
• Setelah mendalami materi dan konsep, serta
memahami pentingnya materi pada unit modul
ini, apakah kaitan dari materi yang kita bahas di
lokakarya ini dengan pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan di sekolah?
• Apakah peran Bapak/Ibu dalam menciptakan
budaya positif di sekolah melalui penerapan
konsep-konsep yang ada di modul ini dan
keterkaitannya dengan implementasi kurikulum
Merdeka yang telah dilakukan?
KESIMPULAN HASIL KEGIATAN
LOKAKARYA

• SALAH SATU PESERTA


MERANGKUM DI PAPAN
TULIS/PLANO
(RENCANA) AKSI NYATA
Selanjutnya mari kita menyusun
Langkah dan strategi yang konkret dan
realistis untuk mewujudkan budaya
positif di sekolah

LK R.AKSI NYATA dengan penamaan file

LK Rencana Aksi Nyata_peran_nama

unggah di link google drive


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai