Anda di halaman 1dari 7

Secara rinci, berikut adalah langkah-langkah untuk Aksi Nyata di modul 1.

4:

1. Anda mendapat waktu 4 minggu untuk menjalankan dua hal , yaitu: (a)
mengimplementasikan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif di
lingkungan kelas Anda, sesuai yang dibuat di tahap Koneksi Antarmateri, dan (b)
membagikan pemahaman dan pengalaman dalam menerapkannya kepada
rekan-rekan Anda.
2. Sepanjang proses penerapan, dokumentasikan proses yang terjadi, terutama
pada tahapan-tahapan yang Anda anggap penting. Dokumentasi yang berupa
foto atau video ini dapat Anda tunjukkan saat sesi berbagi.
3. Anda dapat melakukan sesi berbagi dengan dua moda:
o moda luring, jika situasi memungkinkan, atau
o moda daring, melalui webinar kecil atau berbagi dalam kelompok (group
sharing). Dalam webinar ini, Anda dapat mengundang minimal lima (5)
orang peserta.
4. Dalam sesi tersebut, Anda akan membagikan dua hal:
o pemahaman Anda terhadap konsep-konsep kunci dalam Modul Budaya
Positif, yaitu perubahan paradigma belajar, disiplin positif, motivasi
perilaku manusia, kebutuhan dasar, posisi kontrol restitusi, keyakinan
kelas dan segitiga restitusi,
o pengalaman dan pembelajaran yang Anda dapat setelah menerapkan
konsep-konsep kunci tersebut, baik di kelas dan/atau rumah Anda.
5. Rekamlah kegiatan ini dan unggahlah ke kanal YouTube/Google Drive yang
Anda miliki.
6. Kirimkan tautan video yang telah diunggah di YouTube/Google Drive Anda
sesuai petunjuk dibawah ini.
7. Perhatikan rubrik penilaian Aksi Nyata
8. Kirimkan juga tautan video yang telah diunggah di YouTube/Google Drive Anda
di 1.4.a.10.2 Aksi Nyata - Budaya Positif - Forum Berbagi Aksi Nyata agar
Anda dapat saling bertukar umpan balik dengan rekan CGP lain.

guru memformulasikan proses pembelajaran yang positif, demokratis, berpihak pada murid dan yang
paling penting adalah anak-anak memandang belajar sebagai kebutuhan, bukan keterpaksaan.
Kegiatan Pemantik:

Anda dan teman Anda akan melakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’.

Tugas Anda adalah mengepalkan salah satu tangan Anda. Coba Anda bayangkan
bahwa Anda menyimpan sesuatu yang sangat berharga di dalam kepalan tangan Anda.
Anda perlu menjaga benda tersebut sekuat tenaga Anda karena begitu pentingnya
untuk kehidupan Anda.

Tugas rekan Anda adalah mencoba dengan segala cara untuk membuka kepalan
tangan Anda. Teman Anda boleh membujuk, menghardik, menggoda, bahkan
menawari Anda dengan uang agar Anda bersedia membuka kepalan tangan Anda.

Cobalah lakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’ di atas dengan teman kerja Anda
secara bergantian, masing-masing akan memiliki waktu 1 menit saja. Sesudah itu
diskusikan kegiatan ini dan coba jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara
mandiri, dan diskusikan kembali dengan rekan Anda.

o Kira-kira apakah Anda akan membuka kepalan tangan Anda dengan bujukan,
godaan, atau paksaan teman Anda? Mengapa?

o Ataukah Anda akan bertahan dan menolak membuka kepalan tangan sampai sekuat
tenaga Anda? Mengapa?

Bandingkan jawaban Anda, apakah berbeda, atau sama. Bilamana berbeda, kira-kira
mengapa?

Eksplorasi Mandiri:
Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman,
dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri,
dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang
dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita. Pembahasan disiplin kali ini akan meninjau teori yang
dikemukakan oleh Diane Gossen. Sebelum kita gali lebih lanjut tentang teori Disiplin Restitusi dari
Diane Gossen, mari menyamakan model berpikir kita tentang disiplin itu sendiri. Lazimnya disiplin
dikaitkan dengan kontrol. Dalam hal ini kontrol guru dalam menghadapi murid.
Di bawah ini adalah paparan Dr. William Glasser dalam Control Theory, untuk meluruskan berapa
miskonsepsi tentang kontrol:
• Ilusi guru mengontrol murid.

Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih
untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya kita sedang mengontrol perilaku murid tersebut,
hal ini karena murid tersebut sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru
menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua
perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai.
• Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.

Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi
murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut.
Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya dan mencoba untuk
menolak bujukan kita, atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru
untuk berusaha.
• Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter.

Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Mereka
belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka. Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif.
Kadang kala sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka melakukan perilaku ini, karena
seringkali guru cukup menggunakan suara halus untuk menyampaikan pesan negatif.
• Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.

Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat
murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah
kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan
menyadari bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang, dan sebuah
hubungan permusuhan akan terbentuk.

Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori
Kontrol? Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa,

“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda.
Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka
acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia,
ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu tentang
realitas”.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara kita sebagai guru untuk
menanamkan disiplin positif yang positif ini kepada murid-murid kita?

Sekarang, mari pikirkan tentang diri Anda sendiri. Anda sekarang mengikuti Program
Guru Penggerak, mengapa Anda mengikuti program ini? Apakah bila Anda tidak
mengikuti program ini, akan ada hal yang menyakitkan yang akan terjadi pada Anda?
Apakah ada hadiah atau penghargaan setelah Anda mengikuti program ini? Atau apakah
Anda mengikuti program ini karena Anda ingin menjadi seorang guru dengan nilai-nilai
yang Anda yakini, misalnya menjadi seorang guru pemelajar? Apa dampak ketiga
motivasi tersebut pada diri Anda sebagai calon guru penggerak? Yang mana motivasi
yang paling akan berdampak jangka panjang dan membuat Anda terus bersemangat
secara internal?
Mungkin pada awalnya motivasi Anda mengikuti program ini karena ingin mendapat
penghargaan. Namun seiring Anda mengikuti program ini dan kemudian menikmatinya,
mungkinkah motivasi Anda akan berubah menjadi sebuah pemahaman untuk menjadi
guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini? Bila itu terjadi, apa dampaknya pada diri Anda?

Sebagai seorang guru, saat Anda hadir mengajar di kelas tepat waktu, motivasi apakah yang
mendasari tindakan Anda? Apakah Anda datang tepat waktu karena tidak ingin ditegur oleh
atasan Anda dan kemudian mendapat surat peringatan (menghindari ketidaknyamanan dan
hukuman) atau Anda ingin mendapatkan pujian dari atasan Anda dan mendapat penghargaan
sebagai karyawan atau guru berprestasi? (mendapatkan imbalan atau penghargaan dari
orang lain), atau Anda ingin menjadi orang yang menghargai waktu, menghargai diri Anda
sendiri sebagai teladan bagi murid-murid Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai
guru akan dicontoh oleh murid-murid Anda (menghargai nilai-nilai diri sendiri). Manakah
motivasi yang paling kuat mendasari tindakan Anda? Atau bahkan kombinasi dari dua
motivasi, atau bahkan ketiga-tiganya?
Bila di sekolah Anda tidak ada peraturan yang mengharuskan guru datang tepat waktu dan
tidak ada surat teguran bagi guru yang datang terlambat, dan tidak ada atasan yang memuji
Anda, apakah Anda akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid Anda?
Jelaskan alasan Anda.
Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi tadi, motivasi manakah yang saat ini paling banyak
mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan!
ari ketiga motivasi tersebut di atas, yang paling banyak mendasari perilaku siswa saya adalah motivasi
pertama (menghindari hukuman dan ketidaknyamanan) dan kedua (mendapat penghargaan/pujian).
hanya sebagian kecil saja yang memang memiliki motivasi intrinsik yang kuat untuk belajar (disiplin
positif). Hal tersebut terjadi dikarenakan beberapa faktor: 1. Lingkungan keluarga, pola asuh orang tua
yang kurang tepat serta lingkungan tumbuh kembang di keluarga yang tidak kondusif (kurang
komunikasi/keterbukaan, suka menghukum anak, orang tua yang superior dll) 2. Lingkungan sekolah,
iklim maupun budaya sekolah yang tidak kondusif dan tidak berpihak pada peserta didik (suka memuji
secara berlebihan pada anak berprestasi, mengabaikan anak yang kurang berprestasi, dll)

Strategi apa yang selama ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid-
murid anda, bagaimana hasilnya pada perilaku murid-murid Anda?

Anda mungkin juga menyukai