Anda di halaman 1dari 10

1.4.a.4.2.

Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan,


Restitusi

Pernahkan Anda berada dalam sebuah situasi dimana anda sengaja melakukan sesuatu yang
menyakitkan bagi anda, bahkan bertabrakan dengan penghargaan dari orang lain? Mengapa
anda tetap memilih melakukannya padahal anda tahu akibatnya akan menyakitkan, anda
mungkin akan dikecam secara sosial, bahkan ada kerugian secara finansial? Apa prinsip-
prinsip yang anda perjuangkan dan anda lindungi? Saat itu, anda sedang menjadi orang yang
seperti apa?

saya pernah mengalami situasi semacam itu. Alasan di balik keputusan untuk tetap
melakukannya

Terkadang, tindakan yang tampak merugikan bagi diri sendiri dapat dijustifikasi jika itu
menghasilkan manfaat yang lebih besar untuk orang lain atau masyarakat secara umum. Dalam
hal ini, saya mungkin bersedia mengambil risiko dan menerima penghargaan negatif untuk
mencapai tujuan yang lebih mulia.

Saat berada dalam situasi semacam itu, saya mungkin menjadi pribadi yang teguh, penuh tekad,
dan berkomitmen untuk menjalankan apa yang saya yakini sebagai hal yang benar. Meskipun
tindakan tersebut mungkin berdampak negatif pada diri saya sendiri, saya akan berusaha untuk
menjalankannya dengan bijaksana, mempertimbangkan konsekuensinya, dan siap menerima
tanggung jawab atas tindakan tersebut. Dalam banyak kasus, itu adalah momen di mana
integritas dan prinsip-prinsip pribadi diuji, dan saya akan berusaha untuk tetap setia pada nilai-
nilai yang saya yakini sebagai hal yang benar.

saya pernah dalam situasi seperti ini ketika saya diberi amanah oleh kepala sekolah untuk menangani
beberapa pekerjaan penting terkait dengan laporan kegiatan sekolah. Alhamdulillah amanah tersebut
dapat saya jalankan dengan baik. Saya tidak disukai oleh teman-teman guru lainnya karna saya
dianggap menjadi ancaman bagi mereka untuk mengambil alih jabatan nya, saya dianggap sebagai
orang yangs edang mencari muka. Padahal saya bekerja sebagai bentuk integritas saya untuk sekolah.

Tugas 2.2 (1)


Sekarang, mari pikirkan tentang diri Anda sendiri. Anda sekarang mengikuti
Program. Guru Penggerak, mengapa Anda mengikuti program ini? Apakah bila Anda
tidak mengikuti program ini, akan ada hal yang menyakitkan yang akan terjadi pada
Anda? Apakah ada hadiah atau penghargaan setelah Anda mengikuti program ini?
Atau apakah Anda mengikuti program ini karena Anda ingin menjadi seorang guru
dengan nilai-nilai yang Anda yakini, misalnya menjadi seorang guru pemelajar? Apa
dampak ketiga motivasi tersebut pada diri Anda sebagai calon guru penggerak?
Yang mana motivasi yang paling akan berdampak jangka panjang dan membuat
Anda terus bersemangat secara internal?

Mungkin pada awalnya motivasi Anda mengikuti program ini karena ingin
mendapat penghargaan. Namun seiring Anda mengikuti program ini dan kemudian
menikmatinya, mungkinkah motivasi Anda akan berubah menjadi sebuah
pemahaman untuk menjadi guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini? Bila itu terjadi,
dampaknya pada diri Anda?

Seseorang mungkin awalnya mengikuti Program Guru Penggerak karena ingin mendapatkan
penghargaan atau hadiah tertentu. Namun, seiring berjalannya waktu dan pengalaman mengikuti
program, motivasinya dapat berkembang dan berubah. Ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Kesadaran Nilai-nilai: Selama mengikuti program, seseorang mungkin semakin


memahami dan menghargai nilai-nilai yang terkait dengan menjadi seorang guru
penggerak, seperti kontribusi positif terhadap pendidikan dan masyarakat. Kesadaran
akan nilai-nilai ini dapat menjadi motivasi baru yang lebih dalam daripada sekadar hadiah
atau penghargaan.
2. Kepuasan Pribadi: Seiring seseorang menjadi lebih terlibat dalam program dan melihat
dampak positif yang mereka hasilkan, mereka mungkin merasa puas secara pribadi.
Kepuasan ini dapat menjadi motivasi intrinsik untuk terus berkontribusi, bahkan jika
penghargaan eksternal tidak lagi menjadi fokus utama.
3. Identitas Profesional: Seseorang dapat mulai mengidentifikasi diri mereka sebagai guru
penggerak yang memiliki komitmen terhadap pendidikan dan perkembangan siswa. Ini
bisa menjadi sumber motivasi yang kuat, karena mereka ingin memenuhi peran dan
tanggung jawab ini secara baik.

Dampak dari perubahan motivasi ini pada diri seseorang sebagai calon guru penggerak bisa
sangat positif. Mereka mungkin menjadi lebih bersemangat, komitmen, dan terlibat dalam
pekerjaan mereka. Motivasi intrinsik yang didasarkan pada pemahaman dan nilai-nilai dapat
membuat seseorang bertahan dalam jangka panjang dan menjalani peran mereka dengan lebih
besar kepuasan.

Dalam hal ini, motivasi awal yang eksternal (penghargaan) mungkin telah menjadi jembatan
yang mengantarkan individu ke dalam pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai dan
tujuan mereka sebagai guru penggerak. Transformasi ini akan memungkinkan mereka untuk
terus berkembang dan berkontribusi secara signifikan dalam pendidikan dengan motivasi yang
lebih berkelanjutan dan bermakna.

Awalnya ketika saya mengikuti Program Guru Penggerak karena ingin mendapatkan jalan
untuk menjadi kepala sekolah. Namun, seiring berjalannya waktu dan pengalaman mengikuti
program, motivasi saya berkembang. Selama mengikuti program, saya semakin memahami dan
menghargai nilai-nilai yang terkait dengan menjadi seorang guru penggerak, seperti kontribusi
positif terhadap pendidikan dan masyarakat. Kesadaran akan nilai-nilai ini menjadi motivasi
baru yang lebih dalam daripada sekadar jabatan kepala sekolah. Saya mulai mengidentifikasi
diri sebagai guru penggerak yang memiliki komitmen terhadap pendidikan dan perkembangan
siswa. sehingga menjadi sumber motivasi yang kuat sebagai seorang guru

Tugas 2.2 (2)


Sebagai seorang guru, saat Anda hadir mengajar di kelas tepat waktu, motivasi apakah
yang mendasari tindakan Anda? Apakah Anda datang tepat waktu karena tidak ingin
ditegur oleh atasan Anda dan kemudian mendapat surat peringatan (menghindari
ketidaknyamanan dan hukuman) atau Anda ingin mendapatkan pujian dari atasan Anda
dan mendapat penghargaan sebagai karyawan atau guru berprestasi? (mendapatkan
imbalan atau penghargaan dari orang lain), atau Anda ingin menjadi orang yang
menghargai waktu, menghargai diri Anda sendiri sebagai teladan bagi murid-murid
Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai guru akan dicontoh oleh murid-
murid Anda (menghargai nilai-nilai diri sendiri). Manakah motivasi yang paling kuat
mendasari tindakan Anda? Atau bahkan kombinasi dari dua motivasi, atau bahkan
ketiga-tiganya?

Motivasi saya datang tepat waktu adalah karena saya peduli terhadap murid-murid saya dan juga ingin
mematuhi aturan sekolah. Sehingga memungkinkan saya untuk memberikan pengajaran yang
berkualitas dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif bagi murid-murid saya .

Tugas 2.2 (3)


Bila di sekolah Anda tidak ada peraturan yang mengharuskan guru datang tepat waktu
dan tidak ada surat teguran bagi guru yang datang terlambat, dan tidak ada atasan yang
memuji Anda, apakah Anda akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-
murid Anda? Jelaskan alasan Anda.

Saya percaya bahwa seorang guru menjadi contoh bagi murid-murid. Dengan datang tepat waktu, saya
dapat mengajarkan kepada mereka nilai-nilai seperti kedisiplinan, tanggung jawab, dan menghargai
waktu. Meskipun tidak ada peraturan atau sanksi yang mengharuskan ketepatan waktu saya
berkomitmen untuk tetap datang tepat waktu. Ketika seorang guru melihat pendidikan sebagai
panggilan dan memiliki komitmen untuk memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya, ketepatan
waktu akan menjadi prinsip penting dalam melaksanakan tugas sehari-hari sebagai pendidik.
Tugas 2.2 (4)
Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi tadi (menghindari ketidaknyamanan dan
hukuman, mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, menghargai nilai-
nilai diri sendiri) motivasi manakah yang saat ini paling banyak mendasari perilaku
murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan!

Motivasi murid-murid saya kebanyakan karena mereka menghargai Nilai-nilai Diri Sendiri:
mereka setidaknya sudah memiliki pemahaman yang mendalam tentang pentingnya perilaku
tersebut terhadap perkembangan diri mereka sendiri dan nilai-nilai yang mereka anut. Saya
selalu berusaha untuk membantu murid merasakan nilai pribadi dalam pembelajaran dan
membantu mereka mengembangkan motivasi yang berasal dari dalam diri mereka sendiri.

Tugas 2.2 (5)


Strategi apa yang selama ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada
murid-murid anda, bagaimana hasilnya pada perilaku murid-murid Anda?

Strategi yang saya terapkan antara lain :1) Pemberian Aturan dan Harapan yang Jelas. Aturan ini
harus memaksa murid untuk berperilaku sesuai aturan. Ketika mereka terpaksa melakukannya
akan menjadi biasa dan akhirnya akan menjadi budaya 2) Membangun komunikasi yang efektif
dengan murid adalah kunci dalam menanamkan disiplin positif. 3) Menggunakan penguatan
positif seperti pujian, pengakuan, dan hadiah untuk menghargai perilaku muridagar mereka
termotivasi. 4) konsisten dalam menerapkan aturan kelas. Artinya aturan harus diterapkan secara
adil dan setiap murid harus diperlakukan dengan cara yang sama. 5) Kolaborasi dengan orang tua
dalam hal penerapannya

Tugas 2.2 (6)


Nilai-nilai kebajikan apa yang Anda berusaha tanamkan pada murid-murid Anda di kelas
dan sekolah Anda?

Sebagai seorang guru, saya akan berusaha untuk menanamkan sejumlah nilai-nilai kebajikan
pada murid-murid saya, yang diharapkan akan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang
baik, bertanggung jawab, dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Nilai-nilai kebajikan tersebut
antara lain Menghormati diri sendiri dan orang lain, Kedisiplinan, bertanggung jawab.
Kejujuran berbicara dan jujur bertindak, Empati, Kemandirian, Kreativ dan Religius.
Saya akan berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam pembelajaran sehari-hari di
kelas dan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan nilai-nilai kebajikan ini.
Tujuannya adalah agar murid-murid tidak hanya menjadi mahir dalam akademis, tetapi juga
menjadi individu yang baik, berempati, dan berkontribusi positif dalam masyarakat.

Pertanyaan Reflektif
Iva kurang menguasai pelajaran Matematika, sehingga pada saat pelajaran
tersebut berlangsung, dia lebih banyak berdiam diri atau menggambar di buku
pelajarannya. Pada saat guru Matematikanya, Pak Seno, menanyakan pertanyaan
Iva menjadi gugup, dan tak sengaja menjatuhkan tasnya dari kursi, serta tiba-
tiba menjadi gagap pada saat berupaya menjawab. Seluruh kelas pun tertawa
melihat perilaku Iva yang bicara tergagap dan terkejut tersebut. Pak Seno pada
saat itu membiarkan teman-teman Iva menertawakan Iva yang tergagap dan
malu luar biasa, dan malahan minta Iva untuk maju ke depan dan berdiri di
depan kelas sambil menunjuk hidungnya karena tidak bisa menjawab pertanyaan
Pak Seno. Kelas makin gaduh, dan anak-anak pun tertawa melihat Iva di depan
kelas memegang ujung hidungnya.

Jawablah kedua pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap


jawaban rekan Anda.

1. Apakah Anda setuju dengan tindakan pak Seno terhadap Iva? Mengapa?
2. Menurut Anda, tindakan Pak Seno terhadap Iva adalah sebuah hukuman
atau konsekuensi? Mengapa?

Tindakan Pak Seno terhadap Iva sangat kontroversial dan tidak tepat dalam konteks
pembelajaran. Sebagai pendidik, peran seorang guru adalah untuk mendukung perkembangan
dan kesejahteraan murid, bukan untuk mempermalukan mereka atau mengejek mereka di depan
kelas. Tindakan seperti itu dapat memiliki dampak negatif yang serius pada perkembangan
emosional dan psikologis murid.

Tanggapan 1: Tindakan Pak Seno tidak tepat karena:

 Ini merupakan bentuk pelecehan verbal dan penghinaan terhadap Iva yang jelas-jelas
tidak dapat menjawab pertanyaan matematika dengan baik. Ini dapat merusak
kepercayaan diri Iva dan membuatnya merasa malu.
 Tindakan Pak Seno tidak mendukung lingkungan belajar yang aman dan positif.
Seharusnya guru bekerja untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran,
bukan menciptakan situasi yang merendahkan murid.
Tanggapan 2: Tindakan Pak Seno merupakan hukuman dan konsekuensi yang tidak tepat:

 Tindakan meminta Iva untuk maju ke depan dan menunjuk hidungnya serta tertawaan
kelas merupakan hukuman yang tidak layak. Ini tidak memperbaiki perilaku atau
pengetahuan Iva dalam matematika; sebaliknya, itu hanya merendahkan dan
mempermalukan dia.
 Hukuman seharusnya dirancang untuk memberikan peluang bagi pemahaman dan
perbaikan, bukan untuk merendahkan atau menciptakan ketidaknyamanan.

Dalam situasi seperti ini, tindakan yang lebih tepat dari Pak Seno adalah:

1. Menilai pemahaman Iva dengan cara yang sensitif dan pribadi, mungkin setelah pelajaran
atau di luar jam sekolah.
2. Menawarkan bantuan tambahan atau pengajaran yang lebih intensif jika diperlukan.
3. Mendorong Iva untuk bertanya saat dia tidak mengerti, tanpa takut dihina atau diolok-
olok.

Tindakan yang sesuai dari seorang guru adalah membantu murid untuk mengatasi kesulitan
belajar mereka dengan cara yang mendukung dan empatik, bukan dengan cara yang
merendahkan atau mempermalukan.

Tindakan Pak Seno terhadap Iva tidak tepat dalam konteks pembelajaran. Sebagai pendidik,
peran seorang guru adalah untuk mendukung perkembangan dan kesejahteraan murid, bukan
untuk mempermalukan mereka atau mengejek mereka di depan kelas. Tindakan seperti itu dapat
memiliki dampak negatif yang serius pada perkembangan emosional dan psikologis murid.

Yang dilakukan pak seno merupakan bentuk pelecehan verbal dan penghinaan terhadap Iva yang
jelas-jelas tidak dapat menjawab pertanyaan matematika dengan baik. Ini dapat merusak
kepercayaan diri Iva dan membuatnya merasa malu. Tindakan Pak Seno tersebut juga tidak
mendukung lingkungan belajar yang aman dan positif. Seharusnya guru bekerja untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran, bukan menciptakan situasi yang
merendahkan murid.

Tindakan Pak Seno merupakan hukuman karena hal tersebut tidak memperbaiki perilaku atau
pengetahuan Iva dalam matematika; sebaliknya, itu hanya merendahkan dan mempermalukan
dia.

Dalam situasi seperti ini, tindakan yang lebih tepat dari Pak Seno adalah:

4. Menilai pemahaman Iva dengan cara yang sensitif dan pribadi, mungkin setelah pelajaran
atau di luar jam sekolah.
5. Menawarkan bantuan tambahan atau pengajaran yang lebih intensif jika diperlukan.
6. Mendorong Iva untuk bertanya saat dia tidak mengerti, tanpa takut dihina atau diolok-
olok.
Tindakan yang sesuai dari seorang guru adalah membantu murid untuk mengatasi kesulitan
belajar mereka dengan cara yang mendukung dan empatik, bukan dengan cara yang
merendahkan atau mempermalukan.

1.4.a.4.2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan,


Restitusi
Hukuman, konsekuensi, dan restitusi adalah tiga konsep yang berbeda yang digunakan dalam
konteks manajemen perilaku dan kebijakan hukum. Berikut adalah penjelasan perbedaan antara
ketiganya:

1. Hukuman:
o Definisi: Hukuman adalah tindakan atau sanksi yang diberikan sebagai respon
terhadap perilaku yang tidak diinginkan atau melanggar aturan, norma, atau
hukum tertentu.
o Tujuan: Hukuman biasanya bertujuan untuk menimbulkan rasa sakit,
ketidaknyamanan, atau penalti bagi individu yang melanggar aturan. Ini sering
digunakan sebagai cara untuk menghukum atau melawan perilaku yang tidak
diinginkan.
o Contoh: Contoh hukuman termasuk sanksi disipliner di sekolah, denda dalam
hukum pidana, atau pembatasan hak sebagai konsekuensi dari tindakan ilegal.
2. Konsekuensi:
o Definisi: Konsekuensi adalah hasil atau dampak dari tindakan atau keputusan
tertentu. Konsekuensi dapat bersifat positif atau negatif, tergantung pada apakah
tindakan tersebut dianggap sesuai atau tidak sesuai dengan aturan atau norma
yang berlaku.
o Tujuan: Konsekuensi bertujuan untuk menciptakan hubungan antara tindakan
dan hasil, sehingga individu dapat memahami dan mempertimbangkan dampak
dari tindakan mereka.
o Contoh: Contoh konsekuensi positif adalah pujian atau penghargaan atas perilaku
yang baik, sedangkan contoh konsekuensi negatif adalah sanksi atau hukuman
atas perilaku yang melanggar aturan.
3. Restitusi:
o Definisi: Restitusi adalah tindakan mengembalikan atau mengganti kerugian atau
kerusakan yang telah diakibatkan oleh tindakan tertentu. Ini sering digunakan
dalam konteks hukum perdata untuk mengembalikan atau mengganti kerugian
materiil yang telah ditimbulkan oleh tindakan salah satu pihak.
o Tujuan: Tujuan restitusi adalah memulihkan kerugian atau kerusakan yang telah
terjadi sebagai akibat dari tindakan tertentu, sehingga korban mendapatkan
kompensasi yang sesuai.
o Contoh: Contoh restitusi termasuk pembayaran ganti rugi kepada korban dalam
kasus perdata, atau penggantian barang yang rusak dalam kasus perusakan.
Dengan demikian, hukuman adalah tindakan atau sanksi yang diberikan sebagai respons terhadap
perilaku yang melanggar aturan, konsekuensi adalah hasil atau dampak dari tindakan atau
keputusan tertentu, sedangkan restitusi adalah tindakan mengembalikan atau mengganti kerugian
atau kerusakan yang telah diakibatkan oleh tindakan tertentu. Semua tiga konsep ini dapat
berperan dalam mengelola perilaku dan memastikan kepatuhan terhadap aturan dan norma-
norma yang berlaku.

Pertanyaan Reflektif
Ibu Anas guru kelas 2 SD, mendapatkan masalah. Murid-muridnya tidak bisa
tertib berdiri antri di depan pintu kelas, dan selalu berebutan masuk ke dalam
kelas setelah jam istirahat usai. Ini tentunya sangat mengganggu proses
pembelajaran dimana kelas tidak dapat mulai tepat waktu karena Ibu Anas sibuk
menenangkan murid-muridnya untuk waktu cukup lama. Akhirnya Bu Anas
berpikir cepat, dan mengandalkan stiker bintang. Setiap murid-muridnya akan
masuk kelas usai jam istirahat, Bu Anas akan mengiming-imingi murid-muridnya
dengan stiker bintang. “Siapa yang dapat berdiri lurus dan berbaris rapi antri di
depan pintu, dapat bintang dari Bu Anas!” Sebagian besar murid-muridnya
menyambut tantangan tersebut, dan langsung berdiri rapi di depan pintu agar
mendapatkan stiker bintang. Hal ini terus dilakukan Bu Anas selama beberapa
minggu, karena cukup berhasil membuat murid-muridnya berdiri rapi antri di
depan pintu. Sampai pada suatu saat Bu Anas sakit, dan terpaksa digantikan Pak
Heru. Pak Heru tidak mengetahui tentang stiker bintang, dan benar saja, pada
saat mau masuk ke kelas usai jam istirahat murid-murid kelas 2 kembali
berebutan masuk kelas. Apa yang terjadi, mengapa?

Jawablah ketiga pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap


jawaban rekan Anda.
1. Berdasarkan teori motivasi yang telah Anda pelajari pada
pembelajaran sebelumnya, kira-kira apa motivasi murid-murid kelas 2 untuk
bersedia berdiri antri sebelum masuk kelas?
2. Adakah cara lain agar murid-murid kelas 2 bersedia antri di depan kelas
tanpa diberi penghargaan stiker bintang? Jelaskan.
Motivasi Murid-murid untuk Berdiri Antri dengan Stiker Bintang:

1. Motivasi Ekstrinsik: Stiker bintang adalah contoh motivasi ekstrinsik. Murid-murid


berusaha untuk mendapatkan stiker bintang sebagai hadiah eksternal, seperti pengakuan
dan penghargaan dari guru (Ibu Anas) untuk perilaku mereka. Mereka berbaris rapi
karena mereka ingin mendapatkan stiker bintang.
2. Dorongan untuk Bersaing: Selain penghargaan ekstrinsik, dorongan untuk bersaing
dengan teman-teman juga dapat menjadi faktor motivasi. Ketika murid-murid melihat
teman-teman mereka berbaris rapi dan mendapatkan stiker, mereka mungkin merasa
tertantang untuk melakukan hal yang sama.

Mengapa Perilaku Kembali ke Keadaan Semula Ketika Pak Heru Menggantikan:

1. Ketidaktahuan Pak Heru: Pak Heru mungkin tidak mengetahui tentang penggunaan
stiker bintang oleh Ibu Anas, sehingga tidak memberikan penghargaan tersebut. Karena
itu, murid-murid kehilangan motivasi ekstrinsik yang mereka dapatkan sebelumnya.
2. Perubahan dalam Penguatan: Tanpa penggunaan stiker bintang sebagai penguatan
ekstrinsik, motivasi murid-murid untuk berbaris rapi hilang. Mereka mungkin merasa
tidak ada insentif yang cukup kuat untuk melanjutkan perilaku tersebut.

Cara Lain agar Murid-murid Bersedia Antri di Depan Kelas Tanpa Penghargaan Stiker
Bintang:

1. Pendidikan Nilai-nilai: Guru dapat mengajarkan nilai-nilai seperti kerjasama,


kedisiplinan, dan penghargaan terhadap waktu. Dengan pendidikan nilai-nilai ini, murid-
murid dapat memahami pentingnya berdiri antri tanpa perlu hadiah eksternal.
2. Penghargaan non-materi: Selain stiker bintang, guru dapat memberikan penghargaan
non-materi seperti pujian verbal, pengakuan, atau sertifikat keberhasilan untuk perilaku
yang baik. Ini dapat menjadi penghargaan ekstrinsik yang memotivasi, tetapi tanpa unsur
materiil.
3. Keterlibatan Aktif: Guru dapat melibatkan murid-murid dalam proses pembuatan aturan
dan norma di kelas. Dengan demikian, mereka akan merasa memiliki tanggung jawab
untuk mengikuti aturan tersebut.
4. Model Teladan: Guru dapat menjadi contoh yang baik dengan selalu menunjukkan
perilaku yang diharapkan, termasuk berdiri antri dengan rapi.

Pendekatan yang lebih berkelanjutan adalah membangun motivasi intrinsik pada murid-murid, di
mana mereka melakukan perilaku tertentu karena mereka memahami nilai intrinsik dari perilaku
tersebut, bukan hanya untuk mendapatkan hadiah eksternal.
Tugas 2.2 (7)
Pilihlah dua kotak yang berisi pernyataan atau hasil penelitian yang paling menarik atau
menantang untuk Anda. Tuliskan tanggapan Anda terhadap pernyataan/hasil penelitian
yang Anda pilih tersebut, kemudian berilah minimal 2 tanggapan atas
jawaban/tanggapan rekan Anda.

Alfie Kohn mengemukakan pandangan yang sangat kritis terhadap penggunaan penghargaan
eksternal dan hukuman dalam konteks pendidikan. Pernyataannya tentang penghargaan dan
hukuman yang dapat menghancurkan potensi pembelajaran yang sejati didasarkan pada
pemahaman bahwa ketika seseorang melakukan sesuatu hanya demi penghargaan atau untuk
menghindari hukuman, itu mungkin tidak mendorong pemahaman yang mendalam atau motivasi
intrinsik yang kuat untuk belajar. Berikut adalah tanggapan terhadap pernyataan Kohn:

1. Penghargaan sebagai Kontrol Eksternal: Pernyataan Kohn bahwa penghargaan dapat


berfungsi sebagai bentuk kontrol eksternal yang mengarah pada motivasi ekstrinsik
sebagian benar. Terlalu banyak penghargaan eksternal yang diberikan hanya untuk
mendorong perilaku tertentu dapat mengarah pada ketergantungan pada penghargaan dan
menekan motivasi intrinsik. Namun, penghargaan yang diberikan secara bijak dan
sebagai umpan balik positif juga dapat menjadi penguat positif yang mendukung motivasi
intrinsik.
2. Tindakan Belajar sebagai Penghargaan Sesungguhnya: Konsep ini menekankan
pentingnya pengalaman belajar sebagai penghargaan dalam dirinya sendiri. Ketika
seseorang merasakan kegembiraan dari penemuan, pencapaian, atau pemahaman yang
mendalam, itu sendiri bisa menjadi penghargaan yang memotivasi untuk terus belajar.
Oleh karena itu, pendidikan yang memotivasi harus merangsang minat dan rasa ingin
tahu.
3. Nilai yang Sama antara Penghargaan dan Hukuman: Kohn juga mengemukakan
bahwa dalam beberapa kasus, memberikan penghargaan dengan nilai yang sama dengan
hukuman. Ini terkait dengan ide bahwa penghargaan dapat mempengaruhi motivasi dan
perilaku dengan cara yang mirip dengan hukuman. Misalnya, jika seseorang merasa
tekanan untuk mendapatkan penghargaan tertentu dan tidak berhasil, itu bisa menjadi
pengalaman yang sama dengan hukuman.

Penting untuk dicatat bahwa pandangan Kohn adalah salah satu sudut pandang dalam diskusi
tentang penghargaan dan hukuman. Tidak semua pendidik setuju dengan pandangannya
sepenuhnya, dan banyak sekolah dan guru masih menggunakan penghargaan dan hukuman
sebagai alat dalam manajemen kelas. Pendekatan terbaik seringkali adalah mencari
keseimbangan yang tepat antara pemberian penghargaan dan hukuman yang mempertimbangkan
konteks, tujuan, dan kebutuhan individual murid.

Anda mungkin juga menyukai