DR - Batari Anemia Arga Setyo Adji

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

SYMPTOMATOLOGI

ANEMIA

Dosen pembimbing:
dr.Rr.Batari Retno Minanti, Sp.PD, K-EMD, FINASIM

Disusun oleh
Arga Setyo Adji 20220420172

Hang Tuah University | Faculty of Medicine

http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY
ANEMIA
(Definisi)
● ↓ Jumlah eritrosit (RBC) dalam sirkulasi Hemoglobin (Hb),Hematokrit (HCT),Jumlah RBC
● Manifestasi klinis non-spesifik5L (lemah,letih,lesu,lunglai,lalai), dyspnoe, konjungtiva anemis,
takikardia.
● Tidak selalu 1 penyebab! Multifaktorial

Kriteria World Health Organization (WHO):


♂ Hb <13 g/dL Jumlah Eritrosit<4.5 jt,
♀Hb <12 g/dL Jumlah Eritrosit <4 jt

Paramter tidak absolut!


• Penyebab nilai rendah
A. Aktivitas fisik intensifAnemia Fisiologis
B. KehamilanKarena Hemodilusi
C. Usia lanjut
• Penyebab nilai tinggi
A. Merokok
B. Hemokosentrasi (contoh: dehidrasi)
C. Altituda tinggi

https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/85839/WHO_NMH_NHD_MNM_11.1_eng.pdf?sequence=22

http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY
ANEMIA
(Definisi Anemia Sesuai Usia)

https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/85839/WHO_NMH_NHD_MNM_11.1_eng.pdf?sequence=22

http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY
ANEMIA
(Epidemiologi di Dunia)

Kesimpulannya:
• Gambar 1 Prevalensi tertinggi untuk laki-laki ditemukan di Asia Timur (20,9%) dan Amerika Latin Tengah (5,9%). Sedangkan untuk perempuan,
prevalensi tertinggi ditemukan di Asia Timur (26,1%) dan Afrika Sub-Sahara Selatan (7,2%)
• Gambar 2 Prevalensi anemia yang disebabkan oleh defisiensi zat besi dalam diet lebih tinggi dibandingkan semua penyebab lainnya, di semua
kelompok umur kecuali kelompok umur 95 tahun ke atas. Prevalensi ini mencapai puncaknya pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian umumnya
menurun hingga kelompok umur 25-29 tahun, dan kemudian secara umum meningkat hingga kelompok umur 85-89 tahun. Prevalensi global
hemoglobinopati dan anemia hemolitik menempati proporsi kedua terbesar, yang mencapai puncaknya pada kelompok umur 20-24 tahun dan
kemudian menurun hingga kelompok umur 50-54 tahun, meningkat hingga kelompok umur 85-89 tahun, sebelum menurun pada dua kelompok umur
terakhir. Prevalensi global anemia et causa penyakit ginjal kronis mulai meningkat pada kelompok umur 50-54 tahun dan mencapai puncaknya pada
kelompok umur tertua. Jumlah kasus prevalen yang dapat diatribusikan kepada defisiensi zat besi dalam diet dan hemoglobinopati dan anemia
hemolitik menempati proporsi terbesar di hampir semua kelompok umur
Safiri, S., Kolahi, AA., Noori, M. et al. Burden of anemia and its underlying causes in 204 countries and territories, 1990–2019: results from the Global Burden of Disease Study 2019. J Hematol Oncol 14, 185 (2021).
https://doi.org/10.1186/s13045-021-01202-2

http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY
ANEMIA
(Epidemiologi di Indonesia)
RISKESDAS 2013 RISKESDAS 2018

https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/4467/1/Laporan_riskesdas_2013_final.pdf

http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY
ANEMIA
(Siklus Hidup Eritrosit)

http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY
ANEMIA
(Indeks Eritrosit)

• Mean corpuscular volume (MCV) (fL)


10 x HCT (%) : RBC (juta/µlL)
• Mean corpuscular hemoglobin (MCH) (pg)
Hb (g/dL) x 10 : RBC (juta/µlL)
• Mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC) (g/dL)
Hb (g/dL) x 100 : HCT (%)
• Red cell distribution width (RDW)
SD/MCV x 100
http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY
ANEMIA
(Klasifikasi Anemia)

http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY
ANEMIA
(Klasifikasi Anemia)

http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY
ANEMIA
(Gejala Anemia)

http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY
ANEMIA
(Gejala Anemia)

http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY
ANEMIA
(Pemeriksaan untuk diagnosis Anemia)
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium merupakan penunjang diagnostik pokok dalam diagnosis anemia.
Pemeriksaan ini terdiri dari: 1). Pemeriksaan penyaring (screening test): 2). Pemeriksaan darah seri anemia;3).
Pemeriksaan sumsum tulang; 4). Pemeriksaan khusus.

1.Pemeriksaan Penyaring Pemeriksaan penyaring untuk kasus anemia terdiri dari pengukuran kadar hemoglobin, indeks
eritrosit dan hapusan darah tepi. Dari sini dapat dipastikan adanya anemia serta jenis morfologik anemia tersebu! yang sangat
berguna untuk pengarahan diagnosis lebih lanjut.
2.Pemeriksaan Darah Seri Anemia Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung retikulosit dan
laju endap darah. Sekarang sudah banyak dipakai automatic hematology analyzer yang dapat memberikan presisi hasil yang
lebih baik.
3.Pemeriksaan Sumsum Tulang Pemeriksaan sumsum tulang memberikan informasi yang sangat berharga mengenai keadaan
sistem hematopoesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsum
tulang muflak diperlukan untuk diagnosis anemia aplastik, anemia megaloblastik, serta pada kelainan hematologik yang dapat
mensupresi sistem eritroid.
4.Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, misalnya pada:
. Anemia defisiensi besi: serum iron.TIBC (total iro binding capacity), saturasi transferin, protoporfirin eritrosit, feritin serum,
reseptor transferin dan pengecatan besi pada sumsum triang (Perl's stain). . Anemia megaloblastik: folat serum, vitamin B 12
serum, tes supresi deoksiuridin dan tes Schiling. . Anemia hemolitik: bilirubin serum, tes Coomb, elektroforesis hemoglobin dan
lain-lain. . Anemia aplastik: biopsi sumsum tulang. Juga diperlukan pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti misalnya
pemeriksaan faal hati, faal ginjal atau faal tiroid.

http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY
ANEMIA
(Pendekatan Diagnosis)
Anemia hanyalah suatu sindrom, bukan suatu kesatuan penyakit (disease entity), yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dasar (underlying
disease). Hal ini penting diperhatikan dalam diagnosis anemia. Kita tidak cukup hanya sampai pada diagnosis anemia, tetapi sedapat mungkin kita harus
dapat menentukan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. Maka tahap-tahap dalam diagnosis anemia adalah: .
• Menentukan adanya anemia .
• Menentukan jenis anemia .
• Menentukan etiologi atau penyakit dasar anemia .
• Menentukan ada atau tidaknya penyakit penyerta yang akan mempengaruhi hasil pengobatan

http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY
ANEMIA
(Pendekatan Terapi)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi pada pasien anemia ialah:
1). Pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan diagnosis definitif yang telah ditegakkan terlebih dahulu;
2). Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan;
3). Pengobatan anemia dapat berupa:
a). Terapi untuk keadaan darurat seperti misalnya pada perdarahan akut akibat anemia aplastik yang mengancam jiwa
pasien, atau pada anemia pasca perdarahan akut yang disertai gangguan hemodinamik.
b), Terapi suportif,
c). Terapi yang khas untuk masing-masing anemia,
d). Terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut;
4). Dalam keadaan di mana diagnosis definitif trdak dapat ditegakkan, kita terpaksa memberikan terapi
percobaan (terapi ex juvantivus). Di sini harus dilakukan pemantauan yarrg ketat terhadap respon terapi dan
perubahan perjalanan penyakit pasien dan dilakukan evaluasi terus menerus tentang kemungkinan perubahan
diagnosis;
5). Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan tanda-tanda gangguan hemodinamik.
Pada anemia kronik transfusi hanya diberikan jika anemia bersifat simtomatik atau adanya ancaman payah jantung.
Di sini diberikan packed red cell, jangan whole blood. Pada anemia kronik sering dijumpai peningkatan volume
darah, oleh karena itu transfusi diberikan dengan tetesan pelan. Dapat juga diberikan diuretika kerja cepat seperti
furosemid sebelum transfusi.
http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY
ANEMIA
(Kesimpulan)
Anemia merupakan kelainan yang sering dijumpai. Untuk penelitian lapangan umumnya dipakai kriteria anemia
menurut WHO, sedangkan untuk keperluan klinis dipakai kriteria Hb < 10 g/dl atau hematokri fvdgt < 30%.
Anemia dapat diklasifikasikan menurut etioparogenesisnya ataupun berdasarkan morfologi eritrosit. Gabungan
kedua klasifi kasi ini sangat bermanfaat untuk diagnosis. Dalam pemeriksaan anemia diperlukan pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan laboratorik yang terdiri dari: pemeriksaan penyaring, pemeriksaan seri anemia,
pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan khusus. Pendekatan diagnosis anemia dapat dilakukan secara klinis,
tetapi yang lebih baik ialah dengan gabungan pendekatan klinis dan laboratorik. Pengobatan anemia seyogyanya
dilakukan atas indikasi yang jelas. Terapi dapat diberikan dalam bentuk terapi darurar. terapi suportif, terapi yang
khas untuk masing-masing anemia dan terapi kausal.

http://fk.hangtuah.ac.id/id/ DISCIPLINE-PROFESSIONALISM-MORALITY

Anda mungkin juga menyukai