Anda di halaman 1dari 22

Konsep & Asuhan Keperawatan

Sepsis
KONSEP TEORI

1. Pengertian
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang di derita
neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri di
dalam darah (perawatan bayi resiko tinggi, penerbit buku
kedokteran, Jakarta : EGC)
Sepsis adalah mikroorganisme patogen atau toksinnya
di dalam darah
(Dorland, 1998).
Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang
biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan (Muscari,
Mary E. 2005)
2. Etiologi
• Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
• v Bakteri escherichia koli
• v Streptococus group B
• v Stophylococus aureus
• v Enterococus
• v Listeria monocytogenes
• v Klepsiella
• v Entererobacter sp
• v Pseudemonas aeruginosa
• v Proteus sp
• v Organisme anaerobik
Tanda dan Gejala Faktor Risiko
• Gejala infeksi sepsis pada v Sepsis Dini
neonatus ditandai dengan: • Kolonisasi maternal dalam
GBS/Grup B Streptococus,
• Bayi tampak lesu infeksi fekal
• tidak kuat menghisap • Malnutrisi pada ibu
• denyut jantung lambat dan • Prematuritas, BBLR
suhu tubuhnya turun-naik v Sepsis Nosokomial
• gangguan pernafasan • BBLR–>berhubungan dengan
pertahanan imun
• kejang
• Nutrisi Parenteral total,
• jaundice (sakit kuning) pemberian makanan melalui
• muntah selang
• diare • Pemberian antibiotik
(superinfeksi dan infeksi
• perut kembung
organisme resisten)
4. Manifestasi Klinis

• Umum : panas, hipotermi, malas minum, letargi,


sklerema
• Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah,
diare, hepatomegali
• Saluran nafas: apneu, dispnue, takipnu, retraksi, nafas
cuping hidung, merintih, sianosis.
• Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab,
hipotensi, takikardi, bradikardi.
• Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang,
hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur,
ubun-ubun menonjol.
• Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie,
purpura, perdarahan. (Arif, 2000)
5. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah
air kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
• Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi
sepsis, secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi
lumbal, analisis dan kultur urin.

Factor-faktor pada masalah hematology:


• v Peningkatan kerentaan kapiler
• v Peningkatan kecenderungan perdarahan(kadar protrombin
plasma rendah)
• v Perlambatan perkembangansel-sel darah merah
• v Peningkatan hemolisis
• v Kehilangan darah akibat uji laboratorium yang sering dilakukan
 Komplikasi
Kelainan bawaan jantung,paru,dan organ-organ yang lainnya
• v Sepsis berat : sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ
tunggal
• v Syok sepsis : sepsis berat disertai hipotensi
• v Sindroma disfungsi multiorgan (MODS)
• v Perdarahan
• v Demam yang terjadi pada ibu
• v Infeksi pada uterus atau plasenta
• v Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
• v Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau
lebih sebelum melahirkan)
• v Proses kelahiran yang lama dan sulit
 Pencegahan
1. Pada masa Antenatal:
Perawatan antenatal meliputi
pemeriksaan kesehatan ibu secara 3. Pada masa pasca Persalinan :
berkala, imunisasi, pengobatan Rawat gabung bila bayi normal,
terhadap penyakit infeksi yang pemberian ASI secepatnya, jaga
lingkungan dan peralatan tetap bersih,
diderita ibu, asupan gizi yang
perawatan luka umbilikus secara steril.
memadai, penanganan segera
terhadap keadaan yang dapat
menurunkan kesehatan ibu dan
janin. Rujuk ke pusat kesehatan
bila diperlukan.

2. Pada masa Persalinan :


Perawatan ibu selama persalinan
dilakukan secara aseptik.
ASKEP SEPSIS
1. Pengkajian
A. Pengakajian dilakukan melalui anamnesis untuk
mendapatkan data yang perlu dikaji adalah :
- Sosial ekonomi
- Riwayat Keperawatan antenatal
- Ada/tidaknya ketuban pecah dini
- Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
- Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau
tempat lain
- Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia,
gonorea, dll)
- Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah
menderita penyakit infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola,
toksemia gravidarum dan amnionitis).
B. Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :
- Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)
- Tidak mau minum/reflek menghisap lemah
- Regurgitasi
- Peka rangsang
- Pucat
- Hipotoni
- Hiporefleksi
- Gerakan putar mata
- BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis
- Sianosis
- Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare)
- Hipotermi
- Pernapasan mendengkur bardipnea atau apneu
- Kulit lembab dan dingin
- Pucat
- Pengisian kembali kapiler lambat
- Hipotensi
- Dehidrasi
- Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.
C. Riwayat tumbuh kembang

 Anamnesis riwayat inkonpatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau


terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat
yang di berikan ibu seelama hamil/ persalinan.
 Riwayat neonatal ada ikterik yang tampak, bayi menderita sindrom gawat
nafas, hepatitis neonatal, sianosis, infeksi pasca natal.
 Riwayat imunisasi

D. Riwayat Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :


- Bilirubin
- Kadar gular darah serum
- Protein aktif C
- Imunogloblin IgM
- Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus,
telinga, pus dari lesi, feces dan urine.
- Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan
darah tepi dan jumlah leukosit.
• Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi b.d efek endotoksin, perubahan regulasi


temperatur, dehidrasi, peningkatan metabolisme.
2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b.d hipovolemia.
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kebocoran
cairan ke dalam intersisial.
4. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b.d
terganggunya pengiriman oksigen ke dalam jaringan.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d minum sedikit atau
intoleran terhadap minuman
6. Gangguan pola nafas b.d apnea
7. Koping individu tidak efektif b.d kesalahan dan
kecemasan, penularan infeksi pada bayi.
3. Rencana Keperawatan
1. Hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur,
dehidrasi, peningkatan metabolisme.
• Tujuan/ kriteria hasil : Suhu tubuh dalam keadaan normal
( 36,5-370C ).
Intervensi Rasional

• Pantau suhu pasien  Suhu 38,9 -41,10C


menunjukkkan proses penyakit
infeksius akut
• Pantau suhu lingkungan,  Suhu ruangan harus di ubah
batasi/tambahkan linen sesuai untuk mempertahankan suhu
indikasi mendekati normal
• Berikan kompres hangat,  Membantu mengurangi demam
hindari penggunaan alcohol
• Kolaborasi dalam pemberian  Mengurangi demam dengan
antipiretik, misalnya aspirin, aksi sentral pada hipotalamus
asetaminofen
2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia.
• Tujuan/ kriteria hasil : Mempertahankan perfusi
jaringan.
Intervensi Rasional
 Pertahankan tirah baring  Menurunkan beban kerja mikard
dan konsumsi oksigen
 Pantau perubahan pada tekanan  Hipotensi akan berkembang
darah bersamaan dengan
mikroorganisme menyerang aliran
darah
 Pantau frekuensi dan irama  Disritmia jantung dapat terjadi
jantung, perhatikan disritmia sebagai akibat dari hipoksia
 Kaji ferkuensi nafas, kedalaman,  Peningkatan pernapasan terjadi
dan kualitas sebagai respon terhadap efek-efek
langsung endotoksin pada pusat
pernapasan didalam otak
 Catat haluaran urine setiap jam  Penurunan urine mengindikasikan
dan berat jenisnya penurunan perfungsi ginjal

 Kaji perubahan warna kulit,suhu,  Mengetahui status syok yang


kelembapan berlanjut
 Kolaborasi dalam pemberian  Mempertahankan perfusi jaringan
cairan parenteral
 Kolaborasi dalam pemberian obat  Mempercepat proses
penyembuhan
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kebocoran cairan ke
dalam intersisial.
• Tujuan/ kriteria hasil : Terpenuhinya kebutuhan cairan di dalam
tubuh.
Intervensi Rasional

 Catat haluaran urine setiap  Penurunan urine


jam dan berat jenisnya mengindikasikan
penurunan perfungsi ginjal
serta menyebabkan
hipovolemia
 Pantau tekanan darah dan  Pengurangan dalam
denyut jantung sirkulasi volum cairan
dapat mengurangi tekanan
darah
 Kaji membrane mukosa  Hipovolemia akan
memperkuat tanda-tanda
dehidrasi
 Kolaborasi dalam  Cairan dapat mengatasi
pemberian cairan IV hipovolemia
misalnya kristaloid
4. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d terganggunya
pengiriman oksigen ke dalam jaringan.
• Tujuan /Kriteria hasil : Terpenuhinya oksigen dalam tubuh.
Intervensi Rasional
 Pertahankan jalan nafas dengan  Meningkatkan ekspansi paru-
posisi yang nyaman atau semi paru
fowler
 Pantau frekuensi dan  Pernapasan cepat dan dangkal
kedalaman jalan nafas terjadi karena hipoksemia,
stress dan sirkulasi endotoksin
 Auskultasi bunyi nafas,  Kesulitan bernafas dan
perhatikan krekels, mengi munculnya bunyi adventisius
merupakan indikator dari
kongesti pulmona/ edema
intersisial
 Catat adanya sianosis  Menunjukkna oksigen sistemik
sirkumoral tidak adequate
 Selidiki perubahan pada  Fungsi serebral sangat sensitif
sensorium terhadap penurunan
oksigenisasi
 Sering ubah posisi  Mengurangi
ketidakseimbangan
ventilasi
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d minum sedikit atau intoleran terhadap
minuman.
• Tujuan/ kriteria hasil : Memelihara kebutuhan nutrisi bayi,
berat badan bayi tidak tujuan,
menunjukkan kenaikan berat badan.
• Intervensi :
•  Kaji intoleran terhadap minuman
•  Hitung kebutuhan minum bayi
•  Ukur masukan dan keluaran
•  Timbang berat badan setiap hari
•  Catat perilaku makan dan aktivitas secara akurat
•  Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan
•  Ukur berat jenis urine
•  Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai
kondisi
•  Pantai distensi abdomen (residu lambung)
6. Gangguan pola nafas b/d apnea
Tujuan : Mengatur dan membantu usaha bernpaas dan kecukupan
oksigen.
Kriteria Hasil : Frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami
apneu.
Intervensi
 Kaji perubahan pernapasan meliputi takipnea,
pernapasan cuping hidung, gunting,sianosis, ronki
kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.
 Pantau denyut jantung secara elektronik untuk
mengetahui takikardia atau bradikardia dan perubahan
tekanan darah.
 Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar
T1O2 yang rendah untuk menjaga pengeluaran energi
dan panas.
 Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanik.
 Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati.
 Amati gas darah yang ada atau pantau tingkat analisis
gas darah sesuai kebutuhan.
 Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang
berlebihan
7. Koping individu tidak efektif b.d kesalahan dan kecemasan,
penularan infeksi pada bayi.
Tujuan : Meminimalkan kesalahan orang tua dan
memberi dukungan koping saat krisis.
Kriteria hasil : Koping individu adekuat.

Intervensi keperawatan :
• Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan
mekanisme koping
• Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit
bayi, penyebab infeksi, lama perawatan dan komplikasi yang
mungkin terjadi.
• Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi, kemajuan
yang dicapai, perawatan selanjutnya dan komplikasi yang dapat
terjadi.
• Berdasarkan perasaan orang tua saat berkunjung, beri
kesempatan untuk merawat bayi.
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi.

5. Evaluasi Keperawatan
1. Suhu kembali normal.
2. Berat badan meningkat.
3. Perfusi jaringan normal, tidak mengalami
dispnea dan sianosis.
4. Tidak terjadi infeksi nosokomial.
si h 
a K a
Te r i m

Anda mungkin juga menyukai