Anda di halaman 1dari 43

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan


mampu memahami hal ihwal tentang
penyelenggaraan negara RI
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan
mampu:
a. Menjelaskan sistem penyelenggaraan pemerintahan
negara.
b. Menjelaskan penyelenggaraan negara yang bersih dan
berwibawa.
c. Menjelaskan tata urut perundangan dan teknik
penyusunannya.
d. Menjelaskan lembaga penyelenggara pemerintahan.
e. Menjelaskan hubungan presiden dengan lembaga negara
lainnya.
f. Menjelaskan proses manajemen pemerintahan.
PENDAHULUAN
PNS sebagai unsur utama sumber daya manusia aparatur
negara mempunyai peranan yang sangat menentukan
keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan. Sosok PNS yang mampu memainkan
peranan tersebut adalah PNS yang mempunyai
kompetensi yang diindikasikan dari sikap dan prilakunya
yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan kepada negara,
bermoral dan bermental baik, profesional, sadar akan
tanggung jawabnya sebagai pelayan publik serta mampu
menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk
mewujudkan dan mendukung peranannya sebagai
aparatur negara, seorang PNS wajib mengetahui dan
memahami sistem penyelenggaraan negara dalam
kesatuan Republik Indonesia.
PENGERTIAN SISTEM
PENYELENGARAAN NEGARA
Mekanisme bekerjanya lembaga eksekutif dipimpin oleh
presiden selaku kepala pemerintahan.
Penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, yang kekuasaan
dan tanggung jawabnya ada pada presiden.
Uraian tentang bagaimana mekanisme pemerintahan
negara yang dijalankan oleh presiden sebagai pemegang
kekuasaan pemerintahan menurut UUD 45.
Disinggungnya fungsi lembaga-lembaga negara
diperlukan untuk memberikan keterangan yang lebih jelas
tentang fungsi presiden sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahan negara.
AZAS SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA
Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum
bukan kekuasaan.
Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum
dasar) tidak bersipat absolut.
Kekuasaan negara yang tertinggi ditangan rakyat. Presiden
dan wakilnya dipilih langsung oleh rakyat.
Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan
negara.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, DPR
hanya boleh mengusulkan pemberhentian presiden.
Menteri adalah pembantu presiden.
Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
CIRI ADMINISTRASI NEGARA ABAD 21
MENUJU GOOD GOVERNANCE
Pemerintah lebih berperan sebagai penghasil dan
penyedia barang dan jasa yang dibutuhkan
masyarakat ketimbang sebagai pengatur.
Birokrasi yang besar yang menjangkau hampir
seluruh aspek kehidupan individu dan masyarakat
tersebar diseluruh peloksok negara.
CIRI GOOD GOVERNANCE
Partisipasi
Aturan hukum
Transparansi
Ketanggapan
Orientasi pada konsensus
Kesetaraan
Efesiensi dan efektifitas
AZAS UMUM PENYELENGGARAAN
NEGARA
Kepastian hukum
Tertib penyelenggaraan negara
Kepentingan umum
Keterbukaan
Proporsionalitas
Akuntabilitas
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH
1. Prinsip akuntabilitas:
Harus ada komitmen dari pemimpin dan seluruh staf
instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi
agar akuntabel.
Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin
penggunaan sumber daya secara konsisten dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Harus dapat menunjukan tingkat pencapaian tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan.
Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil
dan manfaat yang diperoleh.
Harus jujur, objektif, transparan dan inovatif sebagai
katalisator perubahan manajemen instansi.
2. PERENCANAAN STRATEGIK INSTANSI
PEMERINTAH MENCAKUP:

Pernyataan visi, misi dan strategi


Rumusan tujuan, sasaran dan uraian aktifitas
organisasi.
Uraian cara mencapai tujuan dan sasaran tersebut.
3.PENGUKURAN KINERJA
Penetapan indikator kinerja
Merupakan proses indentifikasi dan klasifikasi kinerja
melalui sistem pengumpulan dan pengolahan data
atau infomasi untuk menentukan pencapaian tingkat
kinerja suatu kegiatan/program.
Penetapan pencapaian kinerja
Untuk mengetahui dan menilai pencapaian indikator
kinerja pelaksanaan kegiatan dan kebijaksanaan yang
telah ditetapkan.
4. EVALUASI KINERJA
Menghitung nilai pencapaian dari pelaksanaan
perkegiatan.
Menghitung pencapaian kinerja dari pelaksanaan
program didasarkan pembobotan dari setiap kegiatan
yang ada dalam setiap kegiatan.
5. PELAPORAN AKUNTABILITAS
Prinsip:
Prinsip pertanggungjawaban
Harus cukup jelashal-hal yang dikendalikan oleh pihak yang
melaporkan harus dapat dimengerti pembaca.
Prinsip pengecualian
Yang dilaporkan yang penting dan terdepan bagi pengembilan
keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang bersangkutan
seperti keberhasilan dan kegagalan, perbedaan realisasi dan
target.
Prinsip manfaat
Yaitu manfaat laporan harus lebih besar dari pada biaya
penyusunan.
TATA URUTAN PERUNDANGAN
UUD 1945
Tap MPR
Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU)
Peraturan Pemerintah (PP)
Keputusan Presiden (Kepres)
Peraturan Daerah (Perda)
TATA CARA PENGAJUAN RUU
DPR memegang kekuasaan membentuk UU.
Presiden berhak mengajukan RUU yang berisi latar
belakang dan tujuan penyusunan, sasaran yang ingin
diwujudkan, pokok pikiran, jangkauan dan arah
pembangunan.
Pembentukan antar departemen dan lembaga.
Konsultasi RUU.
Penyampaian RUU kepada DPR.
Pengesahan, pengundangan dan penyebarluasan UU.
FUNGSI PENYELENGARA NEGARA

Melayani masyarakat
Mengayomi masyarakat
Menumbuhkembangkan prakarsa dan peran serta
masyarakat dalam pembangunan.
PRINSIP PENDEKATAN FUNGSI
PEMERINTAH
Sebagai pengendali bukan pendayung.
Berperan dalam pemberdayaan masyarakat dari pada melayani.
Menciptakan iklim persaingan yang ketat
Berorientasi pada misi bukan pada aturan pelaksanaan tugas
yang kaku.
Berorientasi pada hasil.
Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat bukan
kepentingan birokrasi.
Menerapkan prinsip perusahaan yaitu memperoleh ketimbang
mengeluarkan.
Mempunyai daya tanggap dan mampu mengantisipasi
tantangan yang terjadi.
Berorientasi pada pelayanan dalam memenuhi tuntutan
masyarakat.
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT
Menetapkan kebijakan guna mendukung pembangunan makro.
Menetapkan pedoman standar pelayanan minimal yang wajib
dilaksanakan oleh daerah.
Menetapkan kriteria penentuan dan perubahan tata ruang.
Menyusun rencanan nasional secara makro
Membina dan mengawasi pelaksanaan otonomi daerah.
Menetapkan pedoman pengelolaa SDA.
Mengatur peneratapan perjanjian internasional.
Menetapkan standar pemberian izin oleh daerah.
Mengatur pelaksanaan ekspor impor dan karantina barang.
Menanggulangi wabah yang bersipat nasional.
Menetapkan sistem lembaga perekonomian negara.
KEWENANGAN DAERAH PROVINSI
Kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersipat
lintas kabupaten/kota.
Kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan
kabupaten/kota.
Kewenangan dalam bidang pemerintahan yang dilimpahkan
kepada gubernur.
Kewenangan melaksanakan fungsi pelayanan umum,
pengaturan dan pembangunan yang bersipat lintas
kabupaten/kota.
Kewenangan melaksanakan tugas yang dilakukan
kabupaten/kota yang merugikan kabupaten/kota lainnya.
KEWENANGAN KABUPATEN/KOTA
Kewenangan selain kewenangan pemerintah pusat.
Kewenangan wajib seperti pekerjaan umum,
kesehatan, pendidikan, perhubungan, perindustrian,
perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup,
pertanian, koperasi dan tenaga kerja.
LEMBAGA PENYELENGGARA
NEGARA TINGKAT PUSAT
DEPARTEMEN
Fungsinya:
a. Pelancaran pelaksanaan serta pembinaan
dibidangnya.
b. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas serta
pelayanan administrasi departemen.
c. Penelitian dan pengembangan terapan serta
pendidikan dan pelatihan tertentu dalam rangka
mendukung kebijakan dibidangnya.
d. Pelaksanaan pengawasan fungsional.
MENTERI KOORDINATOR
Fungsi:
a. Pengkoordinasian para menteri negara.
b. Pengkoordinasian dan peningkatan keterpaduan
dalam penyiapan kebijakan pemerintah.
c. Pengendalian penyelenggaraan kebijakan, program
dan kegiatan.
d. Penyusunan laporan hasil evaluasi.
MENTERI NEGARA
Fungsi:
a. Perumusan kebijakan pemerintah dalam bidangnya.
b. Pengkoordinasian dan peningkatan keterpaduan
penyusunan rencana, pemantauan dan evaluasi.
c. Peningkatan peran serta masyarakat dibidangnya.
d. Pengkoordinasian kegiatan di bidangnya.
e. Penyampaian laporan, saran dan pertimbangan.
f. Pelaksanaan tugas lain sebagaimana tersebut dalam
peraturan perundangan.
TENTARA NASIONAL INDONESIA
Tugas:
a. Alat negara yang berperan sebagai alat pertahanan
negara.
b. Menegakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI
serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia dari ancaman baik dari dalam maupun
luar negeri.
c. Menyelenggarakan wajib militer bagi setiap warga
negara yang diatur dengan undang-undang.
d. Membantu penyelenggaraan tugas kemanusiaan.
e. Memberikan bantuan kepada POLRI dalam tugas
keamanan.
KEPOLISIAN NEGARA
Tugas:
a. Alat negara yang berperan dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum,
memberikan pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat.
b. Dalam keadaan darurat memberikan bantuan kepada
TNI yang diatur dengan undang-undang.
c. Turut aktif dalam tugas penanggulangan kejahatan
internasional.
d. Membantu secara aktif tugas pemeliharaan
perdamaian dunia.
LEMBAGA PENYELENGGARA
PEMERINTAHAN TINGKAT DAERAH
Sekretariat daerah
Dinas daerah
Lembaga teknis daerah
Kecamatan
Desa
Instansi vertikal
DISKUSI KELOMPOK
HUBUNGAN PRESIDEN DENGAN MPR
Presiden dan wakilnya dilantik MPR
Dalam hal terjadi kekosongan wakil presiden
selambat-lambatnya dalam waktu 60 hari MPR
menyelenggarakan sidang untuk memilih wakil
presiden dari dua calon yang diusulkan presiden.
Presiden dan wakilnya dapat diberhentikan oleh MPR
sebelum habis masa jabatannya, atas usul DPR dan
disetujui Mahkamah Konstitusi.
Sebelum memangku jabatannya, presiden disumpah
dihadapan anggota MPR.
HUBUNGAN PRESIDEN DENGAN DPR
Presiden tidak bertanggungjawab kepada DPR dan presiden tidak dapat
membubarkan DPR.
DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi anggaran.
Sebelum masa jabatan presiden dan wakilnya berakhir, DPR dapat
mengajukan usul pemberhentian presiden kepada MPR setelah
disetujui Mahkamah Konstitusi.
Sebelum memangku jabatannya, presiden dan wakilnya bersumpah
didepan anggota DPR dan MPR.
DPR bersama presiden menjalankan fungsi legislatif.
Presiden dengan persetujuan DPR menyetakan perang, perdamaian
dan perjanjian dengan negara lain.
Presiden mengangkat duta dan menerima duta negara lain dengan
pertimbangan DPR.
Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan pertimbangan DPR.
HUBUNGAN PRESIDEN DENGAN DPD

DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan


undang-undang sepanjang menyangkut daerah,
pengelolaan sumber daya ekonomi daerah lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama.
HUBUNGAN PRESIDEN DENGAN BPK

BPK memeriksa semua pelaksanaan anggaran


pendapatan dan belanja negara.
Presiden meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh
DPR
HUBUNGAN PRESIDEN DENGAN MA
MA dapat memberikan pertimbangan hukum kepada
presiden baik diminta maupun tidak diminta.
MA memberikan nasehat hukum kepada presiden untuk
memberikan atau penolakan grasi dan rehabilitasi.
MA mempunyai wewenang untuk menguji secara material
hanya terhadap peraturan perundangan dibawah UU.
Hakim agung ditetapkan oleh presiden dari calon yang
diusulkan oleh Komisi Yudisial dan disetujui DPR.
HUBUNGAN PRESIDEN DENGAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
Mahkamah Konsitusi memberikan putusan atas
pendapat DPR tentang dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan wakilnya menurut UUD.
Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi
ditetapkan oleh presiden.
HUBUNGAN PRESIDEN DENGAN
BANK INDONESIA
BI bertindak sebagai pemegang kas pemerintah.
Atas nama pemerintah, BI dapat menerima pinjaman luar
negeri, menatausahakan serta menyelesaikan penagihan dan
kewajiban keuangan pemerintah terhadap luar negari.
Pemerintah wajib menerima pendapat BI dalam membahas
ekonomi, perbankan dan keuangan.
Dalam menerbitkan surat berharga, pemerintah wajib
berkonsultasi dengan BI.
Gubernur dan deputi gubernur senior diusulkan presiden.
PROSES MANAJEMEN PEMERINTAHAN
Perencanaan:
a. Terwujudnya pengamalan Pancasila secara konsekwen.
b. Terwujudnya penegakan kedaulatan rakyat.
c. Terwujudnya pengamalan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Terwujudnya kondisi aman, damai, tertib dan tentram.
e. Terwujudnya sistem hukum nasional yang menjamin
tegaknya supremasi hukum.
f. Terwujudnya kehidupan sosial budaya yang
berkepribadian, dinamis, kreatif dan tahan terhadap
globalisasi.
g. Terwujudnya otonomi daerah.
h. Terwujudnya kesejahteraan rakyat.
PRINSIP PENGORGANISASIAN
Pembagian habis tugas
Perumusan tugas pokok dan fungsi yang jelas
Fungsionalisasi
Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
Kontinuitas
Lini dan staf
Kesederhanaan
Fleksibilitas
Pendelagasian wewenang yang jelas
Pengelompokan yang homogen
Jenjang pengendalian
Akordion (dapat diperluas dan dipersempit)
PEDOMAN KOORDINASI
Dimulai pada saat perumusan kebijaksanaan.
Perlu ditentuka secara jelas, siapa yang secara fungsional
berwenang dan bertanggung jawab atas sesuatu masalah.
Pejabat yang bertanggungjawab memprakarsai koordinasi
Perlu kejelasan wewenang, tanggung jawab dan tugas.
Perlu dirumuskan progam kerja organisasi secara jelas.
Perlu ditetapkan prosedur dan tata cara melaksanakan
koordinasi.
MANFAAT PENGAWASAN
Menghentikan atau meniadakan kesalahan,
penyimpangan, penyelewengan, pemborosan,
hambatan dan ketidaktertiban.
Mencegah terulangnya kembali kesalahan,
penyimpangan, penyelewengan, pemborosan,
hambatan dan ketidaktertiban tersebut.
Mencari cara-cara yang lebih baikatau membina yang
telah baik untuk mencapai tujuan dan malaksanakan
tugas-tugas organisasi.
DISKUSI KELOMPOK
Tema : Presiden
Kepolisian
Duta besar
Diskusikan :
1. Sebutkan dua masalah yang sering dihadapinya.
2. Apa faktor penyebabnya.
3. Bagaimana dampaknya terhadap pembangunan.
4. Bagaimana solusinya

Anda mungkin juga menyukai