Materi Learning
Materi Learning
Anggota Kelompok 2
BASIC
LEARNING
LEARNING
Learning atau pembelajaran didefinisikan Dengan belajar, manusia akan
sebagai proses memperoleh hal baru dan mampu beradaptasi dengan
relatif bertahan lama. lingkungan.
SEJARAH SINGKAT MENGENAI LEARNING
5
GAMBARAN ASOSIASI
Konteks
7
PROSES BELAJAR ASOSIASI
berkaitan erat dengan Conditioning
1) Classical Conditioning
2) Operant Conditioning
8
CLASSICAL CONDITIONING
Stimulus atau
rangsangan yang
tidak bisa dikontrol
Cognitive Learning
Pembelajaran observasional, salah satu bentuk
pembelajaran kognitif, memungkinkan proses belajar
dari pengalaman orang lain.
1
Classical Conditioning???
Classical Conditioning
Ivan Pavlov
Classical Conditioning
Classical conditioning adalah model pembelajaran yang
menggunakan stimulus untuk membangkitkan rangsangan secara
alamiah melalui stimulus lain
Pada usia 33 tahun Pavlov menerima gelar
kedokteran dan menghabiskan dua dekade
berikutnya untuk mempelajari sistem
pencernaan.
1
Classical Conditioning
Pavlov melakukan observasi yang tidak disengaja
Pavlov memperhatikan momen-momen yang
menyebabkan keluarnya air liur dari anjing miliknya
MELAKUKAN EKSPERIMEN:
Dikenal dengan PAVLOV BELL’S
PAVLOV BELL’S
KONTROL Anjing diisolasi di sebuah ruangan kecil
EKSPERIME
N
ilustrasi
Extinction and Spontaneous Recovery (1/4)
Kurva yang naik menunjukkan CR dengan cepat tumbuh lebih kuat saat NS
menjadi CS karena pasangan yang berulang kali dengan AS (akuisisi). CR
kemudian melemah dengan cepat saat CS ditampilkan sendiri (kepunahan).
Setelah jeda, CR yang melemah muncul kembali (pemulihan spontan).
Extinction and Spontaneous Recovery (4/4)
ilustrasi
Generalization
• Suatu kecenderungan,
setelah respons dikondisikan,
rangsangan yang mirip dengan
rangsangan yang dikondisikan
akan memunculkan respons
yang serupa.
Generalization
• Generalization adalah salah satu aspek penting dalam proses pengkondisian
klasik karena mengilustrasikan bagaimana organisme dapat menghubungkan
respons yang telah mereka pelajari dengan berbagai stimulus
ilustrasi
Discrimination
• adalah proses di mana organisme belajar untuk
membedakan antara dua atau lebih stimulus yang mirip,
sehingga mereka hanya merespons terhadap satu stimulus
tertentu dan tidak merespons terhadap yang lainnya.
ilustrasi
Pavlov’s Legacy
Efficiency Error
2
Operant Conditioning
2
Operant Conditioning
40
Penguatan Segera dan Penguatan Tertunda
(Immediate and Delayed Reinforcers)
• Ketika membahas terkait Kotak Skinner (Skinner’s box) mula-mula kita mengobservasi bagaimana
hewan tersebut berperilaku secara alami, barulah dapat dikembangkan perilaku apa yang ingin
diperkuat dari perilaku yang sudah ada.
• Sebelum melakukan perilaku yang “diinginkan” ini, tikus yang lapar akan melakukan serangkaian
perilaku “yang tidak diinginkan” seperti menggaruk, mengendus, dan bergerak.
• Jika tikus diberikan makanan "segera” setelah melakukan perilaku tidak diinginkan ini,
kemungkinan besar tikus akan mengulangi perilaku yang diberi imbalan tersebut. Namun
bagaimana jika tikus menekan tuas saat perhatian peneliti teralihkan, dan peneliti menunda
pemberian penguat?
• Jika penundaan berlangsung lebih dari 30 detik, tikus tidak akan belajar menekan tuas. Perilaku
tersebut akan berpindah ke perilaku insidentil lainnya, seperti menggaruk, mengendus, dan
bergerak, dan salah satu perilaku tersebut malah akan diperkuat.
Penguatan positif
Penguatan negatif
Hukuman (Punishment)
Apabila penguatan meningkatkan suatu perilaku, hukuman justru sebaliknya. Hukuman (Punishment) adalah segala konsekuensi yang
mengurangi frekuensi perilaku sebelumnya. Cara untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan:
Perilaku yang dihukum ditekan, tetapi tidak Hukuman fisik dapat meningkatkan
1
Icon hilang / terlupakan. Icon kecenderungan agresi.
2
Ketika orang tua menghukum fisik anaknya, mungkin Kita tahui banyak anak nakal yang agresif dan
anak akan berhenti melakukan kenakalan, dan orangtua orang tua yang melakukan kekerasan berasal dari
akan merasa hukumannya efektif, namun belum tentu keluarga yang melakukan kekerasan.
demikian dengan kondisi sang anak.
Apakah hukuman fisik secara efektif mengakhiri Seorang anak yang dihukum mungkin
kenakalan anak tersebut? Atau apakah anak tersebut mengasosiasikan rasa takut tidak hanya dengan
baru saja belajar bahwa nakal di rumah tidak boleh, perilaku yang tidak diinginkan tetapi juga dengan
namun nakal di tempat lain boleh saja? orang yang memberikan hukuman atau di mana
perilaku tersebut terjadi.
Perilaku tidak diinginkan tertentu mungkin muncul kembali ketika hukuman tidak lagi
diberikan.
Hukuman dapat menimbulkan kemarahan dan perasaan negatif lainnya, yang berpotensi
menimbulkan masalah yang lebih buruk.
Hukuman berfokus pada menghentikan perilaku daripada mengajarkan perilaku yang baik
sebagai gantinya.
Ketakutan akan hukuman dapat berkembang menjadi ketakutan terhadap situasi lain yang
berkaitan dengan hukuman tersebut, seperti ketakutan untuk pergi ke sekolah jika disanalah
hukuman terjadi.
Penguatan negatif (Negative reinforcement) yaitu Apabila penguatan meningkatkan suatu perilaku,
suatu stimulus yang apabila ditiadakan dalam hukuman justru sebaliknya. Hukuman (Punishment)
adalah segala konsekuensi yang mengurangi frekuensi
suatu situasi maka diharapkan dapat meningkatkan
perilaku sebelumny. Namun demikian, definisi dari
probabilitas respons yang diharapkan terulang.
“hukuman” yang dimaksud oleh Skinner ialah:
• Menggantikannya dengan penguatan negatif
(Positive Punishment).
• Dengan menyingkirkan penguatan positif (Negative
Punishment).
54
Operant conditioning dalam kelas
Operant conditioning dalam olahraga
50 m 100 m
Operant conditioning dalam lingkungan kerja
Operant conditioning bagi diri sendiri
Lakukan refleksi diri akan seberapa sering kamu terlibat dalam perilaku
yang diinginkan.
Untuk menguji ini, Garcia dan Koelling memaparkan tikus pada rasa,
penglihatan atau suara tertentu (CS) dan kemudian radiasi atau obat
obatan (US) yang menyebabkan mual dan muntah (UR)
Dua temuan muncul :
1. Pertama, meskipun tikus merasa mual hingga beberapa jam setelah
mencicipi rasa baru tertentu, tikus kemudian menghindari rasa tersebut
2. Kedua, tikus yang sakit mengembangkan gagasan terhadap rasa namun
tidak terhadap pemandangan atau suara
• Cognitive learning adalah cara untuk memperoleh suatu informasi mental, baik
dengan mengamati peristiwa, dengan mengamati orang lain atau melalui
bahasa.
• Para penganut behavioris awal percaya bahwa perilaku yang dipelajari oleh
tikus dan anjing merupakan mekanispe yang tiada artinya, sehingga tidak perlu
mempertimbangkan kognisi. Namun Robert Rescorla dan Allan Wagner (1972)
menunjukkan bahwa hewan mampu mempelajari prediktabilitas suatu
peristiwa.
Asosiasi mempengaruhi sikap
• Ketika anak anak inggris melihat karakter kartun baru bersama eskrim (Yum!)
mereka menjadi sangat menyukai karakter yang terkait dengan eskrim (Field,
2006)
• Studi lanjutan menunjukkan bahwa rasa suka dan tidak suka yang terkondisi
menjadi lebih kuat ketika orang memperhatikan dan menyadari hubungan yang
telah dipelajari (Shanks, 2010)
• Eksperimen ini mampu menunjukkan alasan mengapa classical conditioning
treatment yang mengabaikan kognisi seringkali memiliki keberhasilan yang
terbatas.
Proses Cognitive dan
Operant Conditioning
Bukti proses kognitif datang dari penelitian tikus di
labirin
Tikus menjelajahi labirin tanpa diberi imbalan yang
jelas hal ini membantu mengembangkan peta kognitif
dan representasi mental dari labirin tersebut.
Ketika seorang peneliti kemudian memberikan
makanan di kotak gawang labirin, tikus ini
menelusuri labirin dengan secepat dan seefisien
seperti tikus sebelumnya.
Tikus ini tampaknya mengalami pembelajaran selama
perjalanan mereka sebelumnya.
LEARNING BY OBSERVATION
Albert Bandura
Seorang psikolog dan menjadi salah satu tokoh
penggagas teori kognitif sosial.
Sumber : https://youtu.be/dmBqwWlJg8U?si=1OpbxcktibOh_NPd
HASIL EKSPERIMEN
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=4NpG4F9yq00
COGNITIVE IMITATIONS
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=oatfUfJyVSU
COGNITIVE IMITATIONS
PADA MANUSIA
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=QXvnI-LcIPw
COGNITIVE IMITATIONS PADA MANUSIA
• Seperti halnya monyet, manusia juga memiliki otak yang mendukung emphathy
dan imitation.
• Tapi, masih jadi bahan perdebatan apakah kemampuan manusia untuk
mensimulasikan tindakan orang lain dan berbagi pengalaman dengan orang lain
disebabkan oleh mirror neurons atau karena jaringan otak yang terdistribusi?
• Respons otak untuk mengamati orang lain membuat emosi menjadi menular.
Namun, karena begitu nyata, sehingga kita bisa salah mengingat tindakan yang
kita amati sebagai tindakan yang telah kita lakukan (Lindner et al., 2010).
• Melalui penghayatan ini, kita dapat memahami keadaan pikiran orang lain.
• Dengan mengamati postur tubuh, wajah, suara, dan gaya penulisan orang lain,
kita secara tidak sadar menyelaraskan postur tubuh kita dengan postur tubuh
orang lain – yang membantu kita merasakan apa yang mereka rasakan
Applications of Observational Learning
• Prosocial Effect
Banyak organisasi yang secara efektif menggunakan observational
learning untuk membantu karyawan baru mempelajari keterampilan
komunikasi, penjualan, dan layanan pelanggan
Applications of Observational Learning
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=7LQHVjRNDFs
Applications of Observational Learning
• Antisocial Effect
Observational Learning mungkin memiliki efek antisosial.
Hal ini membantu kita memahami mengapa orang tua yang kasar mungkin
memiliki anak yang agresif, dan mengapa banyak pria yang memukuli istri
mereka memiliki ayah yang suka memukuli istri. Para kritikus mencatat bahwa
agresivitas bisa jadi bersifat genetik.
Pelajaran yang kita pelajari saat kecil tidak mudah tergantikan saat dewasa, dan
mereka terkadang terbawa pada generasi mendatang.
Acara TV dan video Internet adalah sumber pembelajaran observasi yang kuat.
Thank you!
Any questions?
Judul Jurnal: Relation among, trait anxiety, intolerance to uncertainty and early maltreatment
experiences on fear discrimination learning and avoidance generalization online task
98
ABSTRACT
Latar Belakang dan Tujuan: Pengalaman awal yang tidak menyenangkan, yang dikaitkan dengan peningkatan
kecemasan dan intoleransi ketidakpastian (IUS), dapat berkontribusi negatif terhadap pembelajaran pengondisian rasa
takut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara perbedaan individu dalam pengalaman
penganiayaan masa kanak-kanak, sifat kecemasan, dan IUS di masa dewasa; dan untuk menentukan bagaimana
variabel-variabel ini dapat mempengaruhi diskriminasi pembelajaran rasa takut dan generalisasi penghindaran.
Metode: Eksperimental, terdapat pengisian kuesioner the intolerance of the Uncertanity Scale (IU), State-Trait Anxiety
Inventory: STAI Maltreatment Abuse and Exposure Scale (MAES), ada penilaian subjective menggunakan Expectancy
Visual Analog Scale (E-VAS), Anxiety Visual Analog Scale (A-VAS), Relief Ratings, dan yang terakhir mengukur
Behavior
Hasil: Pengalaman awal yang tidak menyenangkan berhubungan positif dengan sifat kecemasan dan
intoleransi terhadap ketidakpastian. Hasil dari tugas ini lebih lanjut menunjukkan bahwa pengalaman
perlakuan buruk berkontribusi untuk lebih memperhatikan sinyal-sinyal permusuhan, yang dapat
menyebabkan kesulitan dalam pembelajaran diskriminasi.
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman permusuhan dan kecemasan dini dapat
berkontribusi terhadap perkembangan IUS, yang kemungkinan besar berkontribusi terhadap
pengembangan perilaku penghindaran.
Ketakutan merupakan respons adaptif, namun pengalaman permusuhan awal dapat menyebabkan
abnormalitas dalam pembelajarannya yang merupakan awal dari gangguan kecemasan
Abnormalitas ini bermanifestasi sebagai kesulitan untuk membedakan antara sinyal bahaya dan keamanan
baik secara klinis maupun sub-klinis, dan perilaku penghindaran yang terus menerus
Perbedaan individu dalam pengalaman perlakuan buruk selama masa kanak-kanak dapat dikaitkan dengan
perkembangan sifat kecemasan dan intoleransi terhadap ketidakpastian di masa dewasa, yang pada
gilirannya telah terbukti secara langsung berkaitan dengan pembelajaran dan penghilangan rasa takut
Hal tersebut memberikan alasan yang kuat untuk berhipotesis bahwa perbedaan individu dalam faktor-
faktor ini terkait dengan bagaimana subjek mengalami rasa takut dan menggeneralisasi penghindaran, yang
dapat meningkatkan risiko gangguan terkait kecemasan dan perawatannya dari waktu ke waktu
Selain itu, kami (peneliti) menduga bahwa pengalaman perlakuan buruk akan disertai dengan kecemasan
yang tinggi dan intoleransi terhadap ketidakpastian.
Karena sedikitnya penelitian yang membahas hubungan terpadu antara perbedaan individu
dan pembelajaran diskriminasi dan penghindaran rasa takut, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis hubungan antara perbedaan individu dalam pengalaman perlakuan buruk
pada masa kanak-kanak, kecemasan sifat, dan IUS pada masa dewasa; dan untuk menentukan
bagaimana variabel-variabel tersebut dapat mempengaruhi pembelajaran diskriminasi rasa
takut dan generalisasi penghindaran (avoidance).
• Kriteria partisipan
o Subjek harus menjawab minimal 50% untuk setiap stimulus
selama fase Pavlovian.
o Tidak ada excluded criterion berdasarkan kondisi medis.
o Peserta menandatangani persetujuan online dan dapat menolak
kapan saja selama pelaksanaan.
2. Methods
• 2.1. Participants
Tugas partisipan:
Partisipan harus menjalankan program dengan komputer,
tidak diperkenankan menggunakan ponsel atau tablet.
Partisipan diinstruksikan untuk mewaspadai setiap warna
lampu.
2. Methods
• 2.1. Participants
• Expectancy visual
analog scale (E-VAS)
2. Methods
• 2.3. Measures
2.3.2. Subjective measures
• Behavior measure
o Selama avoidance phase, penekanan tombol dinilai, yang
muncul selama 3 detik selama CS+ yang dapat dihindari.
• **. Korelasinya signifikan dengan tingkat 0,01 (bilateral); * Korelasi signifikan pada
level 0,05 (bilateral). IUS: intoleransi terhadap ketidakpastian; Status STAI: Nyatakan
sub-skala dari inventarisasi kecemasan sifat negara bagian. Sifat STAI: Subskala sifat
dari inventarisasi kecemasan sifat negara.
Result
Result
• Korelasi tinggi dan sedang antara MAES (tingkat keparahan paparan
pelecehan verbal orang tua, tingkat keparahan paparan pelecehan emosional
teman sebaya; jumlah berbagai jenis penganiayaan yang dialami dan tingkat
keparahan paparan penganiayaan secara keseluruhan) dan IUS (sub skala
penghambatan dan prospektif tabel menunjukkan semua korelasi (n = 39)
• Dengan cara yang sama, analisis mengungkapkan korelasi yang tinggi dan
sedang antara MAES (tingkat keparahan paparan pelecehan verbal orang
tua, tingkat keparahan paparan pelecehan emosional teman sebaya; jumlah
jenis penganiayaan yang dialami dan tingkat keparahan paparan
penganiayaan secara keseluruhan) dan sifat STAI dan negara.
3.2 Fase pengkondisian rasa takut
• E-Vas :Pengukuran ANOVA berulang digunakan menggunakan Stimulus (CS+ dan
CS-) sebagai faktor dalam subjek. Pengondisian berhasil, karena CS+
mengembangkan ekspektasi AS yang lebih tinggi dibandingkan CS- .
• A-Vas : Pengukuran ANOVA berulang digunakan dengan Stimulus (CS+/CS-)
sebagai faktor dalam subjek. Peringkat kecemasan menunjukkan perbedaan
antara CS+ dan CS-
Hasil menunjukkan bahwa peringkat kecemasan, skor yang lebih tinggi didapat pada CS+ daripada CS-. Hasil
ini mengkonfirmasi bahwa subjek belajar dan mempresentasikan pengkondisian rasa takut, dengan
mempertimbangkan semua faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan (misalnya, berbagai jenis pengalih
perhatian, faktor lingkungan, karena prosedur juga dilakukan secara online).
Pengkondisian avoidance juga menunjukkan diskriminasi antara CS+ yang dapat dihindari, CS+ yang tidak
dapat dihindari, dan CS-, yang menunjukkan bahwa subjek memperhatikan tugas tersebut. Seperti yang
diharapkan, relief lebih tinggi selama CS+ yang dapat dihindari daripada CS- dan CS+ yang tidak dapat
dihindari, seperti hasil studi laboratorium San Martín dkk. (2020), yang menegaskan bahwa relief dimodulasi
oleh ekspektasi ancaman.
• Terdapat perbedaan frekuensi merespons pada dimensi CS-. Hasil ini
berkontribusi pada literatur dalam dimensi standar danger-safety,
yang tetap berada di antara CS- (safety cue) dan CS+ (danger cue) yang
dapat dihindari.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan eksperimen yang dilakukan secara online dapat
menyebabkan hilangnya kendali terhadap subjek penelitian dan lingkungan yang dapat mengancam validitas
internal. Begitu juga dengan subjek dalam penelitian ini kemungkinan memiliki komitmen yang rendah dalam
mengikuti eksperimen ini. Hal tersebut dikarenakan peserta bisa membatalkan keikut sertaannya kapan saja.
Tinjauan Kritis
Kelebihan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan yang online memiliki kapasitas merekrut subjek lebih besar dan tidak terbatas oleh
ruangan untuk pelaksanaan penelitian. kelebihan lain juga terlihat dari masih sedikitnya penelitian yang membahas hubungan terpadu
antara perbedaan individu dan pembelajaran diskriminasi dan penghindaran rasa takut.
Sedangkan kekurangan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan eksperimen yang dilakukan secara online jelas melemahkan
pengawasan terhadap peserta / subjek penelitian. Dalam penelitian ini juga tidak dilakukan observasi secara langsung terhadap peserta /
subjek penelitian sehingga kejadian-kejadian selama proses penelitian tidak terekam / terhitung / terukur / dan tercatat sebagai tujuan
dari observasi untuk menambah data didalam penelitian. penelitian ini juga tidak memperoleh bukti untuk dimensi pengindraan yang
mungkin disebabkan karena variabel terikat. Dalam penelitian ini juga tidak mengamati gradien penghindaran yang jelas pada dimensi
penghindaran untuk penekanan tombol, padahal dalam penelitian sebelumnya hal tersebut berhasil dilakukan.
Thank you!
Any questions?