Anda di halaman 1dari 136

Learning

Anggota Kelompok 2

Neina Qonita (190120220502)

Zefanya Marthasari Sibuea (190120220504)

Safarina Firdausi Royhana (190120220506)

Dyane Riri (190120230015)

Moch Ihsan S. (190120230005)

Fanisa Tsabila H. (190120230018)

The Power of PowerPoint | thepopp.com 2


Apa itu learning atau
pembelajaran?

BASIC
LEARNING
LEARNING
Learning atau pembelajaran didefinisikan Dengan belajar, manusia akan
sebagai proses memperoleh hal baru dan mampu beradaptasi dengan
relatif bertahan lama. lingkungan.
SEJARAH SINGKAT MENGENAI LEARNING

Selama 200 tahun lalu, filsuf

menggemakan kesimpulan Aristoteles:


“Kita belajar melalui asosiasi.”

Pikiran kita secara alami menghubungkan


peristiwa-peristiwa yang terjadi secara
berurutan.

5
GAMBARAN ASOSIASI

Tidur dengan Berjalan dengan Makan popcorn


posisi tertentu di rute tertentu di di bioskop
tempat tidur kampus

Konteks

Pengalaman individu selanjutnya tentang konteks

tersebut kemudian membangkitkan respons


kebiasaan
6
BERAPA LAMA SUATU PERILAKU MENJADI KEBIASAAN?
(Lally et al., 2010)

Tim penelitian di Inggris meminta 96

mahasiswa melakukan perilaku Mahasiswa diminta mencatat setiap harinya


dan menentukan hari dimana perilaku tersebut
sehat terasa otomatis
(sesuai yang mereka lakukan tanpa berpikir
dan tidak merasa sulit melakukannya)

Berlari sebelum Makan buah saat Rata-rata, perilaku menjadi


makan malam makan siang kebiasaan setelah sekitar
66 hari

7
PROSES BELAJAR ASOSIASI
berkaitan erat dengan Conditioning

1) Classical Conditioning

2) Operant Conditioning

8
CLASSICAL CONDITIONING
Stimulus atau
rangsangan yang
tidak bisa dikontrol

melakukan respon secara


otomatis disebut dengan
respondent behavior

Mengasosiasikan dua stimulus untuk kemudian melakukan antisipasi peristiwa.


9
OPERANT CONDITIONING

Mengasosiasikan respons (tindakan) dan konsekuensinya.


10
🡪 Conditioning bukanlah satu-satunya bentuk
pembelajaran.

Cognitive Learning
Pembelajaran observasional, salah satu bentuk
pembelajaran kognitif, memungkinkan proses belajar
dari pengalaman orang lain.

Individu melihat >> individu belajar


11
Presentation Agenda

Classical Conditioning Biology, Cognition, and Learning


01 03
Pengkondisian klasikal Biologi, Kognisi, dan Belajar

Operant Conditioning Journal review


02 04
Pengkondisian operan Review jurnal terkait

The Power of PowerPoint | thepopp.com 12


Siapa pencetus teori

1
Classical Conditioning???

Classical Conditioning

Ivan Pavlov
Classical Conditioning
Classical conditioning adalah model pembelajaran yang
menggunakan stimulus untuk membangkitkan rangsangan secara
alamiah melalui stimulus lain
Pada usia 33 tahun Pavlov menerima gelar
kedokteran dan menghabiskan dua dekade
berikutnya untuk mempelajari sistem
pencernaan.

Pekerjaan ini menghasilkan Hadiah Nobel


pertama Rusia pada tahun 1904.

Eksperimen barunya tentang


pembelajaran, yang menghabiskan tiga
dekade terakhir hidupnya, membuat ilmuwan
yang penuh semangat ini mendapat tempat
Ivan Petrovich Pavlov dalam sejarah.
Pavlov’s bell

1
Classical Conditioning
Pavlov melakukan observasi yang tidak disengaja
Pavlov memperhatikan momen-momen yang
menyebabkan keluarnya air liur dari anjing miliknya

Ketika memasukkan makanan


??
?
1 ke dalam mulut anjing

Melihat orang yang


2
mengantarkan makanannya
datang.
KENAPA
Mendengar suara langkah
3
kaki orang yang mendekat
Awalnya Pavlov mengira ini
indikasi dari
“Psychic secretion”

Pavlov bersama asistennya berdiskusi.


TIDAK MENEMUKAN JAWABANNYA

MELAKUKAN EKSPERIMEN:
Dikenal dengan PAVLOV BELL’S
PAVLOV BELL’S
KONTROL Anjing diisolasi di sebuah ruangan kecil
EKSPERIME
N

adanya tali untuk


mengikat anjing

dipasangkan alat untuk


mengalirkan air liur ke
dalam alat ukur
PELAKSANAAN
EKSPERIMEN
PELAKSANAAN EKSPERIMEN
PELAKSANAAN EKSPERIMEN
Istilah-istilah dalam Classical Conditioning

Unconditioned Stimulus Unconditioned Response Neutral Stimulus (NS):


(US) : stimulus yang (UR) : respons alami atau stimulus yang pada
refleks yang terjadi secara awalnya tidak memiliki
secara alami dan
otomatis sebagai reaksi kekuatan untuk memicu
otomatis menyebabkan terhadap unconditioned
suatu respon stimulus (US)
respons tertentu

Conditioned Stimulus (CS): Conditioned Response


Pada awalnya adalah NS (CR): respons yang muncul
kemudian dikondisikan sebagai hasil dari
dengan US sehingga dapat pembentukan asosiasi
memicu respons tertentu antara CS dan US
Acquisition (1/2) • Tahap awal pembelajaran,
ketika respon dibentuk dan
diperkuat secara bertahap.
• Mengacu pada proses
pembentukan asosiasi antara
stimulus yang awalnya netral
dengan stimulus lain yang
memicu respons tertentu.

• Proses ini terjadi ketika stimulus


netral secara berulang kali
dipresentasikan bersamaan
dengan stimulus yang memicu
respons yang diinginkan.
Acquisition (2/2)
Acquisition
mencerminkan
pembentukan asosiasi
antara stimulus netral
dan stimulus yang
memicu respons,
yang menghasilkan perubahan
dalam perilaku atau respons
subjek.

ilustrasi
Extinction and Spontaneous Recovery (1/4)

• Extinction adalah proses di mana respons yang


sebelumnya dikondisikan (seperti respon yang muncul
selama acquisition) berkurang atau hilang karena stimulus
netral (stimulus yang sebelumnya dikondisikan) tidak lagi
diikuti oleh stimulus yang memicu respons.

• Extinction ditandai dengan berkurangnya CR.


• UCS tidak lagi mengikuti CS.
Extinction and Spontaneous Recovery (2/4)

• Spontaneous recovery adalah fenomena dalam classical


conditioning (pengkondisian klasik) di mana conditioned
response (CR) yang sebelumnya telah terpadam (extinct) tiba-
tiba muncul kembali setelah conditioned stimulus (CS)
dipresentasikan kembali kepada organisme tanpa adanya
latihan tambahan.

• Dalam istilah sederhana, ini adalah proses di mana


respons yang telah hilang atau teredam secara
sementara kembali muncul dengan sendirinya.
Extinction and Spontaneous Recovery (3/4)

Kurva yang naik menunjukkan CR dengan cepat tumbuh lebih kuat saat NS
menjadi CS karena pasangan yang berulang kali dengan AS (akuisisi). CR
kemudian melemah dengan cepat saat CS ditampilkan sendiri (kepunahan).
Setelah jeda, CR yang melemah muncul kembali (pemulihan spontan).
Extinction and Spontaneous Recovery (4/4)

ilustrasi
Generalization

• Suatu kecenderungan,
setelah respons dikondisikan,
rangsangan yang mirip dengan
rangsangan yang dikondisikan
akan memunculkan respons
yang serupa.
Generalization
• Generalization adalah salah satu aspek penting dalam proses pengkondisian
klasik karena mengilustrasikan bagaimana organisme dapat menghubungkan
respons yang telah mereka pelajari dengan berbagai stimulus

ilustrasi
Discrimination
• adalah proses di mana organisme belajar untuk
membedakan antara dua atau lebih stimulus yang mirip,
sehingga mereka hanya merespons terhadap satu stimulus
tertentu dan tidak merespons terhadap yang lainnya.

ilustrasi
Pavlov’s Legacy

• Bentuk dasar pembelajaran

• Salah satu cara yang digunakan oleh makhluk


hidup dalam beradaptasi dengan lingkungannya

• Sebuah proses pembalajaran dapat


dipelajari secara objektif
Applications of classical conditioning
1. #TFApproved 2. Mual pada wanita PCOS
Usability
Testing
February April

Aplikasi Classical Conditioning pada bidang UX

Efficiency Error

Learnability Memorability Satisfaction


H ar us mudah untuk M e m orabi l i ty be rkai tan pers eps i peng g una, peras aan, dan pendapat
di pel aj ar i , s ehi ng ga de ngan ke m ampuan mengenai produk
peng g u na dapat d engan pe ng guna
m e m pe rtahankan
Desain yang ada harus memandu dan mudah
mu dah memul ai s u atu
peker j aan den gan s i stem pe nge tahuannya se te l ah dilakukan. Para desainer menggunakan netral
j angka waktu te rte ntu sti mulus agar produk mudah dikenal, mudah
ters ebut. L ear nabi l i ty
adal ah ti ng kat s es uatu digunakan, sehingga, keti ka nanti UCS ti dak lagi
yang dapat d i pel aj ar i . digunakan, user tetap melakukan TL yang
diharapkan stakeholder
35
Siapa pencetus teori
Operant Conditioning???

2
Operant Conditioning

Burrhus Frederic Skinner


Operant Conditioning
adalah jenis pembelajaran di mana perilaku diperkuat jika diikuti
oleh penguat (reinforcement) atau berkurang jika diikuti oleh
hukuman (punishment).
Skinner’s box

2
Operant Conditioning

Teori penguatan (reinforcement) Skinner:


peristiwa apa pun yang memperkuat
(meningkatkan frekuensi) respons sebelumnya.
Add a full screen image

Penguatan Primer (Primary Reinforcers) Penguatan Pengkondisian (Conditioned


Reinforcers)

• Sementara penguatan pengkondisian atau


biasa disebut penguatan sekunder
(Secondary Reinforcers) diperoleh melalui
asosiasi yang dipelajari dengan penguat
primer.

• Maka dari itu ketika seekor tikus di dalam


• Ketika kita lapar, maka kita makan untuk
kotak Skinner mengetahui bahwa adanya
menghilangkan rasa lapar tersebut, adalah nyala lampu diasosiasikan sebagai sinyal
contoh dari penguatan primer. datangnya makanan, tikus tersebut akan
berusaha menyalakan lampu tersebut
• Penguatan primer sifatnya tidak dipelajari,
dengan mendekati tuas.
namun naluriah.
Skinner’s box

Bunyi bel merupakan penguatan Sinar lampu sebagai penguatan


positif sekunder karena bunyi bel negatif sekunder karena sinar lampu
merupakan tanda datangnya makanan sebagai tanda datangnya aliran listrik

Makanan merupakan Aliran listrik merupakan


penguatan positif primer penguatan negatif primer

40
Penguatan Segera dan Penguatan Tertunda
(Immediate and Delayed Reinforcers)

• Ketika membahas terkait Kotak Skinner (Skinner’s box) mula-mula kita mengobservasi bagaimana
hewan tersebut berperilaku secara alami, barulah dapat dikembangkan perilaku apa yang ingin
diperkuat dari perilaku yang sudah ada.

• Sebelum melakukan perilaku yang “diinginkan” ini, tikus yang lapar akan melakukan serangkaian
perilaku “yang tidak diinginkan” seperti menggaruk, mengendus, dan bergerak.

• Jika tikus diberikan makanan "segera” setelah melakukan perilaku tidak diinginkan ini,
kemungkinan besar tikus akan mengulangi perilaku yang diberi imbalan tersebut. Namun
bagaimana jika tikus menekan tuas saat perhatian peneliti teralihkan, dan peneliti menunda
pemberian penguat?

• Jika penundaan berlangsung lebih dari 30 detik, tikus tidak akan belajar menekan tuas. Perilaku
tersebut akan berpindah ke perilaku insidentil lainnya, seperti menggaruk, mengendus, dan
bergerak, dan salah satu perilaku tersebut malah akan diperkuat.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 41


Add a full screen image

Penguatan Tertunda (Delayed Reinforcers) pada Manusia

 Manusia terbiasa dengan konsep penguatan tertunda


(Delayed Reinforcers), gaji yang dibayarkan diakhir
bulan, nilai yang diberikan diakhir semester, piala atau
medali diakhir kejuaraan.
 Dalam pengujian laboratorium, beberapa anak usia 4
tahun menunjukkan kemampuan ini. Dalam memilih
permen, mereka lebih memilih permen berukuran besar
tetapi diberikan esok hari daripada mendapat permen
berukuran kecil saat ini.
 Belajar mengendalikan dorongan hati untuk mencapai
imbalan yang lebih berharga adalah langkah besar
menuju kedewasaan. Tidak heran jika anak-anak yang
menunda kepuasan cenderung menjadi lebih dewasa
yang kompeten secara sosial dan menjadi individu
berprestasi (high-achiever).
The Power of PowerPoint | thepopp.com 42
Add a full screen image

Penjadwalan Penguatan (Reinforcement Schedules)


Menurut Skinner, jadwal penguatan (Reinforcement Schedules) sifatnya bervariasi. Dengan penguatan terus menerus,
pembelajaran dapat terjadi dengan cepat, namun kepunahan (extinction) juga dapat terjadi dengan cepat.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 43


Jenis-jenis penguatan

Penguatan positif

Penguatan positif (positive reinforcement) yaitu


tindakan yang diberikan dengan harapan
meningkatkan probabilitas respons yang diharapkan
terulang.
Menurut Skinner dalam pengkondisian operan ada
dua prinsip umum, yaitu:
 Setiap respons yang diikuti oleh reward
(merupakan stimulus penguat) akan cenderung
diulangi.
 Reward merupakan reinforcing stimuli yang dapat
meningkatkan kecepatan terjadinya respons.
Jenis-jenis penguatan

Penguatan negatif

Penguatan negatif (Negative reinforcement) yaitu


suatu stimulus yang apabila ditiadakan dalam suatu
situasi maka diharapkan dapat meningkatkan
probabilitas respons yang diharapkan terulang.
Jenis-jenis penguatan Pe
ng
po uata
sit n
if

Seorang anak diperbolehkan memakan snack


Harapan perilaku berulang:
apabila ia menghabiskan sayurannya
Anak selalu menghabiskan sayurnya
Jenis-jenis penguatan Pe
ng
ne uata
ga n
tif

Anak mematikan alarm yang berdering keras Harapan perilaku berulang:


supaya terbangun Anak selalu dapat bangun tepat waktu
Jenis-jenis penguatan Pe
ng
ne uata
ga n
tif

Menggunakan sabuk pengaman untuk Harapan perilaku berulang:


mematikan bunyi tanda belum memakai Pengendara selalu mengenakan sabuk
sabuk pengaman
Jenis-jenis penguatan Pe
ng
po uata
sit n
if

Seorang guru menunjuk dan mengapresiasi


Harapan perilaku berulang:
siswa yang berani menjawab pertanyaan
dikelas Siswa menjadi aktif menjawab / berdiskusi
dalam kelas
Add a full screen image

Hukuman (Punishment)
Apabila penguatan meningkatkan suatu perilaku, hukuman justru sebaliknya. Hukuman (Punishment) adalah segala konsekuensi yang
mengurangi frekuensi perilaku sebelumnya. Cara untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan:

Memberikan stimulus yang tidak diinginkan Menghilangkan sesuatu yang diinginkan


(Positive Punishment). (Negative Punishment).

The Power of PowerPoint | thepopp.com 50


Mengapa hukuman fisik (physical punishment) tidak dibenarkan?

Perilaku yang dihukum ditekan, tetapi tidak Hukuman fisik dapat meningkatkan
1
Icon hilang / terlupakan. Icon kecenderungan agresi.
2
Ketika orang tua menghukum fisik anaknya, mungkin Kita tahui banyak anak nakal yang agresif dan
anak akan berhenti melakukan kenakalan, dan orangtua orang tua yang melakukan kekerasan berasal dari
akan merasa hukumannya efektif, namun belum tentu keluarga yang melakukan kekerasan.
demikian dengan kondisi sang anak.

Hukuman mengajarkan diskriminasi


Hukuman bisa memberikan rasa takut.
3
Icon tergantung akan situasi kondisi. 4
Icon

Apakah hukuman fisik secara efektif mengakhiri Seorang anak yang dihukum mungkin
kenakalan anak tersebut? Atau apakah anak tersebut mengasosiasikan rasa takut tidak hanya dengan
baru saja belajar bahwa nakal di rumah tidak boleh, perilaku yang tidak diinginkan tetapi juga dengan
namun nakal di tempat lain boleh saja? orang yang memberikan hukuman atau di mana
perilaku tersebut terjadi.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 51


Add a full screen image

Negative Reinforcement vs Punishment?


Penguatan negatif (Negative Reinforcement ) Hukuman (Punishment) menghadirkan atau
melibatkan penghapusan kondisi negatif untuk menghilangkan stimulus untuk melemahkan suatu
memperkuat suatu perilaku. perilaku.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 52


Negative Reinforcement vs Punishment?

Perilaku tidak diinginkan tertentu mungkin muncul kembali ketika hukuman tidak lagi
diberikan.

Hukuman dapat menimbulkan kemarahan dan perasaan negatif lainnya, yang berpotensi
menimbulkan masalah yang lebih buruk.

Hukuman berfokus pada menghentikan perilaku daripada mengajarkan perilaku yang baik
sebagai gantinya.

Ketakutan akan hukuman dapat berkembang menjadi ketakutan terhadap situasi lain yang
berkaitan dengan hukuman tersebut, seperti ketakutan untuk pergi ke sekolah jika disanalah
hukuman terjadi.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 53


Jenis-jenis penguatan

Negative reinforcement Punishment

Penguatan negatif (Negative reinforcement) yaitu Apabila penguatan meningkatkan suatu perilaku,
suatu stimulus yang apabila ditiadakan dalam hukuman justru sebaliknya. Hukuman (Punishment)
adalah segala konsekuensi yang mengurangi frekuensi
suatu situasi maka diharapkan dapat meningkatkan
perilaku sebelumny. Namun demikian, definisi dari
probabilitas respons yang diharapkan terulang.
“hukuman” yang dimaksud oleh Skinner ialah:
• Menggantikannya dengan penguatan negatif
(Positive Punishment).
• Dengan menyingkirkan penguatan positif (Negative
Punishment).
54
Operant conditioning dalam kelas
Operant conditioning dalam olahraga

50 m 100 m
Operant conditioning dalam lingkungan kerja
Operant conditioning bagi diri sendiri

Nyatakan tujuan yang realistis dan terukur.

Luangkan waktu untuk membuat rencana.

Lakukan refleksi diri akan seberapa sering kamu terlibat dalam perilaku
yang diinginkan.

Perkuat perilaku yang diinginkan.

Kurangi imbalan secara bertahap.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 58


classical conditioning vs operant conditioning
3
Biology, Cognition, and
Learning
Kendala biologis pada Conditioning

• Bagaimana kendala biologis mempengaruhi pengkondisian klasik dan operan?


• Sejak Charles Darwin para ilmuwan berasumsi bahwa semua hewan
mempunyai sejarah evolusi yang sama dengan demikian memiliki kesamaan
dalam susunan dan fungsi mereka.
• Ivan pavlov dan John D watson, misalnya percaya bahwa hukum dasar
pembelajaran pada dasarnya serupa pada semua hewan. jadi tidak ada bedanya
apakah seseorang mempelajari hewan atau manusia. selain itu tampaknya
respon alami apapun
Batasan dari Classical Conditioning

• Garcia dan Robert Koelling (1966) memperhatikan bahwa tikus mulai


menghindari minum air dari botol plastik di ruang radiasi.

Yang menjadi pertanyaan adalah :


• Mungkinkah classical conditioning menjadi penyebabnya?
• Mungkinkah tikus tersebut mengaitkan air yang terasa seperti plastik? (CS -
Conditional stimulus) dengan penyakit (unconditioned respons) yang dipicu
oleh radiasi (unconditioned stimulus)?

The Power of PowerPoint | thepopp.com 63


Pengujian Tikus

Untuk menguji ini, Garcia dan Koelling memaparkan tikus pada rasa,
penglihatan atau suara tertentu (CS) dan kemudian radiasi atau obat
obatan (US) yang menyebabkan mual dan muntah (UR)
Dua temuan muncul :
1. Pertama, meskipun tikus merasa mual hingga beberapa jam setelah
mencicipi rasa baru tertentu, tikus kemudian menghindari rasa tersebut
2. Kedua, tikus yang sakit mengembangkan gagasan terhadap rasa namun
tidak terhadap pemandangan atau suara

The Power of PowerPoint | thepopp.com 64


Pengujian Tikus

• Arthur Schopenhaur, mengatakan bahwa ide ide yang penting mulai


diejek, kemudian diserang dan akhirnya dianggap remeh. Jurnal
terkemuka menolak menerbitkan karya Garcia, menurut beberapa
kritikus, temuan ini dianggap tidak mungkin. Namun pada akhirnya
penelitian Garcia dan Koelling menjadi dasar buku teks.
• Namun hal ini merupakan contoh eksperimen yang baik yang dimulai
dengan ketidaknyamanan pada beberapa hewan laboratorium dan
berakhir dengan peningkatan kesejahteraan hewan lainnya.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 65


Dalam contoh yang mengilustrasikan
bagaimana CS dapat menandakan
peristiwa biologis yang penting adalah :
Burung Puyuh di Jepang di kondisikan
untuk bergairah secara seksual melalui
lampu merah yang menandakan
kedatangan betina yang akan menerima.

Michael Domjan dan rekan (2004),


melaporkan bahwa pengkondisian ini
akan lebih cepat, lebih kuat dan lebih
tahan lama ketika CS relevan secara
ekologis dengan sesuatu yang mirip
dengan rangsangan yang terkait dengan
aktivitas seksual di lingkungan alami.
Kecenderungan untuk mempelajari
perilaku yang disukai oleh seleksi alam
dapat membantu menjelaskan mengapa
kita sebagai manusia secara alami
cenderung mempelajari hubungan antara
warna merah dan seksualitas

Seringnya memadukan warna merah


secara alami meningkatkan ketertarikan
wanita terhadap wanita. Eksperimen ini
menunjukkan bahwa tanpa kesadaran
laki laki, hal tersebut akan terjadi (Elliot
& Niesta, 2008)
Kecenderungan genetik untuk
mengasosiakan CS dengan AS dapat
diprediksi dan segera bersifat adaptif.

Contoh pada pasien kemoterapi :


Pasien yang menjalani kemoterapi akan
memicu rasa mual dan muntah lebih dari
satu jam setelah pengobatan. Lama
kelamaan pasien akan mengalami mual
yang terkondisi secara klasik (dan
terkadang kecemasan) terhadap
pemandangan, suara, dan bau yang
berhubungan dengan RS atau Klinik.
Batasan Operant
Conditioning
 Pada masa awal melatih hewan, Psikolog Marian dan Keller
Breland berasumsi bahwa Operant Conditioning dapat
diterapkan pada hampir semua respon yang dapat dilakukan
oleh hewan.

 Namun pada salah satu penelitiannya, babi yang dilatih untuk


mengambil koin dan menyimpannya di dalam celengan.
Mereka menjatuhkan koin dan mendorongnya dengan
moncong seperti yang biasa dilakukan oleh babi, dan
memungutnya lagi, serta mengulangi urutan tersebut.

 Instinctive drift ini terjadi ketika hewan kembali pada pola


biologisnya
Pengaruh Cognitive pada Classical Conditioning

• Cognitive learning adalah cara untuk memperoleh suatu informasi mental, baik
dengan mengamati peristiwa, dengan mengamati orang lain atau melalui
bahasa.
• Para penganut behavioris awal percaya bahwa perilaku yang dipelajari oleh
tikus dan anjing merupakan mekanispe yang tiada artinya, sehingga tidak perlu
mempertimbangkan kognisi. Namun Robert Rescorla dan Allan Wagner (1972)
menunjukkan bahwa hewan mampu mempelajari prediktabilitas suatu
peristiwa.
Asosiasi mempengaruhi sikap

• Ketika anak anak inggris melihat karakter kartun baru bersama eskrim (Yum!)
mereka menjadi sangat menyukai karakter yang terkait dengan eskrim (Field,
2006)
• Studi lanjutan menunjukkan bahwa rasa suka dan tidak suka yang terkondisi
menjadi lebih kuat ketika orang memperhatikan dan menyadari hubungan yang
telah dipelajari (Shanks, 2010)
• Eksperimen ini mampu menunjukkan alasan mengapa classical conditioning
treatment yang mengabaikan kognisi seringkali memiliki keberhasilan yang
terbatas.
Proses Cognitive dan
Operant Conditioning
 Bukti proses kognitif datang dari penelitian tikus di
labirin
 Tikus menjelajahi labirin tanpa diberi imbalan yang
jelas hal ini membantu mengembangkan peta kognitif
dan representasi mental dari labirin tersebut.
 Ketika seorang peneliti kemudian memberikan
makanan di kotak gawang labirin, tikus ini
menelusuri labirin dengan secepat dan seefisien
seperti tikus sebelumnya.
 Tikus ini tampaknya mengalami pembelajaran selama
perjalanan mereka sebelumnya.
LEARNING BY OBSERVATION

Albert Bandura
Seorang psikolog dan menjadi salah satu tokoh
penggagas teori kognitif sosial.

Terkenal dengan eksperimen ‘Bobo Doll’


EKSPERIMEN BOBO DOLL

Sumber : https://youtu.be/dmBqwWlJg8U?si=1OpbxcktibOh_NPd
HASIL EKSPERIMEN

Anak-anak yang mengamati model melakukan kekerasan kepada boneka


bobo doll, cenderung meniru perilaku persis yang mereka amati ketika
orang dewasa tidak lagi hadir.

Lalu pada kelompok agresif, anak-anak tersebut tidak hanya menirukan


tindakan yang sama seperti model, namun juga mereka mengucapkan
kata-kata yang mereka dengar.
Dengan melihat model, kita mengalami vicarious reinforcement
atau vicarious punishment, dan kita belajar mengantisipasi
konsekuensi perilaku dalam situasi seperti yang kita amati.

Dengan melihat model, kita mengalami vicarious reinforcement atau


vicarious punishment, dan kita belajar mengantisipasi konsekuensi
perilaku dalam situasi seperti yang kita amati.
OBSERVATIONAL LEARNING

• Observational learning adalah belajar dengan cara mengobservasi orang


lain.
• Dalam observational learning ada istilah modelling

Modelling adalah proses mengamati dan meniru perilaku tertentu


MIRRORS AND IMITATION IN THE BRAIN

Mirror neurons adalah neuron lobus frontal yang diyakini


oleh beberapa ilmuwan menyala ketika melakukan
tindakan tertentu atau ketika mengamati orang lain
melakukannya.

Pencerminan otak terhadap tindakan orang lain dapat


memungkinkan peniruan dan empati.
MIRROR NEURONS

Ketika monyet menggenggam pisang, Terdapat aktivitas di daerah lobus frontal


terdapat aktivitas di daerah lobus frontal juga ketika monyet mengamati orang
memegang pisang
MIRROR NEURONS PADA MANUSIA

Apakah kalian pernah


melakukan, ketika Anda
melihat teman menguap,
Anda juga ikut
menguap?
MIRROR NEURONS PADA MANUSIA

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=4NpG4F9yq00
COGNITIVE IMITATIONS

Monyet A (kiri) mengamati Monyet B


menyentuh empat gambar pada layar dalam
urutan tertentu untuk mendapatkan pisang.
COGNITIVE IMITATIONS

Monyet A belajar meniru urutan


tersebut, bahkan ketika
diperlihatkan gambar-gambar
yang sama dengan susunan yang
berbeda (Subiaul et al., 2004).
COGNITIVE IMITATIONS PADA MANUSIA

• Pada manusia, imitation (peniruan) bersifat menyeluruh.


• Frasa, mode, upacara, makanan, tradisi, moral, dan gaya hidup kita semua
berkembang dengan cara meniru orang lain.

Imitation bahkan dapat membentuk perilaku manusia yang masih


sangat muda.
COGNITIVE IMITATIONS PADA MANUSIA

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=oatfUfJyVSU
COGNITIVE IMITATIONS
PADA MANUSIA

Begitu kuatnya kecenderungan


manusia untuk belajar dari
melihat orang dewasa,
sehingga anak-anak berusia 2
hingga 5 tahun meniru secara
berlebihan (overimitate).
COGNITIVE IMITATIONS PADA MANUSIA

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=QXvnI-LcIPw
COGNITIVE IMITATIONS PADA MANUSIA

• Seperti halnya monyet, manusia juga memiliki otak yang mendukung emphathy
dan imitation.
• Tapi, masih jadi bahan perdebatan apakah kemampuan manusia untuk
mensimulasikan tindakan orang lain dan berbagi pengalaman dengan orang lain
disebabkan oleh mirror neurons atau karena jaringan otak yang terdistribusi?

Apapun itu, otak anak-anak memang memungkinkan empati dan kemampuan


mereka untuk menyimpulkan kondisi mental orang lain atau dikenal sebagai
theory of mind
COGNITIVE IMITATIONS PADA MANUSIA

• Respons otak untuk mengamati orang lain membuat emosi menjadi menular.
Namun, karena begitu nyata, sehingga kita bisa salah mengingat tindakan yang
kita amati sebagai tindakan yang telah kita lakukan (Lindner et al., 2010).
• Melalui penghayatan ini, kita dapat memahami keadaan pikiran orang lain.
• Dengan mengamati postur tubuh, wajah, suara, dan gaya penulisan orang lain,
kita secara tidak sadar menyelaraskan postur tubuh kita dengan postur tubuh
orang lain – yang membantu kita merasakan apa yang mereka rasakan
Applications of Observational Learning

• Prosocial Effect
Banyak organisasi yang secara efektif menggunakan observational
learning untuk membantu karyawan baru mempelajari keterampilan
komunikasi, penjualan, dan layanan pelanggan
Applications of Observational Learning

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=7LQHVjRNDFs
Applications of Observational Learning

• Orang-orang yang mencontohkan perilaku non-kekerasan dan suka menolong


juga dapat mendorong perilaku serupa pada orang lain. Orang tua juga
merupakan model yang kuat.

Perilaku prososial adalah perilaku yang positif, konstruktif, dan membantu.

• Models paling efektif jika tindakan dan perkataan mereka konsisten.


Applications of Observational
Learning

Untuk mendorong anak-anak


membaca, bacakanlah untuk
mereka dan kelilingi mereka
dengan buku-buku dan
orang-orang yang membaca.
Applications of Observational Learning

• Antisocial Effect
Observational Learning mungkin memiliki efek antisosial.
Hal ini membantu kita memahami mengapa orang tua yang kasar mungkin
memiliki anak yang agresif, dan mengapa banyak pria yang memukuli istri
mereka memiliki ayah yang suka memukuli istri. Para kritikus mencatat bahwa
agresivitas bisa jadi bersifat genetik.
Pelajaran yang kita pelajari saat kecil tidak mudah tergantikan saat dewasa, dan
mereka terkadang terbawa pada generasi mendatang.

Acara TV dan video Internet adalah sumber pembelajaran observasi yang kuat.
Thank you!
Any questions?

The Power of PowerPoint – thepopp.com


Font: Ubuntu font family
Icons: Elegant Icon Font
4
Journal review
Analisis Jurnal

Judul Jurnal: Relation among, trait anxiety, intolerance to uncertainty and early maltreatment
experiences on fear discrimination learning and avoidance generalization online task

Nama Journal: Journal of Behavior Theraphy and Experimental Psychiatry (Scopus)


Volume 81, December 2023

Tingkatan Scopus: 94.714 percentile (Q1)

98
ABSTRACT

Latar Belakang dan Tujuan: Pengalaman awal yang tidak menyenangkan, yang dikaitkan dengan peningkatan
kecemasan dan intoleransi ketidakpastian (IUS), dapat berkontribusi negatif terhadap pembelajaran pengondisian rasa
takut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara perbedaan individu dalam pengalaman
penganiayaan masa kanak-kanak, sifat kecemasan, dan IUS di masa dewasa; dan untuk menentukan bagaimana
variabel-variabel ini dapat mempengaruhi diskriminasi pembelajaran rasa takut dan generalisasi penghindaran.
Metode: Eksperimental, terdapat pengisian kuesioner the intolerance of the Uncertanity Scale (IU), State-Trait Anxiety
Inventory: STAI Maltreatment Abuse and Exposure Scale (MAES), ada penilaian subjective menggunakan Expectancy
Visual Analog Scale (E-VAS), Anxiety Visual Analog Scale (A-VAS), Relief Ratings, dan yang terakhir mengukur
Behavior

The Power of PowerPoint | thepopp.com 99


ABSTRACT

Hasil: Pengalaman awal yang tidak menyenangkan berhubungan positif dengan sifat kecemasan dan
intoleransi terhadap ketidakpastian. Hasil dari tugas ini lebih lanjut menunjukkan bahwa pengalaman
perlakuan buruk berkontribusi untuk lebih memperhatikan sinyal-sinyal permusuhan, yang dapat
menyebabkan kesulitan dalam pembelajaran diskriminasi.
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman permusuhan dan kecemasan dini dapat
berkontribusi terhadap perkembangan IUS, yang kemungkinan besar berkontribusi terhadap
pengembangan perilaku penghindaran.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 100


Pendahuluan atau Inti Masalah

Ketakutan merupakan respons adaptif, namun pengalaman permusuhan awal dapat menyebabkan
abnormalitas dalam pembelajarannya yang merupakan awal dari gangguan kecemasan

Abnormalitas ini bermanifestasi sebagai kesulitan untuk membedakan antara sinyal bahaya dan keamanan
baik secara klinis maupun sub-klinis, dan perilaku penghindaran yang terus menerus

Perbedaan individu dalam pengalaman perlakuan buruk selama masa kanak-kanak dapat dikaitkan dengan
perkembangan sifat kecemasan dan intoleransi terhadap ketidakpastian di masa dewasa, yang pada
gilirannya telah terbukti secara langsung berkaitan dengan pembelajaran dan penghilangan rasa takut

The Power of PowerPoint | thepopp.com 101


Pendahuluan atau Inti Masalah

Hal tersebut memberikan alasan yang kuat untuk berhipotesis bahwa perbedaan individu dalam faktor-
faktor ini terkait dengan bagaimana subjek mengalami rasa takut dan menggeneralisasi penghindaran, yang
dapat meningkatkan risiko gangguan terkait kecemasan dan perawatannya dari waktu ke waktu

Selain itu, kami (peneliti) menduga bahwa pengalaman perlakuan buruk akan disertai dengan kecemasan
yang tinggi dan intoleransi terhadap ketidakpastian.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 102


TUJUAN

Karena sedikitnya penelitian yang membahas hubungan terpadu antara perbedaan individu
dan pembelajaran diskriminasi dan penghindaran rasa takut, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis hubungan antara perbedaan individu dalam pengalaman perlakuan buruk
pada masa kanak-kanak, kecemasan sifat, dan IUS pada masa dewasa; dan untuk menentukan
bagaimana variabel-variabel tersebut dapat mempengaruhi pembelajaran diskriminasi rasa
takut dan generalisasi penghindaran (avoidance).

The Power of PowerPoint | thepopp.com 103


Seleksi Partisipan
2. Methods
• Sebanyak 150 partisipan mengikuti uji
• 2.1. Participants pertama

• Hanya 93 yang menyelesaikan tugas

Terdiri atas • Kemudian 26 partisipan tidak memenuhi


53 Wanita kriteria pada tahap akuisisi
14 Pria
Usia rata-rata 22 tahun kisaran
18-34 tahun Hanya tersisa 67 partisipan
2. Methods
• 2.1. Participants

• Kriteria partisipan
o Subjek harus menjawab minimal 50% untuk setiap stimulus
selama fase Pavlovian.
o Tidak ada excluded criterion berdasarkan kondisi medis.
o Peserta menandatangani persetujuan online dan dapat menolak
kapan saja selama pelaksanaan.
2. Methods
• 2.1. Participants

 Partisipan yang ikut : sebagian besar peserta


mahasiswa sarjana psikologi dan juga yang lainnya.
Mereka memiliki peluang untuk mendapatkan undian
US$ 70.
2. Methods
• 2.1. Participants

Tugas partisipan:
 Partisipan harus menjalankan program dengan komputer,
tidak diperkenankan menggunakan ponsel atau tablet.
 Partisipan diinstruksikan untuk mewaspadai setiap warna
lampu.
2. Methods
• 2.1. Participants

• Etika berasal dari Committee of Research in Social Sciences


of Universidad de Chile (University of Chile)

• Kendala : Kesenjangan berdasarkan waktu antara kegiatan


eksperimen dan administrasi MAES, merupakan hambatan
untuk menghubungi para peserta untuk kedua kalinya.
2. Methods
• 2.2. Stimuli and apparatus
2.2.1. Conditional stimuli and generalization stimuli (1/2)
• Conditional stimuli (CS) menggambarkan ruang kantor dengan lampu desktop yang
bisa berwarna (diadaptasi dari San Martín et al., 2020).

Warna kuning Warna merah


(580 nm) Warna hijau
(502 nm) (642 nm)
selalu menjadi CS+ yang
dapat dihindari (CSav+) merah dan hijau diimbangi sebagai CS-
dan CS+ yang tidak dapat dihindari
(CSunav+).
2. Methods
• 2.2. Stimuli and apparatus
2.2.1. Conditional stimuli and generalization stimuli (2/2)
• Generalization Stimuli (GS)

dua warna antara dua warna antara


kuning dan merah kuning dan hijau
(600 nm, 620 nm) (560 nm, 540 nm)
2. Methods
• 2.2. Stimuli and apparatus
2.2.2. Unconditioned stimuli

Unconditioned stimuli (US) yang digunakan merupakan gambaran aversive dari


International Affective Picture System (IAPS) yang telah terbukti menimbulkan rasa
takut dalam penelitian sebelumnya pada populasi Chile (Moreno et al., 2016).
2. Methods
• 2.3. Measures
2.3.1. Questionnaires

The Intolerance of the The State-Trait Anxiety Maltreatment Abuse


Uncertainty Scale (IU) Inventory (STAI) and Exposure Scale
(MAES)
Terdiri atas 27 item untuk Mencakup item untuk
mengukur emosi, kognitif, setiap komponen;
• 20 item untuk state Terdiri atas 52 item untuk
dan reaksi behavioral
• 20 item untuk trait mengukur retrospektif
terhadap kondisi ambigu,
secara keseluruhan
implikasi ketidakpastian,
Paparan maltreatment
dan upaya untuk
abuse
mengendalikan masa
depan.
2. Methods
• 2.3. Measures
2.3.2. Subjective measures

• Expectancy visual analog


scale (E-VAS)
2. Methods
• 2.3. Measures
2.3.2. Subjective measures

• Anxiety visual analog


scale (A-VAS)
2. Methods
• 2.3. Measures
2.3.2. Subjective measures

• Expectancy visual
analog scale (E-VAS)
2. Methods
• 2.3. Measures
2.3.2. Subjective measures

• Behavior measure
o Selama avoidance phase, penekanan tombol dinilai, yang
muncul selama 3 detik selama CS+ yang dapat dihindari.

o Juga, frekuensi penekanan tombol dinilai selama fase


generalisasi selama 3 detik.
2. Methods
• 2.4. Procedure
1. Percobaan dijalankan di platform pavlovia.org. Partisipan hanya perlu
meng-klik link eksperimen.

2. Sebelum pelaksanaan, partisipan harus membaca dan menerima inform


consent yang diberikan secara online.

3. Setelah kegiatan eksperimen berakhir, partisipan diarahkan ke


SurveyMonkey yakni media untuk menjawab skala STAI dan IUS.

4. Selama minggu berikutnya setelah partisipasi mereka, peneliti yang


bertanggung jawab menghubungi mereka melalui email untuk mengirim
skala terakhir, yaitu MAES.
2. Methods
• 2.4. Procedure
2. Methods 2.4.1. The fear conditioning phase
2.4. Procedure

2. Methods 2.4.2. Avoidance phase
2.4. Procedure

2. Methods 2.4.3. Generalization test
2.4. Procedure

2. Methods
• 2.5. Data analysis

• Korelasi digunakan untuk analisis antar semua skala


(IUS, STAI, dan MAES)
• Pada data fear conditioning phase, avoidance frequency,
dan generalization dianalasis dengan RM-ANOVA
• Pada data E-VAS dan A-VAS dianalasis dengan RM-ANOVA
Result
3.1 Korelasi antara IUS, STAI dan MAES
• Korelasi tinggi dan sedang antara IUS dan STAI trait
• Korelasi tinggi dan sedang antara MAES dan IUS
• Korelasi tinggi dan sedang antara MAES dan STAI trait
Result
3.1 Korelasi antara IUS, STAI dan MAES
• Korelasi tinggi dan sedang antara IUS (subskala penghambatan dan prospektif) dan
STAI trait. Tabel 1 menunjukkan semua korelasi (n =67)

• **. Korelasinya signifikan dengan tingkat 0,01 (bilateral); * Korelasi signifikan pada
level 0,05 (bilateral). IUS: intoleransi terhadap ketidakpastian; Status STAI: Nyatakan
sub-skala dari inventarisasi kecemasan sifat negara bagian. Sifat STAI: Subskala sifat
dari inventarisasi kecemasan sifat negara.
Result
Result
• Korelasi tinggi dan sedang antara MAES (tingkat keparahan paparan
pelecehan verbal orang tua, tingkat keparahan paparan pelecehan emosional
teman sebaya; jumlah berbagai jenis penganiayaan yang dialami dan tingkat
keparahan paparan penganiayaan secara keseluruhan) dan IUS (sub skala
penghambatan dan prospektif tabel menunjukkan semua korelasi (n = 39)

• Dengan cara yang sama, analisis mengungkapkan korelasi yang tinggi dan
sedang antara MAES (tingkat keparahan paparan pelecehan verbal orang
tua, tingkat keparahan paparan pelecehan emosional teman sebaya; jumlah
jenis penganiayaan yang dialami dan tingkat keparahan paparan
penganiayaan secara keseluruhan) dan sifat STAI dan negara.
3.2 Fase pengkondisian rasa takut
• E-Vas :Pengukuran ANOVA berulang digunakan menggunakan Stimulus (CS+ dan
CS-) sebagai faktor dalam subjek. Pengondisian berhasil, karena CS+
mengembangkan ekspektasi AS yang lebih tinggi dibandingkan CS- .
• A-Vas : Pengukuran ANOVA berulang digunakan dengan Stimulus (CS+/CS-)
sebagai faktor dalam subjek. Peringkat kecemasan menunjukkan perbedaan
antara CS+ dan CS-

3.3 Fase pengkondisian Avoidance


• Penekanan tombol menunjukkan perbedaan antara CS+ yang dapat dihindari dan
CS+ yang tidak dapat dihindari dan CS-, menunjukkan bahwa subjek mempelajari
CS mana yang merupakan CS yang dapat dihindari.
• Para peserta belajar bahwa ketika dihadapkan dengan rangsangan yang disediakan
(CS+ yang dapat dihindari dan tidak dapat dihindari) akan memunculkan
kemungkinan terjadinya US yang lebih besar dibandingkan yang tidak
• Peringkat kecemasan menunjukkan perbedaan antara CS+ dan CS-.
• Analisis post hoc menunjukkan perbedaan antara CS+ yang tidak dapat dihindari dan keenam
rangsangan lainnya (p < 0,01). CS+ yang dapat dihindari mengungkapkan perbedaan dengan 4
rangsangan (p < 0,01): CS+ yang tidak dapat dihindari (p = 0,005), GS3, GS4 dan CS- (p < 0,001).
Tidak ada perbedaan antara CS+ yang dapat dihindari dan GS1 atau GS2 (p > 0,05) yang terungkap.
CS- menunjukkan perbedaan dengan 6 rangsangan (p < 0,01)
• Hasil untuk dimensi CS+ tidak dapat dihindari mengungkapkan efek stimulus Analisis post hoc
menunjukkan perbedaan antara CS+ yang dapat dihindari dan ketiga rangsangan lainnya, p <
0,001. Juga, CS- mengungkapkan perbedaan dengan ketiga rangsangan lainnya, p < .0001
• Temuan: efek signifikan pada fase pengkondisian rasa takut, di mana hubungan diamati antara
tingkat kecemasan dan tingkat keparahan paparan subskala pelecehan emosional teman sebaya
• Korelasi ini menunjukkan arah efeknya: tingkat kecemasan CS + yang lebih tinggi dikaitkan dengan
tingkat keparahan paparan terhadap pelecehan emosional teman sebaya yang lebih tinggi (p =
0,016). Pengukuran berulang tambahan ANCOVA dengan IUS dan STAI-T sebagai kovariat dan
Stimulus (CS+ dan CS-) tidak menunjukkan hubungan (semua p > 0,05.) dalam fase pengkondisian
rasa takut. Tidak ada hubungan antara MAES, IUS, dan STAI-T dan tindakan yang berbeda dalam
fase penghindaran dan generalisasi.
• Kami menganalisis perbedaan individu antara subjek yang menjawab dan yang tidak menjawab
MAES, kami tidak menemukan perbedaan signifikan dengan IUS (p = 0,868), STAI-State (p = 0,583)
atau STAI-Trait (p = 0,000). 762).
3.4 Tahap Uji Generalisasi
• Analisis rfrekuensi penghindaran menunjukkan CS+ yang tidak dapat dihindari, GS1,
GS2, CS+ yang dapat dihindari, GS3, GS4 dan CS-
3.5 Analisis Kovariabel untuk semua fase
• Digunakan untuk menganalisis perbedaan individu (Stai, IUS dan MAES) dalam fase
pengkondisian rasa takut, fase pengkondisian penghindaran, dan fase uji
Generalisasi.
• Korelasi disini menunjukkan arah efeknya: tingkat kecemasan CS + yang lebih tinggi
dikaitkan dengan tingkat keparahan paparan terhadap pelecehan emosional teman
sebaya yang lebih tinggi .
• Pengukuran berulang tambahan ANCOVA dengan IUS dan STAI-T sebagai kovariat
dan Stimulus (CS+ dan CS-) tidak menunjukkan hubungan (semua p > 0,05.) dalam
fase pengkondisian rasa takut. Tidak ada hubungan antara MAES, IUS, dan STAI-T dan
tindakan yang berbeda dalam fase penghindaran dan generalisasi. Semua analisis nol
disebutkan dalam materi tambahan.
Discussion

Hasil menunjukkan bahwa peringkat kecemasan, skor yang lebih tinggi didapat pada CS+ daripada CS-. Hasil
ini mengkonfirmasi bahwa subjek belajar dan mempresentasikan pengkondisian rasa takut, dengan
mempertimbangkan semua faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan (misalnya, berbagai jenis pengalih
perhatian, faktor lingkungan, karena prosedur juga dilakukan secara online).

Pengkondisian avoidance juga menunjukkan diskriminasi antara CS+ yang dapat dihindari, CS+ yang tidak
dapat dihindari, dan CS-, yang menunjukkan bahwa subjek memperhatikan tugas tersebut. Seperti yang
diharapkan, relief lebih tinggi selama CS+ yang dapat dihindari daripada CS- dan CS+ yang tidak dapat
dihindari, seperti hasil studi laboratorium San Martín dkk. (2020), yang menegaskan bahwa relief dimodulasi
oleh ekspektasi ancaman.
• Terdapat perbedaan frekuensi merespons pada dimensi CS-. Hasil ini
berkontribusi pada literatur dalam dimensi standar danger-safety,
yang tetap berada di antara CS- (safety cue) dan CS+ (danger cue) yang
dapat dihindari.

• Novelty: Hasil study ditemukan melalui eksperimental online.

• Hasil studi tidak menunjukkan adanya bukti untuk dimensi avoidance,


mungkin karena variabel dependen (penekanan tombol) tidak cukup
sensitif. Diskriminasi dalam expectancy rating antara CS dan semua
rangsangan lainnya (6), efek dalam dimensi avoidance (CS+ yang tidak
dapat dihindari) dan dalam dimensi CS- (dimensi danger-safety) dan
dimensi standar danger safety.
• Ada kemungkinan bahwa expectancy rating adalah variabel dependen yang lebih
sensitif untuk avoidance generalization (selama persiapan online), yang dianggap
sebagai respons sadar, tidak seperti penekanan tombol, yang dapat dianggap
sebagai respons otomatis dan tidak sadar.
• Biasanya subjek yang mengembangkan perilaku menghindar dimotivasi oleh
gagasan untuk memiliki kontrol lebih besar atas lingkungan mereka dan
mengurangi ketidakpastian.
• Subjek dengan IUS tinggi menunjukkan kecemasan yang tinggi, yang sesuai
dengan penelitian sebelumnya (Chen & Hong, 2010; Dugas et al., 1997; Flores et
al., 2018).
• Secara khusus, hasil studi menunjukkan bahwa antara inhibition dan intoleransi
terhadap ketidakpastian, subjek yang menunjukkan skor tinggi dalam inhibition
IUS memiliki korelasi positif dengan ciri-ciri kecemasan. IUS tampaknya
mencerminkan individu yang berusaha mengurangi ketidakpastian dengan
mengumpulkan informasi dan perencanaan (Hong & Lee, 2015). Hal ini dapat
diartikan sebagai cara yang lebih fungsional dari perilaku menghindar, tidak
seperti inhibition IUS, yang mewakili subjek yang “freeze up" di bawah situasi
ketidakpastian (Robichaud, Koerner, & Dugas, 2019).
• Intoleransi terhadap ketidakpastian juga menunjukkan korelasi yang tinggi dengan
subskala yang berbeda dari Skala MAES. Skala IUS menunjukkan korelasi yang
tinggi dengan tingkat keparahan paparan emosional abuse oleh teman sebaya,
dan korelasi sedang dengan jumlah jenis abuse yang dialami dan tingkat
keparahan paparan abuse secara keseluruhan. Hasil ini menunjukkan bahwa IUS
dapat dikaitkan dengan gejala PTSD di antara paparan trauma yang dapat
memainkan peran penting dalam pemeliharaan PTSD (Arbona et al., 2021).
• Hasil dari dimensi trait dari STAI mengungkapkan korelasi yang tinggi dengan
tingkat keparahan paparan emosional abuse teman sebaya, yang berkontribusi
untuk memahami bagaimana pengalaman aversive awal, tidak hanya terkait
dengan orang tua (Gerull & Rapee, 2002), tapi juga dapat mempengaruhi
perkembangan kecemasan (Shackman, Shackman, & Pollak, 2007b).
• Terdapat korelasi yang tinggi dengan jumlah jenis maltreatment experience yang
berbeda dengan tingkat keparahan keseluruhan perlakukan buruk, yang
berkontribusi pada hipotesis bahwa pengalaman awal perlakuan buruk
mempengaruhi perkembangan gejala kecemasan (McLaughlin et al., 2016; Pine,
Cohen, Gurley, Brook, & Ma, 1998).
• Hasil penelitian yang dilaporkan menyebutkan bahwa jumlah jenis
perlakuan buruk yang dialami, dan trait anxiety memprediksi IUS,
yang berarti bahwa pengalaman awal perlakuan buruk dan kecemasan
mungkin berkontribusi pada pengembangan intoleransi terhadap
ketidakpastian dan perilaku avoidance. Akhirnya, peringkat kecemasan
(A-VAS) pada fase pengkondisian rasa takut menunjukkan efek sebagai
fungsi dari tingkat keparahan emosional abuse teman sebaya; subjek
dengan skor tinggi pada abuse merasakan lebih banyak kecemasan di
hadapan CS +. Hal ini dapat dijelaskan karena subjek yang terpapar
maltreatment cenderung lebih memperhatikan sinyal-sinyal
permusuhan (Shackman et al., 2007b).
Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan eksperimen yang dilakukan secara online dapat
menyebabkan hilangnya kendali terhadap subjek penelitian dan lingkungan yang dapat mengancam validitas
internal. Begitu juga dengan subjek dalam penelitian ini kemungkinan memiliki komitmen yang rendah dalam
mengikuti eksperimen ini. Hal tersebut dikarenakan peserta bisa membatalkan keikut sertaannya kapan saja.
Tinjauan Kritis

Kelebihan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan yang online memiliki kapasitas merekrut subjek lebih besar dan tidak terbatas oleh
ruangan untuk pelaksanaan penelitian. kelebihan lain juga terlihat dari masih sedikitnya penelitian yang membahas hubungan terpadu
antara perbedaan individu dan pembelajaran diskriminasi dan penghindaran rasa takut.

Sedangkan kekurangan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan eksperimen yang dilakukan secara online jelas melemahkan
pengawasan terhadap peserta / subjek penelitian. Dalam penelitian ini juga tidak dilakukan observasi secara langsung terhadap peserta /
subjek penelitian sehingga kejadian-kejadian selama proses penelitian tidak terekam / terhitung / terukur / dan tercatat sebagai tujuan
dari observasi untuk menambah data didalam penelitian. penelitian ini juga tidak memperoleh bukti untuk dimensi pengindraan yang
mungkin disebabkan karena variabel terikat. Dalam penelitian ini juga tidak mengamati gradien penghindaran yang jelas pada dimensi
penghindaran untuk penekanan tombol, padahal dalam penelitian sebelumnya hal tersebut berhasil dilakukan.
Thank you!
Any questions?

The Power of PowerPoint – thepopp.com


Font: Ubuntu font family
Icons: Elegant Icon Font

Anda mungkin juga menyukai