Anda di halaman 1dari 21

PRINSIP LEGAL ETIS DAN LINTAS BUDAYA

DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA

Oleh:
Ns Hamonangan Damanik, M.Kep
 Kekurangan sumber sosioekonomi
 Konsepsi depersonalisasi (jiwanya terlepas dari
raganya)
 Ketidaksediaan untuk menerima perbedaan
pendapat untuk keyakinan orang lain yang
berasal dari latar belakang yang berbeda.
 Suatu atribut atau sifat yang melekat pada
lingkungan sosial individu sebagai sesuatu yang
berbeda dan rendah.
 Keyakinan yang tidak menyenangkan dari
individu atau kelompok
 Perlakuan yang berbeda dari individu atau
kelompok
 Keyakinan tentang perbedaan yang terdapat
antar ras yang menentukan pencapaian individu
dan bahasa ras yang satu lebih tinggi.
(Stuart, 2007)
 Pola dalam mengasuh anak.
 Kestabilan keluarga.
 Tingkat ekonomi.
 Pengaruh keagamaan dan pengaruh sosial.
 Masalah kelompok minoritas, meliputi fasilitas
kesehatan dan prasangka, kesejahteraan yang
tidak memadai dan pendidikan.
 Nilai-nilai (Yusuf, 2015)
Stressor sosiokultural, dapat ditimbulkan oleh :
 Menurunnya stabilitas unit keluarga
 Berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya
Etik merupakan suatu pertimbangan yang
sistematis tentang perilaku benar atau salah,
kebajikan atau kejahatan yang berhubungan
dengan perilaku

Etik Keperawatan
•Sudut pandang pada apa yang baik dan benar untuk
kesehatan dan kehidupan manusia.
•Mengarahkan bagaimana seorang perawat harus
bertindak dan berinteraksi dengan orang lain (Hamid,
2005)
1. Accountability
Perawat bertanggung jawab dan bertanggung
gugat terhadap segala tindakan yang
dilakukan.

2. Confidentiality
Perawat selelu menjaga kerahasiaan info yang
berkaitan dengankesehatan pasien termasuk
info yang tertulis, verbal dsb.
3. Respect for autonomi (penentuan pilihan)
Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat
menyadari keunikaninduvidu secara holistik Setiap
individu harus memiliki kebebasan untuk memilih
rencana mereka sendiri
4. Beneficience( do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat
memiliki kewajiban untuk melakukan dengan baik,
yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang
mengutungkan kliendan keluarga
5. Non-malefisience (tidak membahayakan klien)

Tugas yang dilakukan perawat tidak


menyebabkanbahaya bagi kliennya. Prinsip ini adalah
prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan

6. Justice (perlakuan adil)


Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang
lain yang adil danmemberikan apa yang menjadi
kebutuhanan klien
7. Fidelity (Setia)
Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus
memegang janji yang dibuatnya kepada klien

8. Veracity (Kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Prinsip
mengatakan yangsebenarnya mengarahkan praktisi
untuk menghindari melakukan kebohongan pada
klienatau menipu klien (Yani, 2002)
 Dapat terjadi bila tidak tersedia tenaga
keperawatan yg memadai tidak tersedia standar
praktek dan tidak ada kontrak kerja.
 Perawat profesional perlu memahami aspek
legal untuk melindungi diri dan melindungi hak-
hak pasien danmemahami batasa legal yg
mempengaruhi praktek keperawatan
 Confidentiality and right to privacy (kerahasiaan
dan hak atas privasi)
 Informed consent: hak untuk menerima atau
menolak terhadap tindakan
 Restrain and seclusion: menolak untuk dipasung
atau diasingkan
(Townsend, 2005)
 Pedoman praktek kep yang aman dan tepat.
menekankan pada ;
 Tanggung jawab
Mengacu pd pelaksanaan tugas yg dikaitkan
dengan peran perawat.
 Tanggung gugat
Dapat memberikan alasan atas tindakan
keperawatan yang diberikan atas diri, pasien,
profesi, atasan dan masyarakat
 PENGKAJIAN
 Perawat kesehatan jiwa mengumpulkan data
kesehatan pasien
 Kaji faktor risiko berhubungan dengan keamanan
pasien
 Pengkajian yang menyeluruh kondisi
biopsikososial terhadap kebutuhan pasien
 DIAGNOSIS
 Perawat kesehatan jiwa menganalisa data hasil
pengkajian untuk menentukan diagnosis
 Diagnosis harus mencerminkan respon koping
adaptif dan maladaptive
 Diagnosis seharusnya berfokus pada fenomena dari
perawat kesehatan jiwa
 Diagnosis harus berkaitan dengan masalah-masalah
kesehatan atau keadaan penyakit
 IDENTIFIKASI HASIL
 Dalam konteks memberikan asuhan keperawatan, tujuan
akhirnya adalah mempengaruhi outcome kesehatan dan
meningkatkan status kesehatannya
 Hasil ( outcome ) seharusnya diidentifikasi bersama-sama
dengan pasien
 Hasil seharusnya diidentifikasi sejelas dan seobyektif mungkin
 Hasil yang dituliskan dengan jelas
 Sebelum merumuskan hasil yang diharapkan perawat harus
menyadari bahwa pasien mencari bantuan seringkali
mempunyai tujuan mereka sendiri
 PERENCANAAN
 Perawat kesehatan jiwa mengembangkan rencana asuhan dalam
bentuk tindakan tertulis untuk mencapai hasil yang diharapkan
digunakan untuk memandu intervensi terapeutik secara sistematis,
dengan proses dokumen, dan mencapai hasil yang diharapkan oleh
pasien
 Seharusnya didasarkan pada pengetahuan terbaru dalam area praktek
keperawatan kesehatan jiwa.
 Perencanaan dilakukan dalam kolaborasi dengan pasien, keluarga,
dan tim kesehatan
 Rencana asuhan keperawatan harus bersifat individual (khas) untuk
pasien
 IMPLEMENTASI
 perawat kesehatan jiwa menggunakan rentang intervensi
yang lebar yang dirancang untuk mencegah sakit mental
dan fisik, mempertahankan dan mengembalikan
kesehatan fisik dan mental
 Perawat kesehatan jiwa menyeleksi intervensi sesuai
dengan level praktek mereka
 EVALUASI
 Evaluasi adalah proses terus menerus (on going
process). Partisipasi pasien dan keluarga adalah
penting. Pencapaian tujuan seharusnya
didokumentasikan dan revisi rencana asuhan
seharusnya diimplementasikan dengan sesuai
 Perawat kesehatan jiwa mengevaluasi proses
pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai