Anda di halaman 1dari 33

PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

 Pancasila sebagai dasar negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan pada negara
Republik Indonesia harus berlandaskan dan/atau harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Hal tersebut bermakna, antara lain bahwa, Pancasila harus senantiasa menjadi ruh atau
spirit yang menjiwai kegiatan membentuk negara seperti kegiatan mengamandemen UUD
dan menjiwai segala urusan penyelenggaraan negara.
 Urgensi Pancasila sebagai dasar negara, yaitu: 1) agar para pejabat publik dalam
menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah, dan 2) agar partisipasi aktif seluruh
warga negara dalam proses pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan bangsa dijiwai
oleh nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, pada gilirannya nanti cita-cita dan tujuan
negara dapat diwujudkan sehingga secara bertahap dapat diwujudkan masyarakat yang
makmur dalam keadilan dan masyarakat yang adil dalam kemakmuran.
PANCASILA SEBAGAI KEPRIBADIAN
BANGSA
 Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam sikap mental dan
tingkah laku serta amal perbuatan. Sikap mental, tingkah laku dan perbuatan bangsa
Indonesia mempunyai ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain. Kepribadian
itu mengacu pada sesuatu yang unik dan khas karena tidak ada pribadi yang benar-benar
sama. Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau halnya sendiri, demikian pula halnya
dengan ideologi bangsa (Bakry, 1994: 157).
Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa
Indonesia
 Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini kebenarannya, kebaikannya,
keindahannya, dan kegunaannya oleh bangsa Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dan menimbulkan tekad yang kuat untuk
mengamalkannya dalam kehidupan nyata (Bakry, 1994: 158). Pancasila sebagai pandangan
hidup berarti nilai-nilai Pancasila melekat dalam kehidupan masyarakat dan dijadikan
norma dalam bersikap dan bertindak. Ketika Pancasila berfungsi sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia, maka seluruh nilai Pancasila dimanifestasi ke dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
NEGARA
 Istilah ideologi berasal dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-
cita; dan logos yang berarti ilmu. Ideologi secara etimologis, artinya ilmu tentang ideide
(the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian dasar
 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi didefinisikan sebagai kumpulan konsep
bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup. Ideologi juga diartikan sebagai cara berpikir seseorang atau suatu
golongan. Ideologi dapat diartikan paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program
sosial politik
 Bagi suatu negara ideologi mengandung makna sebagai sesuatu
yang dicita-citakan dan ingin dicapai oleh negara yang
bersangkutan. Dengan Ideologi segala usaha yang dilakukan oleh
negara beserta seluruh rakyatnya dapat difokuskan sesuai dengan
idelogi yang dianutnya. Oleh karena itu kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam upaya pencapaian tujuan nasional dapat
dicegah sedini mungkin.
 Pancasila sebagai ideologi terbuka mempunyai nilai- nilai tetap dan
mampu berkembang secara dinamis sehingga dapat berinteraksi
dengan perkembangan zaman dan memiliki dinamika secara
internal. Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi terbuka yakni;
a) nilai-nilai dasar yang bersifat tetap sepanjang masa misalnya cita-
cita dan tujuan; b) nilai-nilai instrumen yang bersifat dinamis dan
dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman. Misalnya arahan,
kebijaksanaan, strategi
NILAI DASAR
Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui panca
indera manusia, tetapi dalam kenyatannya nilai berhubungan dengan tingkah laku
atau berbagai aspek kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki
nilai dasar, yaitu berupa hakikat, esensi, intisari, atau makna yang dalam dari nilai-
nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena menyangkut kenyataan
objektif dari segala sesuatu. Contohnya, hakikat Tuhan, manusia, dan mahluk
lainnya.
Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan, maka nilai dasar
itu bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama), segala
sesuatu yang diciptakan berasal dari kehendak Tuhan. Nilai dasar itu juga
berkaitan dengan hakikat manusia itu sendiri, maka nilai-nilai tersebut bersumber
pada hakikat manusia itu sendiri. nilai dasar yang bersumber pada hakikat
kemanusiaan itu dijabarkan dalam norma hukum yang dapat diistilahkan dengan
hak dasar (hak asasi manusia). Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi bangsa
Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
NILAI INSTRUMENTAL
Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar.
Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila nilai dasar tersebut belum
memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkret. Apabila nilai
instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari,
maka nilai tersebut akan menjadi norma moral. Akan tetapi, jika nilai instrumental itu
berkaitan dengan organisasi atau Negara, maka nilai-nilai instrumental itu merupakan
suatu arahan kebijakan atau strategi yang bersumber pada nilai dasar, sehingga dapat
juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu eksplitasi dari nilai dasar.
Dalam kehidupan ketatanegaraan kita, nilai instrumental itu dapat kita temukan
dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945, nilai-nilai itu terkandung dalam sila-sila
pancasila. Tentang ketentuan dalam pasal-pasal undang –undang dasar 1945, nilai-nilai
dasar yang termuat dalam pancasila belum memberikan makna dan implementasi yang
konkrit dalam praktek ketatanegaraan kita sekarang ini secara murni dan konsekuen.
NILAI PRAKSIS
Nilai praktis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang lebih
nyata. Dengan demikian, nilai praktis merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan
nilai instrumental. Berhubung fungsinya sebagai penjabaran dari nilai dasar dan nilai instrumental,
maka nilai paktis dijiwai oleh nilai-nilai dasar dan instrumental dan sekaligus tidak bertentangan
dengan nilai-nilai dasar dan instrumental tersebut.
NILAI INSTRUMENTAL SILA KE 1

Pasal 28E
 (1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.** )

 (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan


pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.**)
NILAI INSTRUMENTAL SILA KE 2
Pasal 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.** )
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.** )
Pasal 28G
(3) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi.**)
(4) (2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain.** )
NILAI INSTRUMENTAL SILA KE 3

Pasal 25
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara
dengan wilayah dan batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.** )
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah sang merah Putih. Pasal
36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia. Pasal
36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.**
HUBUNGAN PANCASILA DENGAN
PEMBUKAAN UUD
 Pembukaan UUD 1945 sebagai norma dasar kedudukannya lebih
utama dibandingkan Pasal-Pasal UUD 1945, karena Pembukaan
UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang tidak lain
adalah Pancasila itu sendiri, atau jiwa Pancasila. Sehingga Pancasila
dapat dikatakan mempunyai kedudukan sebagai Norma
Fundamental Negara (Staatsfundamentalnorm) yang menjadi dasar
dan sumber bagi aturan dasar negara atau aturan pokok negara yaitu
Pasal-Pasal atau Batang Tubuh UUD 1945, dan merupakan
landasan dasar filosofisnya yang mengandung kaidahkaidah dasar
bagi pengaturan negara lebih lanju
 Pokok-pokok pikiran yang ada dalam Pembukaan UUD 1945 tidak lain adalah penjabaran
nilai-nilai Pancasila17, yaitu:
1. Pokok pikiran pertama, “Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”. Pokok pemikiran ini merupakan penjabaran nilai-nilai atau sila
ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia.
2. Pokok pikiran kedua, “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh Rakyat
Indonesia”. Pokok pemikiran ini merupakan penjabaran nilai-nilai atau sila kelima
Pancasila, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
3. Pokok pikiran ketiga, “Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan”. Pokok pemikiran ini merupakan penjabaran nilai-nilai atau
sila keempat Pancasila, yaitu Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/perwakilan.
4. Pokok pikiran keempat, “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. Pokok pemikiran ini merupakan penjabaran
nilai-nilai atau sila pertama dan kedua Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
SIDANG BPUPKI
 1. Sidang tanggal 29 Mei 1945; Moh. Yamin mengumumkan rumusan Lima azas dasar negara
kebangsaan Republik Indonesia, yaitu:
a. Peri Kebangsaan
b. Peri Kemanusiaan
c. Peri Ketuhanan
d. Peri Kerakyatan
e. Kesejahteraan Rakyat
2. Sidang tanggal 31 Mei 1945; Dr. Soepomo mengemukakan lima prinsip dasar dasar negara
yang dinamakan Dasar Negara Indonesia Merdeka, yaitu:
a. Persatuan
b. Kekeluargaan
c. Mufakat dan Demokrasi
d. Musyawarah
e. Keadilan Sosial
 Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan
lima butir gagasan tentang dasar negara sebagai berikut:
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
c. Mufakat atau Demokrasi
d. Kesejahteraan Sosial
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.

Setelah pidato Soekarno, sidang menerima usulan nama Pancasila bagi dasar filsafat
negara (Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh Soekarno, dan kemudian dibentuk
panitia kecil 8 orang (1. Soekarno (ketua) 2. Ki Bagus Hadikusumo 3. KH. Wachid Hasjim 4.
Moh. Yamin 5. Sutardjo 6. Maramis 7. Oto Iskandar Dinata 8. Moh. Hatta ) yang bertugas
menampung usul-usul seputar calon dasar negara.
PIAGAM JAKARTA

Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut.
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemelukpemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
SIDANG KEDUA BPUPKI

 BPUPKI mengadakan sidang yang kedua (10-16 Juli 1945) dan menghasilkan
beberapa keputusan, yang meliputi: pertama, kesepakatan dasar negara Indonesia,
yaitu Pancasila seperti yang tertuang dalam Piagam Jakarta. Kedua, negara
Indonesia berbentuk negara Republik, hasil sidang ini merupakan kesepakatan 55
suara dari 64 orang yang hadir. Ketiga, kesepakatan mengenai wilayah Indonesia
yang meliputi wilayah Hindia Belanda, Timor Timur, sampai Malaka (Hasil
kesepakatan 39 suara). Dan yang keempat, pembentukan tiga panitia kecil
sebagai: Panitia Perancang UUD, Panitia Ekonomi dan Keuangan, Panitia
Pembela Tanah Air.
BUTIR – BUTIR PANCASILA

Sejak tahun 2003, berdasarkan TAP MPR no. I/MPR/2003, 36 butir pedoman pengamalan
Pancasila telah diganti menjadi 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila.
Sila Butir – Butir Pancasila

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketakwaannya


Pertama terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
6. engembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Kedua 1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban


asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit
dan sebagainya.

3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

8. Berani membela kebenaran dan keadilan.

9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh


umat manusia.

10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama


dengan bangsa lain.
Ketiga 1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.

2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara


dan bangsa apabila diperlukan.

3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan


bertanah air Indonesia.

5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan


kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar


Bhinneka Tunggal Ika.

7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan


bangsa.
Keempat 1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.

2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan


untuk kepentingan bersama.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh


semangat kekeluargaan.

5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang


dicapai sebagai hasil musyawarah.

6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima


dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di


atas kepentingan pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan
sesuai dengan hati nurani yang luhur.

9. Keputusan yang diambil harus dapat


dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.

10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang


dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
Kelima 1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar
dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha
yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang
bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan
dengan atau merugikan kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang
bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka
mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial

Anda mungkin juga menyukai