KOMUNITAS
KESEHATAN LANSIA
KATARAK DAN ALZHEIMER
KELOMPOK 1
1. Angel Kristina
2. Elisabeth Sarumaha
3. Selfiani Laia
4. May Fenty
01 Definisi Katarak
Menurut Corwin (2009), katarak adalah penurunan progresif
kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih
abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang.
Menurut Mansjoer (2010), katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(panambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau
akibat kedua-duanya.
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada
lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses
penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun
(Marilynn Doengoes, dkk. 2000)
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya katarak bermacam- macam. Umumnya adalah :
1. Usia lanjut (katarak senil),
2. Tetapi dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi virus di masa
pertumbuhan janin,
3. Genetik,
4. Gangguan perkembangan.
5. Dapat juga terjadi karena traumatik,
6. Terapi kortikosteroid metabolik, dan
7. Kelainan sistemik atau metabolik, seperti diabetes mellitus, galaktosemia,
dan distrofi miotonik.
8. Rokok dan konsumsi alkohol meningkatkan resiko katarak.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi
objek
2. Peka terhadap sinar atau Cahaya
3. Dapat melihat dobel pada satu mata.
4. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat
membaca.
5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
PATOFISIOLOGI
Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam
usuran dan densitasnya Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi central serat lensa yang
lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central.
Serat serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak
terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan
ganguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan
kandungan bahan bahan yang ada di dalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan
lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya.
Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh atau
buram, Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak
menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa
mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien
mengalami kesulitan dalam membedakan warna.
Stadium Katarak :
Katarak dibagi 4 stadium
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jerup menuju
korteks anterior dan posterior (katarak komkal)
2. Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien
3. Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang
akan memberikan miopisasi
4. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang
belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi
glaukoma sekunder (Khalilullah, 2010).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Oftalmoskop
Pemeriksaan red reflex penting untuk deteksi
dini kelainan mata yang berpotensi
menyebabkan kebutaan, salah satunya adalah
katarak. Pemeriksaan red reflex menggunakan
oftalmoskopi direk di ruangan dengan
pencahayaan redup.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.Beberapa tanda dan gejala tersebut hampir selalu bersifat kognitif gangguan
memori dan bahasa, disorientasi temporal dan spasial, gangguan fungsi
eksekutif, afasia progresif
2.Beberapa gejala non-kognitif tetap dapat ditemukan. apatis, iritabilitas dan
agitasi, gangguan mood, halusinasi, paranoia, bahkan kejang juga dapat
disebutkan sebagai salah satu gambaran klinis dari AD.
Karakteristik Alzheimer
Penyakit Alzheimer merupakan sebagian besar penyebab umum demensia,
menyumbang sekitar 60 persen sampai 80 persen kasus. Kesulitan mengingat
percakapan terakhir, nama atau peristiwa sering kali merupakan gejala klinis
awal, apatis dan depresi juga gejala sering yang terjadi diawal. Termasuk
gangguan komunikasi, disorientasi, kebingungan, penilaian buruk, perubahan
perilaku, pada akhirnya kesulitan berbicara, menelan dan berjalan.
(Alzheimer’s Association, 2015)
Kategori Alzheimer
1.Kategori Alzheimer dapat dibagi menjadi:
2. Predementia
3.Pada Alzheimer tingkat ini terjadi gangguan kognitif ringan, defisit memori, serta apatis, apatis.
4. Demensia onset awal
5.Pada Alzheimer tingkat ini terjadi gangguan bahasa, kosakata, bahasa oral & tulisan, gangguan persepsi,
gangguan gerakan, terlihat bodoh, kurang inisiatif untuk melakukan aktivitas.
6. Dementia moderat
7.Pada Alzheimer tingkat ini terjadi deteriorasi progresif, tidak mampu membaca & menulis, gangguan long-
term memory, subtitusi penggunaan kata (parafasia), misidentifikasi, labil, mudah marah, delusi, Inkontinen
system urinaria.
8. Dementia tahap lanjut (advanced)
9.Pada Alzheimer tingkat ini terjadi tidak dapat mengurus diri secara mandiri, kehilangan kemampuan verbal
total, agresif, apatis ekstrim, deteriorasi massa otot & mobilitas, kehilangan kemampuan untuk makan.
Pemeriksaan
Diagnostik
Penatalaksanaan
1. Terapi nonfarmakologis
Diperlukan untuk lebih mengevaluasi efektivitas mereka dalam kehidupa sehari-hari (Alzheimer’s Association,
2015). Prinsip-prinsip dasar dalam pengobatan pasien dengan Alzheimer meliputi:
a. Kegiatan yang mencakup mengenai kegiatan dan lingkungan pasien rehabilitasi.
b. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga dan masyarakat serta lingkungan
alam.
c. Dalam konteks kegiatan pada pasien meliputi kegiatan kreatif seperti olahraga, kegiatan
keseharian secara konsisten.
d. Dalam konteks lingkungan yang mencakup keluarga dan masyarakat adalah menggunakan
pendekatan halus pada pasien, berempati pada pasien,
e. Serta dalam konteks lingkungan alam adalah memberikan lingkungan yang aman dan
nyaman.
2. Terapi Farmakologi
Jenis obat-obatan yang biasanya diresepkan oleh dokter untuk
penyakit Alzheimer adalah rivastigmine, galantamine, donepezil, dan
memantine. Keempat obat ini mampu meredakan gejala demensia dengan
cara meningkatkan kadar dan aktivitas kimia di dalam otak (Tim Alodokter,
2015).
Penkes
a. Konsumsi makanan sehat yang kadar lemak dan kolesterolnya rendah.
b. Tingkatkan asupan serat, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
c. Berhenti merokok dan batasi konsumsi minuman keras.
d. Penderita stroke, diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi, diharapkan teratur dalam
mengonsumsi obat yang disarankan oleh dokter, serta menjalani nasihat dari dokter
mengenai pola hidup sehat.
e. Jika mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, berusahalah untuk menurunkan berat
badan secara aman. Rutin memeriksakan tekanan darah, serta kadar kolesterol dan gula
secara teratur agar Anda selalu waspada.
f. Berolahraga secara rutin sedikitnya dua setengah jam tiap minggu, seperti bersepeda atau
berjalan kaki.
ASUHAN
KEPERAWATAN
THANK
YOU