DEMAM
BERDARAH
GRACIANO TAHIRA YANTO PUTRA
102021021
DENGUE
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia
graciano.102021021@civitas.ukrida.ac.id
SKENARIO
Infeksi pertama dari Virus Dengue turut dikarenakan oleh sel monosit dan
makrofag.
PROGNOSIS
• Infeksi dengue pada umumumnya mempunyai
prognosis yang baik.
• Kematian dijumpai pada waktu terdapat pendarahan
yang berat, syok yang tidak teratasi, efusipluura dan
asites yang berat dan kejang.
• Kematian terjadi pada kasus berat yaitu pada
muncul komplikasi pada sistem saraf,
kardiovaskuler, pernapasan, darah, dan organ lain.
VEKTOR DAN DAUR HIDUP
VEKTOR
• Vektor penyakit demam berdarah dengue yaitu
nyamuk genus Aedes sp. dewasa Nyamuk
Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuh
anatan sari bunga. Betinamengisapdarah.
• Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya
pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya
pagi (pukul 9.00-10.00) sampaipetanghari
(16.00-17.00).
CARA PENULARAN
• Nyamuk ini mendapat virus Dengue sewaktu mengigit mengisap darah orang yang sakit
DBD atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus dengue.
• Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari.
• Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap
masuk kedalam lambung nyamuk.
• Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh
nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya.
PENGENDALIAN
VEKTOR
PENCEGAHAN
Pengendalian secara Pengendalian secara
Biologis Kimiawi
AN
(DHF) sebaiknya dirawat inap untuk observasi ketat,
atau cairan Hartmann dengan dosis pemberian: Pada pasien DHF, harus dilakukan monitoring untuk
• Berikan awal 5−7 mL/kgBB/jam selama 1−2 jam memantau perkembangan penyakit dan menentukan tata
• Kurangi menjadi 3−5 mL/kgBB/jam selama 2−4 jam laksana. Monitoring terdiri dari:
• Kurangi kembali menjadi 2−3 mL/kgBB/jam, kemudian • Urine output setiap 4−6 jam, dengan sasaran 0,5
• Jika hematokrit tetap atau membaikl, maka tetap berikan • Tanda-tanda vital dan perfusi perifer setiap 1−4 jam,
2−3 mL/kgBB/jam selama 2−4 jam sampai pasien keluar dari fase kritis
• Jika hematokrit meningkat atau pasien memburuk, maka • Hematokrit sebelum dan sesudah pemberian cairam, atau
• Lakukan pemeriksaan klinis pasien dan hematokrit secara • Gula darah dan fungsi organ, seperti ginjal, liver, dan
berulang setiap 1-4 jam untuk menentukan dosis terapi profil koagulasi (prothrombin time, activated partial
dilakukan adalah resusitasi cairan kristaloid isotonik dengan dosis awal 5−10 mL/kgBB/jam selama 1 jam, kemudian periksa kondisi klinis pasien.
Apabila keadaan pasien tidak membaik setelah monitoring 1 jam pertama dan hematokrit tetap tinggi (>50%), maka ketentuan resusitasi cairan:
• Bolus 10−20 mL/kgBB/jam dalam 1 jam,
• Apabila keadaan pasien membaik, maka cairan dikurangi menjadi 7−10 mL/kgBB/jam selama 1−2 jam
• Apabila, keadaan memburuk, maka pasien dapat dilakukan pemeriksaan hematokrit kembali dan diberikan. bolus 10-20 mL/kgBB/jam kembali apabila
Jika kondisi pasien membaik, maka cairan kristaloid atau koloid dapat diturunkan dengan
ketentuan:
• 10 mL/kgBB/jam selama 1 jam
• 5−7 mL/kgBB/jam selama 1−2 jam
• 3−5 mL/kgBB/jam selama 2−4 jam
• 2−3 mL/kgBB/jam[1-3]
Jika setelah bolus pertama kondisi pasien tidak membaik dan hematokrit tetap meningkat,
maka maka ketentuan resusitasi:
• Cairan koloid 10−20 mL/kg sebagai bolus kedua selama 0,5−1 jam
• Jika keadaan membaik, maka cairan dikurangi menjadi 7−10 mL/kg/jam selama 1−2
jam
• Ganti menjadi cairan kristaloid, kemudian dikurangi sesuai dengan keadaan membaik
• Apabila tanda vital tetap tidak stabil dan hematokrit rendah, maka kemungkinan
terdapat perdarahan yang membutuhkan transfusi darah segera. Jenis transfusi darah
Penatalaksanaan Fase Pemulihan
• Setelah keadaan pasien stabil, pemberian cairan intravena tetap dibutuhkan sampai 24─48
jam selanjutnya. Gejala dan tanda pemulihan di antaranya tanda vital stabil, suhu normal,
nafsu makan membaik, nyeri perut dan muntah tidak ada, dan tanda perdarahan seperti
petekie atau ruam kulit menghilang. Sedangkan hasil pemeriksaan urin output adekuat dan
hematokrit stabil.
• Pemberian cairan intravena dihentikan bila hematokrit di bawah 40%, dan volume
intravaskular adekuat. Keadaan ini menandakan bahwa tubuh pasien telah meresorpsi
cairan ekstravaskuler, sehingga menurunkan risiko komplikasi overload volume dalam
pembuluh darah.
Indikasi Pulang Rawat
• asien yang rawat inap dapat dipulangkan jika sudah tercapai keadaan sebagai berikut:
- Anamnesis: dimana demam terjadi sepanjang hari dan muncul ruam pada tungkai bawah, tidak disertai diare,
perdarahan gusi, mimisan maupun BAB hitam.
pemeriksaan fisik: suhu sendiri sebesar 39C disertai test tourniquet/rumple leed dengan hasil positif (petechie:25).
-pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah lengkap (leukosit dan trombosit rendah, hitung jenis leukosit untuk sel
limfosit sebesar 40% dimana apabila jumlah sel limfosit diatas 35% maka terindikasi terinfeksi virus).
Any questions?
terima kasih
1.
DAFTAR PUSTAKA
Candra, A. (no date) Demam Berdarah dengue: Epidemiologi, Patogenesis, Dan Faktor Risiko Penularan, ASPIRATOR -
Journal of Vector-borne Disease Studies. Available at: https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/aspirator/article/view/
1787 (Accessed: December 2, 2022).
2. WHO. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta: WHO &
Departemen Kesehatan RI; 2003.
3. https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/demam-dengue/penatalaksanaan#:~:text=Penatalaksanaan%20Demam
%20Berdarah%20Dengue&text=Pada%20pasien%20DHF%20diberikan%20cairan,jam%20selama%202%E2%88%924%20jam
4. Lestari K. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Indonesia. Farmaka. Desember 2007; Vol. 5
No.3: hal . 12-29.
5. Soegijanto S. Patogenesa dan Perubahan Patofisiologi Infeksi Virus Dengue. www.pediatrikcom/buletin/20060220-8ma2gi-
buletindoc; 2002
6. Hadinegoro, Rezeki S, Soegianto S, Soeroso T, Waryadi S. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta:Ditjen
PPM&PL Depkes&Kesos R.I; 2001.