PERMOHONAN
Pihak-Pihak
Penggugat dan Tergugat Pemohon dan Termohon Kuasa Khusus dan Penasihat Hukum
Penggugat
Penggugat adalah orang yang menuntut haknya ke muka Pengadilan. Penggugat ini disebut eiser
(Belanda) atau almudda’y (Arab)
Penggugat mungkin sendiri dan mungkin gabungan dari Penggugat 1, Penggugat 2, Penggugat 3 dan
seterusnya.
Tergugat
Lawan dari penggugat adalah tergugat atau gedagde (Belanda) atau al-mudda’a ‘alaih (Arab)
Keadaan tergugat juga mungkin sendiri atau mungki gabungan dari beberapa orang, sehingga muncul
istilah Tergugat 1, Tergugat 2, Tergugat 3 dan seterusnya.
Pemohon Termohon
Gugatan/Permohonan
Gugatan/permohonan dalam bahasa hukum Islam disebut ad da’wa. Kata da’wa ini rupanya
dipergunakan pula sebagai tuntutan pidana
Apa yang dituntut oleh penggugat disebut gugatan sedangkan apa yang diminta oleh pemohon disebut
permohonan, biasa juga disebut surat gugatan dan surat permohonan
SURAT GUGATAN
Bentuk dan isi surat gugatan secara garis besarnya terdiri dari tiga komponen, yaitu sebagai berikut:
a. Identitas pihak-pihak
b. Fakta-fakta atau hubungan hukum yang terjadi antara kedua belah pihak, biasa disebut
bagian “posita” (jamak) atau “positum” (tunggal)
c. Isi tuntutan yang biasa disebut bagian “petita” (jamak) atau ”petitum” (tunggal)
Surat Permohonan
Prinsip dalam surat permohonan adalah tidak mempunyai lawan, lain dengan surat gugatan. Tetapi
sebagaimana diketahui bahwa di muka Pengadilan Agama ada perkara yang sepertinya voluntaria
tetapi kenyataannya adalah contentiosa, sehingga dalam keadaan seperti ini, walaupun namanya
permohonan, namun bentuknya seperti bentuk gugutan.
Gugatan/Permohonan Lisan
Gugatan atau permohonan pada prinsipnya harus dibuat tertulis oleh penggugat atau oleh pemohon
atau oleh kuasa sahnya. Tapi kalua pemohon/penggugat tidak bisa menulis (maksudnya buta huruf)
maka gugatan atau permohonan boleh diajukan secara lisan.
Kalau diajukan secara lisan maka Panitera atas nama Ketua Pengadilan Agama membuat catatan
yang diterangkan oleh penggugat atau pemohon kepadanya, yang disebut “catatan gugatan atau
catatan permohonan”
Kelengkapan Gugatan/Permohonan
Gugatan asal disebut gugatan dalam conventie. Tergugat dalam conventie (tergugat asal) adakala ia
akan menggunakan sekaligus dalam kesempatan berperkara itu untuk menggugat kembali pada
penggugat asal (penggugat dalam conventie), sehingga tergugat asal (dalam conventie) sekaligus
bertindak menjadi penggugat reconventie (penggugat balik). Nantinya, perkara dalam conventie dan
dalam reconventie tersebut akan diperiksa dan diputus sekaligus dalam perkara itu juga, mungkin
hanya dengan satu putusan atau bisa juga dalam dua putusan