Anda di halaman 1dari 23

Ketentuan Penatalaksanaan

Penjaminan Kasus Kecelakaan


Lalu Lintas pada Peserta JKN

Oktaf Agung Iswantoro


BPJS Kesehatan Cabang Samarinda

1
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

BPJS KESEHATAN BPJS KETENAGAKERJAAN PT TASPEN PT ASABRI

Jaminan Jaminan Jaminan Jaminan Jaminan


Kesehatan Kecelakaan Kerja Pensiun Hari Tua Kematian
Pasal 52 : Manfaat
(JKN) tidak dijamin
Cakupan manfaat dan teknis Manfaat tidak Koordinasi Tidak diperkenankan
operasional: beririsan Pelayanan
 UU No 40 Tahun 2004
subsidi silang antar program
 UU No 24 Tahun 2011 Koordinasi
Irisan manfaat
 Perpres 82 Tahun 2018 Manfaat
 Permenkes Nomor 71/2013
 Permenkes Nomor 52/2016
 Dst..
Asuransi Kesehatan PT Jasa Raharja
Tambahan (KLL)

Pasal 82 tentang
Terdiri dari Kendali Mutu Kendali Biaya PMK Nomor
14 Bab dan 108 Pasal 141/Pmk.02/2018
Pasal 53-54
Mengatur tentang Koordinasi Antar
Penyelenggara Jaminan
KETENTUAN PEMBAYARAN MANFAAT JKN
Semua manfaat pelayanan kesehatan dijamin dalam JKN,
dikecualikan apabila termasuk manfaat yang tidak dijamin
Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan Lalu Lintas adalah kecelakaan yang diakibatkan oleh penggunaan alat
angkutan penumpang umum dan lalu lintas jalan, yang mengakibatkan korban
mengalami cedera dan memerlukan perawatan pada Fasilitas Kesehatan

BPJS Kesehatan dan PT Jasa Raharja (Persero) sebagai penyelenggara Jaminan


Kecelakaan Lalu Lintas membutuhkan Laporan Polisi/Bukti Kejadian Kecelakaan
Lainnya seperti yang dikeluarkan oleh:
a. Polisi satuan lalu lintas untuk kasus kecelakaan lalu lintas jalan
b. Syahbandar atau Kepolisian Perairan dan Udara untuk kecelakaan angkutan di
perairan
c. Badan Usaha Angkutan Udara, Penyedia Jasa Penerbangan, Kementerian
Perhubungan atau Komite Nasional Keselamatan Trasnportasi (KNKT) untuk
kecelakaan angkutan udara
d. PT Kereta Api Indonesia untuk kasus kecelakaan kereta api

Penting untuk diketahui bahwa PT JR juga menjamin KLL di perairan dan udara
KLL yang berkaitan dengan Kecelakaan Kerja (berangkat, pulang dan dalam
rangka kerja) BUKAN MANFAAT Jaminan Kesehatan

021 –1 500 400 www.bpjs-kesehatan.go.id


KLL
GANDA

TUNGGAL JKLL

KECELAKAAN BUKAN
KERJA KECELAKAAN KERJA
BUKAN KECELAKAAN
JKK JKN KECELAKAAN KERJA KERJA

JKN JKK

Catatan:
Terdapat beberapa jenis KLL Tunggal yang
dapat dijamin oleh PT Jasa Raharja (Persero)
seperti KLL Tunggal pada alat angkutan umum
yang sah dan telah membayar retribusi
PerPres No 82 Tahun 2018
Pasal 53

BPJS Kesehatan dapat berkoordinasi dengan penyelenggara jaminan lainnya yang


memberikan Manfaat pelayanan kesehatan.

Penyelenggara jaminan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) meliputi:


a. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, PT. Dana Tabungan dan
Asuransi Pegawai Negeri (Persero), dan PT. Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (Persero) untuk program jaminan Kecelakaan Kerja dan penyakit
akibat kerja;
b. PT. Jasa Raharja (Persero) untuk program jaminan kecelakaan lalu lintas; atau
c. penyelenggara jaminan lain yang memberikan Manfaat pelayanan kesehatan.

Pasal 54
Ketentuan lebih lanjut mengenai koordinasi antar penyelenggara
jaminan diatur dengan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141 Tahun 2018

021 –1 500 400 www.bpjs-kesehatan.go.id


KOORDINASI ANTAR PENYELENGGARA JAMINAN

Perjanjian Kerjasama Petunjuk Teknis Koordinasi Penyelenggara


Berlaku 29 Januari 2019- 29 Januari 2022 Jaminan Kecelakaan Penumpang
Angkutan Umum dan Lalu Lintas Jalan serta
Jaminan Kesehatan antara BPJS Kesehatan
dengan PT Jasa Raharja
Amanah Sistem Koordinasi Pelayanan Kesehatan
Regulasi Antar Penyelenggara Jaminan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141 Tahun 2018

Pasal 24 yaitu :
1) Pelaporan dugaan kasus, pemberian layanan kesehatan, tindak
lanjut layanan kesehatan berikutnya, dan pengadministrasian
pembebanan biaya layanan kesehatan dilakukan secara
elektronis dalam sistem koordinasi pelayanan kesehatan antar
Penyelenggara Jaminan yang memberikan layanan kesehatan,
yang dikembangkan oleh Penyelenggara Jaminan.
2) Pembuatan dan pengembangan integrasi sistem koordinasi
pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
dikoordinasikan oleh BPJS Kesehatan.

Pasal 30 ayat (2) yaitu :


Penyelesaian pengembangan sistem teknologi infomasi paling lambat 3
(tiga) bulan sejak Peraturan Menteri mulai diundangkan.
SI Implementasi
NE Nasional
RG sejak Maret 2018
I
AP
LI
KA
SI FKRTL Kantor Cabang
Laporan Polisi
Aplikasi IRSMS
Aplikasi Vidi
Vclaim
INSIDEN
(Integrated System For Traffic Accidents)

• INSIDEN merupakan sinergi koordinasi manfaat pelayanan bagi korban KLL


berbasis teknologi informasi antara BPJS Kesehatan dengan PT Jasa Raharja
(Persero) dan Polri.
• Aplikasi INSIDEN dibangun secara web based dan dapat diakses dengan
mengggunakan koneksi internet oleh rumah sakit dalam melaporkan korban
KLL kepada PT Jasa Raharja (Persero) yang akan meneruskan data korban
kepada Polri.
• Pengembangan INSIDEN selaras dengan tujuan peningkatan pelayanan
publik bagi korban KLL. 9

021 –1 500 400


Prinsip Koordinasi PT Jasa Raharja
(Kecelakaan Lalu Lintas)
• PT Jasa Raharja (Persero) merupakan penjamin pertama bagi kasus KLL sesuai
ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 141/PMK.02/2018
tentang Koordinasi antar Penyelenggara Jaminan Dalam Pemberian Manfaat Pelayanan
Kesehatan.
• Nilai santunan yang ditanggung oleh PT Jasa Raharja (Persero) dibatasi suatu plafon
tertentu sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
15/PMK.010/2017 dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
16/PMK.010/2017
• Ruang lingkup jaminan yang berlaku pada PT Jasa Raharja (Persero) adalah sebagai
berikut:
• UU No.33/1964 jo. PP No. 17/1965
Adalah setiap penumpang yang sah dari alat angkutan umum yang mengalami
kecelakaan diri dalam jangka waktu pertanggungan yaitu saat naik alat angkutan
umum di tempat berangkat sampai dengan saat turun dari alat angkutan umum di
tempat tujuan.
• UU No.34/1964 jo. PP No. 18/1965
Adalah setiap orang yang berada di luar alat angkutan lalu lintas jalan yang
menimbulkan kecelakaan, yang menjadi korban akibat kecelakaan dari penggunaan
alat angkutan lalu lintas jalan tersebut, termasuk pejalan kaki yang ditabrak oleh
kendaraan lalu lintas
Prinsip Koordinasi PT Jasa Raharja
(Kecelakaan Lalu Lintas)
• Ketentuan jaminan mengenai penggantian biaya perawatan bagi peserta yang menjadi
korban kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam UU No. 33/1964 jo. PP No.
17/1965 dan UU No.34/1964 jo. PP No. 18/1965 sebagai akibat langsung dari
kecelakaan diberikan dalam kurun waktu 365 hari setelah terjadinya kecelakaan
• Yang dikecualikan dalam penjaminan sebagai penerima Dana Pertanggungan Wajib
kecelakaan Penumpang dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan diatur dalam Pasal 13
PP No.17/1965 dan PP No.18/1965
• Pengajuan santunan yang kadaluwarsa dimuat dalam pasal 18 ayat (1) PP No. 17/1965
dan PP No. 18/1965, diatur bahwa hak atas santunan menjadi gugur (kadaluarsa)
dalam hal:
 Jika tuntutan pembayaran ganti rugi pertanggungan tidak diajukan dalam
waktu 6 (enam) bulan sesudah terjadinya kecelakaan yang bersangkutan.
 Jika tidak diajukan gugatan terhadap Perusahaan pada Pengadilan Perdata
yang berwenang, dalam waktu 6 (enam) bulan sesudah tuntutan pembayaran
ganti kerugian pertanggungan ditolak secara tertulis oleh Direksi Perusahaan.
 Jika hak atas ganti kerugian pertanggungan tidak direalisir dengan suatu
penagihan kepada Perusahaan, dalam waktu 3 (tiga) bulan sesudah hak tersebut
diakui, ditetapkan atau disahkan
• Dalam hal peserta mengalami kejadian KLL 2 (dua) kali atau lebih dimana kejadian
KLL tersebut tidak saling terkait, maka peserta tersebut dapat memiliki 2 (dua) atau
lebih penjaminan dari PT Jasa Raharja (Persero) dengan nilai plafon tersendiri
Prinsip Koordinasi BPJS Kesehatan
(Kecelakaan Lalu Lintas)
• BPJS Kesehatan merupakan penjamin kedua bagi kasus KLL sesuai ketentuan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 141/PMK.02/2018 tentang
Koordinasi antar Penyelenggara Jaminan Dalam Pemberian Manfaat Pelayanan
Kesehatan sampai dengan batas maksimal plafon dan ketentuan jaminan dari pejamin
pertama
• Biaya perawatan yang ditanggung, ruang lingkup jaminan serta pengecualian
penjaminan oleh BPJS Kesehatan diatur dalam Peraturan Presiden nomor 82 tahun
2018 tentang Jaminan Kesehatan
• Proses koordinasi manfaat berupa monitoring dan evaluasi data dugaan korban
kecelakaan lalu lintas yang dilakukan secara elektronik oleh Fasilitas Kesehatan melalui
sistem terintegrasi antara PT Jasa Raharja (Persero) dengan BPJS Kesehatan, Adapun
bentuk monitoring dan evaluasi antara lain:
 Kendala pelaksanaan proses koordinasi manfaat dengan PT Jasa Raharja
(Persero);
 Komitmen Fasilitas Kesehatan dalam melakukan pengentrian data kecelakaan
lalu lintas;
 Alur bisnis proses verifikasi kasus kecelakaan lalu lintas.
Prinsip Koordinasi BPJS Kesehatan
(Kecelakaan Lalu Lintas)
• Untuk kasus kecelakaan yang tidak ditanggung oleh PT Jasa Raharja, melebihi batas
maksimal plafon, melebihi jangka waktu jaminan 365 hari sejak kecelakaan, kasus
kecelakaan tersebut telah kadaluarsa, atau termasuk dalam hal-hal yang dikecualikan
untuk menerima pembayaran santunan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan maka BPJS Kesehatan melakukan verifikasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
• Pada Kasus KLL yang biaya perawatannya telah ditanggung PT Jasa Raharja, namun
melewati batas maksimal plafon yang berlaku di PT Jasa Raharja (Persero), maka BPJS
Kesehatan melakukan verifikasi kelebihan biaya perawatan tersebut sebesar biaya
pelayanan kesehatan yang belum tertagih dengan maksimal sebesar Tarif INA CBG
sesuai hak peserta berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

*SEP merupakan bukti eligibilitas peserta bukan bukti penjaminan peserta, penjaminan
tetap mengacu kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku
Critical Point bagi Fasilitas Kesehatan

 Proses koordinasi manfaat oleh Fasilitas Kesehatan dapat dilakukan dengan cara:
a. Bagi Fasilitas Kesehatan yang belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, maka
proses koordinasi manfaat dapat dilakukan dengan cara lain, tidak menggunakan
aplikasi terintegrasi.
b. Fasilitas Kesehatan yang baru bekerja sama dengan BPJS Kesehatan memastikan
kode Fasilitas Kesehatan telah termapping didalam system PT Jasa Raharja dan BPJS
Kesehatan. Mapping kode fasilitas kesehatan dikoordinasikan dengan PT Jasa Raharja
(Persero) maupun BPJS Kesehatan.
 Petugas administrasi Fasilitas Kesehatan mengentri data dugaan kecelakaan pada saat
pasien masuk Rumah Sakit pada aplikasi V-Klaim yang memuat informasi korban,
informasi kecelakaan, dan informasi rumah sakit
 SEP yang telah terbit merupakan surat keabsahan peserta dan bukan merupakan
surat penjaminan oleh BPJS Kesehatan. Penjaminan akhir tetap mengacu kepada
ketentuan peraturan perundangan-undangan, termasuk kelengkapan administrasi
penjaminan seperti Laporan Polisi/Bukti Kejadian Kecelakaan Lainnya dari Instansi
Berwenang
 Petugas administrasi Fasilitas Kesehatan yang tidak memilih status kecelakaan pada
aplikasi Vclaim, maka klaim dikembalikan ke Fasilitas Kesehatan dan akan
mendapatkan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan
14
Critical Point bagi Fasilitas Kesehatan

 Batas waktu penerbitan SEP tetap mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dalam hal peserta datang dalam keadaan sudah meninggal (dead on
arrival), maka SEP tidak perlu diterbitkan.
 Apabila Fasilitas Kesehatan belum memilih status kecelakaan maksimal 2 hari sejak
korban dirawat atau sampai dengan selesai mendapatkan perawatan, respons data
secara sistem tidak dapat diberikan oleh Jasa Raharja
 SEP dengan status kecelakaan yang telah terkirim ke PT Jasa Raharja (Persero) tidak
dapat dihapus, sehingga petugas administrasi Fasilitas Kesehatan harus memastikan
kebenaran dan kesesuaian informasi yang akan diisi dalam kolom pada aplikasi saat
penerbitan SEP
 Dalam hal peserta tidak dapat memenuhi syarat administrasi maksimal 3 hari sejak
perawatan atau sampai dengan pasien selesai mendapatkan perawatan maka BPJS
Kesehatan tidak dapat melakukan penjaminan
 Dalam hal terdapat perbedaaan respon yang muncul pada aplikasi VClaim dengan
kondisi sebenarnya, maka Fasilitas Kesehatan berkoordinasi dengan PT Jasa Raharja
dan BPJS Kesehatan untuk selanjutnya dilakukan update respons melalui aplikasi
NOTE: Fasilitas Kesehatan segera mengirimkan tagihan biaya rawatan ke PT Jasa Raharja
setelah pasien pulang (bagi SEP dgn kesimpulan “Korban Dapat Dibayarkan” atau “Terbit Surat
Jaminan”) sesuai ketentuan administratif
Critical Point bagi Fasilitas Kesehatan

 Petugas administrasi Fasilitas Kesehatan menindaklanjuti penerbitan SEP KLL (IGD) sesuai
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pulang dari IGD, tidak diperlukan penghapusan SEP.
b. Meninggal di IGD, tidak diperlukan penghapusan SEP.
c. Pasien dilanjutkan dengan rawat inap di Fasilitas Kesehatan yang sama, maka
SEP KLL (IGD) tidak perlu dihapus, petugas administrasi Fasilitas Kesehatan membuat
SEP KLL baru dengan metode suplesi sebagaimana alur kasus lama. Pembuatan SEP
rawat inap dibuat setelah mendapatkan instruksi rawat inap dari dokter.
d. Pasien dirujuk dari IGD ke Fasilitas Kesehatan lain, maka SEP KLL (IGD) tidak perlu
dihapus. Fasilitas Kesehatan penerima rujukan menerbitkan SEP KLL dengan metode
suplesi sebagaimana alur kasus lama.
 PT Jasa Raharja memberikan penjaminan pada layanan Kesehatan yang diberikan kepada
korban KLL yang merupakan peserta JKN sesuai kelas layanan kesehatan yang berlaku
pada BPJS Kesehatan
POIN PENTING PENERBITAN SEP KLL
Pemilihan induk SEP
Pastikan Jenis Kasus Cek History dengan tepat sesuai
16
(baru/suplesi) KLL Kronologi dari
peserta/keluarga peserta
Critical Point bagi Peserta

 Peserta/keluarga peserta wajib melaporkan kasus dugaan KLL dan identitas pasien
sesuai kartu kepesertaan kepada petugas administrasi Fasilitas Kesehatan. Dalam hal
kasus kecelakaan yang dilaporkan adalah kasus lama atau dengan kata lain, data
kunjungan rawatan akibat kecelakaan telah ada di aplikasi VClaim pada saat rawatan
pertama, maka peserta/keluarga peserta wajib menginformasikan tanggal kecelakaan,
tanggal rawatan, dan nama Rumah Sakit
 Peserta/keluarga peserta wajib mengurus dan mendapatkan Laporan Polisi/Bukti
Kejadian Kecelakaan Lainnya dari Instansi Berwenang sesuai dengan lokasi kecelakaan
sebagai dasar untuk menentukan status jaminan peserta
 Pembuatan Laporan Polisi/Bukti Kejadian Kecelakaan Lainnya dilakukan di Polres atau
instansi berwenang lainnya sesuai wilayah tempat kejadian perkara (TKP)
berdasarkan pengaduan dari peserta/keluarga peserta yang diduga KLL dan/atau
kecelakaan tunggal
 Peserta/Keluarga peserta berhak mendapatkan status penjaminan secara elekronik
dari PT Jasa Raharja

17
Alur Penjaminan Korban
Kecelakaan Lalu Lintas

Korban KLL Dead on Arrival Tidak diterbitkan SEP


datang ke
Fasilitas Dirawat IGD Petugas Adm Faskes: Petugas PT Jasa Raharja:
Kesehatan dan di rujuk ke 1. Memastikan status kepesertaan memberikan respon dan
Faskes Lain aktif kesimpulan penjaminan
2. Melakukan entry data pembuatan melalui aplikasi
Dirawat IGD Surat Eligibilitas Peserta (SEP).
dan dilanjutkan 3. Memilih status kecelakaan (KLL baru
Rawat Inap apabila korban belum prnah
diterbitkan SEP KLL sebelumnya dlm
satu eps kss KLL) dan melengkapi Petugas Adm Faskes:
kronologis kecelakaan memantau status penjaminan
4. Melakukan rujukan ke Faskes lain dan kesimpulan akhir dari PT
Petugas Adm Faskes: sesuai kompetensi Jasa Raharja melalui aplikasi
1. Memastikan status kepesertaan 5. Pada Faskes penerima Rujukan SEP Vclaim pada fitur INSIDEN
aktif diterbitkan sebagai SEP SUPLESI secara berkala, terutama
2. Melakukan entry data pembuatan sebelum pasien pulang
Surat Eligibilitas Peserta (SEP).
3. Memilih status kecelakaan (KLL baru
apabila korban belum prnah
diterbitkan SEP KLL sebelumnya dlm
satu eps kss KLL) dan melengkapi
kronologis kecelakaan
4. Membuatkan SEP Rawat Inap
sebagai SEP SUPLESI Status SEP yang dapat diajukan kepada BPJS Kesehatan untuk dilakukan Verifikasi:
1. Terbit surat jaminan dari DASI JR;
2. Korban tidak dapat dibayarkan dari aplikasi Movis;
3. Bukan korban kecelakaan dari aplikasi Movis;
4. Plafon habis (otomasi dari aplikasi Vclaim)
Pemilihan status Kecelakaan
Lalu Lintas pada Vclaim
 Kasus Baru
Adalah kondisi jika pasien belum pernah mendapatkan layanan perawatan akibat
kecelakaan lalu lintas di Rumah Sakit manapun yang telah bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan. Atau dengan kata lain, data kunjungan rawatan akibat kecelakaan belum
pernah ada di aplikasi Vclaim.

 Kasus Lama (Suplesi)


Adalah kondisi jika pasien pernah mendapatkan layanan perawatan akibat kecelakaan
lalu lintas di Fasilitas Kesehatan yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Atau
dengan kata lain, data kunjungan rawatan akibat kecelakaan telah ada di aplikasi Vclaim,
antara lain:
 Kasus pada pasien yang masuk melalui IGD dan dilanjutkan dengan rawat inap di
Fasilitas Kesehatan yang sama, maka SEP KLL (IGD) tidak perlu dihapus, petugas
administrasi Fasilitas Kesehatan membuat SEP Rawat Inap KLL baru dengan metode
suplesi sebagaimana alur kasus lama.
 Kasus pasien dirujuk dari IGD ke Fasilitas Kesehatan lain, maka SEP KLL (IGD) tidak
perlu dihapus. Fasilitas Kesehatan penerima rujukan menerbitkan SEP KLL dengan
metode suplesi sebagaimana alur kasus lama
Pemilihan status Kecelakaan
Lalu Lintas pada Vclaim

Apabila pada kasus KLL lama dan dibuatkan SEP SUPLESI petugas administrasi Fasilitas
Kesehatan tidak dapat menemukan riwayat SEP yang sudah ditandai kecelakaan pada
aplikasi Vclaim, maka terdapat beberapa kemungkinan sebagai berikut:

a. Sudah pernah dilaporkan ke PT Jasa Raharja , namun episode sebelumnya dilakukan


secara pengajuan langsung (reimbursement) ke PT Jasa Raharja
b. Belum pernah dilaporkan ke PT Jasa Raharja sama sekali, contohnya saat episode
sebelumnya menggunakan pembayaran pribadi.

Kasus ini bukan merupakan kasus SUPLESI.


Maka untuk mengatasi hal-hal tersebut petugas administrasi Fasilitas Kesehatan harus
menandai SEP seperti kasus kecelakaan baru.
PT Jasa Raharja menerbitkan surat jaminan lanjutan yang menginformasikan sisa palfon
korban
Pemberian Status oleh PT Jasa Raharja

1. Korban Dapat Dibayar


Merupakan kesimpulan dengan guarantee letter yang dapat di akses secara elektronik.
2. Korban Tidak Dapat Dibayar
Merupakan kesimpulan akhir yang dilengkapi dengan alasan korban tidak dapat
dibayarkan dan merupakan pengganti surat keterangan tidak terjamin dari Jasa Raharja
3. Korban Belum Ditangani Kepolisian
Merupakan respon sementara dan jaminan tidak dapat diberikan oleh Jasa Raharja dan
BPJS Kesehatan. Petugas administrasi Fasilitas Kesehatan mengarahkan
peserta/keluarga peserta untuk mengurus Laporan Polisi/Bukti Kejadian Kecelakaan
Lainnya di Unit Laka Lantas Polres atau instansi berwenang lainnya sesuai wilayah
tempat kejadian perkara (TKP).
4. Korban Tidak Bersedia Melapor Ke Polisi
Merupakan kesimpulan akhir dan jaminan tidak dapat diberikan oleh Jasa Raharja dan
BPJS Kesehatan. Petugas adminitrasi Fasilitas Kesehatan memberikan informasi kepada
peserta/keluarga peserta bahwa proses penjaminan BPJS Kesehatan dan PT Jasa
Raharja (Persero) tidak dapat dilakukan. Batas waktu penjaminan mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Bukan Korban Kecelakaan
Merupakan kesimpulan akhir dan jaminan tidak dapat diberikan oleh Jasa Raharja.
Petugas administrasi Fasilitas Kesehatan segera menagihkan klaim ke BPJS Kesehatan
bersamaan dengan klaim regular.
Penutup

• Fasilitas Kesehatan wajib melakukan deteksi dugaan kasus KLL melalui


aplikasi Vclaim.
• BPJS Kesehatan merupakan penjamin kedua bagi kasus KLL dan
memerlukan konfirmasi kesimpulan akhir dari PT Jasa Raharja.
• Kesimpulan akhir PT Jasa Raharja wajib diberikan melalui sistem
informasi terintegrasi, setelah mendapatkan Laporan Polisi.
• Diharapkan dukungan dan peran akhif dari Fasilitas Kesehatan untuk
mencapai tertib administrasi demi kelancaran penjaminan kasus
Kecelakaan Lalu Lintas pada peserta JKN
• BPJS Kesehatan bersama PT Jasa Raharja dan Stakeholder terkait
beserta seluruh jajaran berkomitmen dalam memberikan pelayanan
publik terbaik bagi korban KLL.

22
Terima Kasih

Kini Semua Ada


Dalam Genggaman!

www.bpjs-kesehatan.go.id

23

Anda mungkin juga menyukai