Anda di halaman 1dari 23

Pengertian Nikah

• Bahasa
• Al aqd: Akad
• Al-wath’: hubungan seksual
• Istilah
• Suatu akad yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan
atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah pihak untuk
menghalalkan percampuran antara keduanya dan membangun
kehidupan rumah tangga yang bahagia demi kerelaan Allah SWT
Tujuan Pernikahan
• Memenuhi hasrat seksual
• Memperoleh keturunan
• Memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat
• Mengikuti sunnah Nabi
• Menjalankan perintah Allah SWT
• Melaksanakan ibadah
Kedudukan pernikahan
• Aspek biologis
• Aspek psikologis
• Asepek pedagogis
• Aspek sosiologis
• Aspek eknomis
• Aspek politis
Hukum pernikahan
• Hukum asal adalah mubah
• Hukum yang disepakatai adalah sunnah
• Banyaknya hadis yang menganjurkan pernikahan
• Tidak ada penekanan kewajiban nikah
• Beberapa hukum nikah; sesuai dengan kondisi pelaku
• Wajib
• Secara ekonomi telah mampu dan hasrat seskual telah mendesak untuk
dipenuhi
• Makruh
• Belum pantas untuk nikah dan belum mempunyai perbekalan untuk
menikah
• Telah memiliki perlengkapan, tetapi mempunyai kekurangan secara
fisik
• Sunnah
• Telah berkeinginan untuk nikah dan telah mempunyai pebekalan
• Haram
• Tidak mempunyai hasrat dan perbekalan; pernikahan tidak akan dapat
memenuhi ketentuan syara dan pernikahan akan merugikan pasangan
• Mubah
• Belum mempunyai dorongan untuk menikah, tetapi pernikahan tidak akan
merugikan pihak lain
Konsep Mahram
• Mahram: ahrama, , mahram
yuhrimu
• Mahram: yang
• Mahram: sekelompok orang yang dilarang
dilarang
melakukan pernikahan atai dilarang dinikahi
• Mahram muabbad (selamanya)
• Mahram ghairu muabbad (muaqqat/
sementara)
• Mahram muabbad
• Keturunan (nasab)
• Ibu dan seterusnya, anak dan seterusnya, bibi dan seterusnya, anak kakak dan
seterusnya
•Ayah dan seterusnya, paman dan seterusnya,.....
• Karena pernikahan (musoharah)
• Menantu
• Mertua
• Kesepakatan para ulama: dilarang
• Beberapa menyarakan: dilarang jika telah terjadi hubungan seksual
• Anak dari istri atau suami (anak tiri)
• Kesepakatan ulama: mutlak dilarang
• Beberapa ulama menegakan: dilarang jika anak hidup dan diasuh dalam
keluarga yang sama
• Karena sesusuan (radaa)
• Unsur yang menentukan pelarangan
• Usia anak ketika menyusui

o Mayoritas: dua tahun


o Beberapa: lebih dari dua tahun
• Kadar dan frekuensi susuan

o Dua hisapan
o Lima hisapan
• Kulitas susu

o Tidak tercampur dengan bahan makanan lain o


Langsung dari payudara ibu
• Mahram ghairu muabbad (sementra)
• Dalam masa iddah
• Setelah talak tiga
• Dalam ihram
• Menikahi saudara sekaligus dalam waktu yang
bersamaan
• Dalam pinangan orang lain
KHITBAH
• Pengertian
• Pinangan:
• penyampaian kehendak
• pernyataan laki-laki atas kehendaknya menikahi seorang wanita
• Hukum pinangan
• Mubah; berdasarkan ayat al-Qur’an
• Tidak ada dosa bagi kalian jika kalian menyampaikan kehendak (dengan
sindiran) untuk menikahi wanita-wanita atau kalian menyembunyikannya
• Hadis: jika kalian hendak melihat calon istri dan hal itu akan mendorong
kalian untuk menikahinya, lakukanlah
• Batasan-batasan (aturan) pinangan
• Wanita yang boleh dipinang
• Tidak sedang dalam pinangan orang lain;
• Boleh jika perempuan tidak senang dg laki2 yang
meminang
• Tidak sedang dalam pernikahan
• Tidak dalam masa iddah
• Cerai/talak raj’i: tidak boleh sama sekali
• Kematian dan talak bain: boleh dengan sindiran
• Cara
• Sindiran (kinayah)
• Terang-terangan (jahrah)
• Bagian2 tubuh yang boleh dilihat
• Telapan tangan dan muka (kesepakatan para ulama)
• Tangan: memperlihatkan kesuburan
• Muka; kecantikan
• Telapak tangan, muka dan telapak kaki
• Seluruh tubuh kecuali kemaluannya
• Di tempat tertutup
• Dengan muhrim
• Akibat pinangan
• Tidak menyebabkan kebolehan saling melihat melebihi batas yang
telah ditentukan
Tidak menimbulkan hak dan kewajiban antara peminang dan yang
• dipinang

• Pembatalan pinangan
• Boleh
• Pemberian boleh
• Jika
dikembalikan
ada kesepakatan sebelumnya, pemberian dikembalikan sesusai
dengan kesepakatan:
• jika barang masih ada dikembalikan dengan berupa barang tersebut
• Jika barang sudah terpakai atau hancur, dikembalikan dengan berupa uang
senilai barang
Rukun dan Syarat Nikah
• Pembedaan disepakati oleh para ‘ulama
mayoritas
• Keduanya harus dipernuhi dalam pernikahan
• Rukun: unsur yang harus ada dalam perbuatan
• Syarat: unsur yang harus ada, tapi di luar
perbuatan
• Syarat yang menempel pada rukun
• Syarat terpisah/berdiri sendiri
• Rukun nikah (mayoritas ulama):
• Kedua mempelai
• Ijab qaul (akad)
• Wali
• Saksi
• Mahar masuk dalam syarat
• Hanafiyah:
• Akad (ijab dan qabul)
• Selain itu merupakan syarat
• In’iqad
• Shihah: mahar
• Nufuz: wali
• Luzum: sekufu’
• Ijab qabul
• Dengan kalimat yang
jelas/sorih
• SelarasDalam satu majlis
berkesinambungan

• Wali
• Dewasa dan
berakal
• Laki-laki
• Muslim
• Merdeka
• adil
• Wali
• Wali
nasab
• Aqrab
• Ab’ad
• Wali
mu’tiq
• Wali
hakim
• Perpindahan wali aqran ke ab’ ad
• Jika wali aqrab tidak ada
• Jika wali aqrab berhalangan
• Jika wali aqrab tidak memenuhi
syarat
• Wali hakim ditentukan dalam beberapa kondisi
• Wali aqrab an ab’ad tidak ada semua
• Wali aqrab dan ab’ad berhalangan hadir
• Wali aqrab dan ab’ad semuanya non
Muslim
• Wali aqrab enggan/adlal
• Saksi
• Paling kurang dua orang
• Beragama Islam
• Laki-laki
• Boleh diganti permepuan dengan syarat ada laki-laki (hanafiyah)
• Boleh semuanya perempuan dengan menganggap dua orang perempuan
sama dengan satu laki-lak
• Adil
• Mendengar dan melihat
Mahar
• Hukum mahar
• Wajib (diberikan)
• Berlakunya mahar
• Setelah berlangsungnya akad nikah (kesepakatan para
‘ulama)
• Bila suami meninggal sebelum dukhul, mahar tetap wajb dibayar
separuhnya
• Waktu pembayaran
• Setelah terjadinya hugungan kelamin
• Matinya salah seorang di antara keduanya
• Macam-macam mahar
• Disebutkan bentuknya, wujud dan nilainya secara jelas dalam
akda (musamma)
• Tidak disebutkan bentuk, wujud dan nilainya; mahar mitsil
(dibayarkan sebesar maahr yang biasa diterima oleh saudara,
keluarga aau masyarakatnya

Anda mungkin juga menyukai