HEMOROID LTN
HEMOROID LTN
“HEMORRHOID”
Rektum panjangnya 15 – 20
cm dan berbentuk huruf S.
Mula – mula mengikuti
cembungan tulang
kelangkang, fleksura
sakralis, kemudian
membelok kebelakang pada
ketinggian tulang ekor dan
melintas melalui dasar
panggul pada fleksura
perinealis. Akhirnya rektum
menjadi kanalis analis dan
Hemoroid dibedakan antara yang interna
dan eksterna. Hemoroid interna adalah
pleksus vena hemoroidalis superior di atas
linea dentata/garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna
ini merupakan bantalan vaskuler di dalam
jaringan submukosa pada rektum sebelah
bawah. Sering hemoroid terdapat pada
tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam
7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri
lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil
terdapat di antara ketiga letak primer
tesebut.
DEFINISI
A. Penuaan
b. Kehamilan
c. Hereditas
d. Konstipasi atau diare kronik
e. Penggunaan toilet yang berlama-lama
f. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama
g. Obesitas.
h. Hipertensi Portal
KLASIFIKASI
PATOFISIOLOGI
Varut LOHSIRIWAT. Hemorrhoids: pathophysiology and risk factors. MEDICOGRAPHIA, Vol 41, No. 2, 2019
FAKTOR RISIKO Keturunan
Sun, Zhifei and John Migaly. Review of Hemorrhoid Disease: Presentation and Management.
Clin Colon Rectal Surgery. 2016 Mar; 29(1): 22–29
MODIFIKASI DIET DAN GHS
Pencahar/laksan
Laxadine emulsi : phenolphthalein 55 mg
Dulcolax : Bisacodyl, sediaan suppositoria 5 mg, 10 mg. dosis dewasa :2-3 tab/hari, 1 supp 10 mg/hari
Microlax : Na laury sulfoacetate 45 mg, sorbitol 4,465 mg. dosis dewasa : 1 tube per rektal.
Menghentikan perdarahan
Ardium : serangan hemoroid akut 6 tab/hari pada 4 hari pertama, kemudian 4 tab/hari selama 3 hari, selanjutnya 2
tab/hari. Hemoroid kronik 2 tab/hari
Mengurangi rasa gatal, nyeri dan kerusakan kulit daerah anus
Borraginol-N supp: 1 supp 3x1
Faktu: 1 supp 2x1, ointment oles 3x1
Penatalaksanaan Invasif
Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan takut buang air besar. Karena
itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka di anus.
2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak normal) dari selaput lendir
usus/anus.
3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur sehingga tidak bisa masuk lagi
sehingga tonjolan menjadi merah, makin sakit, dan besar. Jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk.
PROGNOSIS
Sebagian besar hemoroid sembuh secara spontan atau dengan terapi medis konservatif saja. Namun,
komplikasi dapat termasuk trombosis, infeksi sekunder, ulserasi, abses, dan inkontinensia. Tingkat
kekambuhan dengan teknik nonsurgical adalah 10-50% selama periode 5 tahun, sedangkan
hemoroidektomi bedah kurang dari 5%. Mengenai komplikasi dari operasi, ahli bedah yang terlatih
harus mengalami komplikasi pada kurang dari 5% kasus. Komplikasi termasuk stenosis, perdarahan,
infeksi, kekambuhan, luka tidak sembuh, dan pembentukan fistula. Retensi urin berhubungan
langsung dengan teknik anestesi yang digunakan dan cairan perioperatif yang diberikan.
KESIMPULAN
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis.
Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada
kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
adanya pembengkakan vena yang mengindikasikan hemoroid eksternal atau hemoroid internal yang
mengalami prolaps. Pemeriksaan penunjang anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi
dan sigmoidoskopi.
Penatalaksanaan pada hemoroid pada umumnya meliputi modifikasi gaya hidup, perbaikan pola
makan dan minum dan perbaikan cara defekasi. Prinsip penanganan medika mentosa adalah
pemberian obat untuk memperbaiki defekasi, pemberian obat simptomatik, pemberian obat untuk
menghentikan pendarahan, dan pemberian obat untuk mengatasi dan mencegah serangan hemoroid.
Terapi invasif yang dapat dilakukan adalah Rubber Band Ligation, Infrared Photocoagulation dan
skleroterapi.
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, W. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi ke- 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005.
Marcellus, SK. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi ke-4. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 2006.
Buntzen, S et all.. Diagnosis and treatment of haemorrhoids: clinical guidelines. Danish Medical Journal 2013; 60(12).
Tetsuo Yamana, MD. Japanese Practice Guidelines for Anal Disorders I. Hemorrhoids Department of Coloproctology, Tokyo
Yamate Medical Center. J Anus Rectum Colon 2017; 1(3): 89-99.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: BALITBANG Kemenkes RI. 2013.
an Ancient Disease. Perm J 2007; 11(2): 74-75.
Mott T, Latimer K, Edwards C. Hemorrhoids: diagnosis and treatment options. Am Fam Physician. 2018 Feb 1. 97 (3):172-9.
Mayo Clinic Staff. Hemorrhoids-Symtomps and causes. 2019. (Cited: 20 May 2020).Available:
https://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/hemorrhoids/symptoms-causes/syc-20360268
Agus, Suprijono. Hemorrhoids. Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan
Agung.Sultan Agung 2009;Vol XLIV No. 118.
Sun, Zhifei and John Migaly. Review of Hemorrhoid Disease: Presentation and Management. Clin Colon
Rectal Surgery. 2016 Mar; 29(1): 22–29.
Orit Kaidar-Person et all. Hemorrhoidal Disease: A Comprehensive Review. J Am Coll Surg 2007
Jan;204(1):102-17.
Lohsiriwat V. Hemorrhoids: From basic pathophysiology to clinical management. World J Gastroenterol.
2012; 18(17): 2009-17.