Sesi 6 Hukum Pidana
Sesi 6 Hukum Pidana
Menurut Kansil, Hukum Pidana itu ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran
dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan mana diancam dengan hukuman
yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan.
HUKUM PIDANA
Wirjono Prodjodikoro menyatakan bahwa tujuan hukum pidana itu ialah untuk
memenuhi rasa keadilan.
Menurut Tirtaamidjaja, tujuan hukum pidana itu ialah untuk melindungi
masyarakat.
E. Y. Kanter dan S. R. Sianturi menyatakan bahwa tujuan hukum pidana itu pada
umumnya adalah untuk melindungi kepentingan orang perseorangan (individu)
atau hak-hak asasi manusia dan melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat
dan negara dengan pertimbangan yang serasi dari kejahatan /tindakan tercela
disatu pihak dan dari tindakan penguasa yang sewenang-wenang di lain pihak
HUKUM PIDANA
1. Menurut aliran klasik (klassieke richting/klassieke school) tujuan hukum pidana itu adalah untuk
melindungi kepentingan perseorangan (individu) terhadap kekuasaan negara.
2. Menurut aliran modern (moderne richting/moderne school) atau aliran kriminologi
(crminologische richting/criminologische school), atau aliran positif (positieve richting/positieve
school), tujuan hukum pidana itu untuk melindungi masyarakat terhadap kejahatan, oleh karena
itu aliran modern mempelajari sebab-sebabnya penjahat melakukan kejahatannya (etimologi
kriminal/criminele eatiologie), dan pidana apa yang dapat dijatuhkan yang paling efisien, baik
bagi penjahat maupun bagi masyarakat, agar kejahatan tidak terulang lagi (politik
kriminal/criminele politiek).
3. Aliran ketiga (derde ricting/derde school) atau aliran sosiologis (sosiologische
richting/sosiologische school) timbul sebagai suatu kompromis (kadang-kadang menitikberatkan
pada pihak yang satu dan kadang-kadang pihak yang lain) dari kedua aliran terdahulu.
HUKUM PIDANA
Dasar Pembenaran & Tujuan Pidana
Teori hukum pidana (strafrechstheorieen), yang mengemukakan tujuan dari adanya pidana, pada
umumnya dibagi dalam tiga golongan, yaitu ...
1. Teori Absolut (absolutetheorieen) atau Teori Pembalasan (vergeldingstheorieen/retribution theory)
Penjatuhan pidana itu dibenarkan semata-mata karena orang telah melakukan kejahatan.
Pidana itu merupakan akibat hukum yang mutlak harus ada sebagai suatu pembalasan kepada
orang yang telah melakukan kejahatan.Jadi dasar pembenaran pidana terletak pada terjadinya
kejahatan itu sendiri.
Tokohnya: Immanuel Kant, Hegel, Herbart, Stahl, dan Leo Polak.
2. Teori relatif (relatieve theorieen) atau teori tujuan (doel theorien/utilitarian theory).
Menurut teori ini, pidana itu bukanlah untuk melakukan pembalasan kepada pembuat kejahatan,
melainkan mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat.
Jadi dasar pembenaran pidana menurut teori ini terletak pada tujuan pidana itu. Beberapa
pendapat tentang tujuan pidana:
a) a. Tujuan pidana adalah untuk menentramkan masyarakat yang gelisah, karena akibat dari
telah terjadinya kejahatan.
b) b. Tujuan pidana adalah untuk mencegah kejahatan, yang dapat dibedakan atas; pencegahan
umum (generale preventie) dan pencegahan khusus (speciale preventie).
HUKUM PIDANA
a. Hukum pidana materiil (hukum pidana substantif) adalah seluruh peraturan yang memuat
perumusan berikut ini:
1) Perbuatan-perbuatan apakah yang dapat diancam pidana.
2) Siapakah yang dapat dipidana, atau dengan perkataan lain mengatur pertanggungjawaban
terhadap hukum pidana.
3) Pidana apakah yang dapat dijatuhkan terhadap seseorang yang melakukan tindak pidana
(atau disebut juga dengan hukum penitensier).
Hukum pidana materiil dimuat dalam KUHP dan dalam peraturan perundang-undangan
hukum pidana lainnya diluar KUHP (hukum pidana substantif).
b. Hukum pidana formal (hukum pidana ajektif) dimuat dalam UU No. 8/1981 – KUHAP dan
dalam peraturan perundang-undangan hukum acara pidana lainnya diluar KUHAP
HUKUM PIDANA
Bagian-bagian Hukum Pidana
3. Hukum pidana umum dan hukum pidana khusus
a. Hukum pidana umum (algemeen strafrecht / jus commune) adalah hukum pidana yang
berlaku umum atau yang berlaku bagi semua orang.
Hukum pidana umum dimuat dalam KUHP.
b. Hukum pidana khusus ( bijzonder strafrecht / jus speciale) adalah hukum pidana yang
berlaku khusus bagi golongan orang-orang tertentu atau yang memuat perkara-perkara
pidana tertentu (seperti: tindak pidana korupsi, tindak pidana narkotika, dan lain-lain).
Hukum pidana khusus, dimuat dalam peraturan perundang-undangan hukum pidana di
luar KUHP.
Hubungan hukum pidana umum dengan hukum pidana khusus adalah :
o ketentuan hukum pidana umum itu tetap berlaku disamping ketentuan hukum pidana
khusus sebagai hukum pelengkap.
o Ketentuan hukum pidana khusus dapat menyimpang dari ketentuan hukum pidana
umum lex specialis derogat legi generalis (“ketentuan hukum khusus
mengesampingkan ketentuan hukum umum”).
o Dasar hukum penyimpangan tersebut diatas adalah Pasal 103 KUHP
HUKUM PIDANA
Bagian-bagian Hukum Pidana
4. Hukum pidana Umum dan hukum pidana lokal
a. Hukum pidana umum, disebut juga dengan hukum pidana nasional adalah hukum pidana
yang dibuat oleh pemerintah pusat dan yang berlaku pada seluruh wilayah negara.
b. Hukum pidana lokal (locaal strafrecht), disebut juga dengan hukum pidana komunal atau
hukum pidana daerah atau hukum pidana setempat (communal strafrecht/plaatselijk
strafrecht) adalah hukum pidana yang dibuat oleh daerah tingkat I atau tingkat II dan
yang berlaku pada daerah tersebut.
Hukum pidana lokal bukanlah hukum pidana khusus, meskipun dihadapkan dihadapkan
dengan masalah-masalah yang khusus bagi daerah. Hal ini disebabkan hukum pidana lokal
itu tidak mengandung asas-asas pidana yang menyimpang dari asas-asas pidana umum.
5. Hukum pidana yang dikodifikasikan dan hukum pidana yang tidak dikodifikasikan
a. Hukum pidana yang dikodifikasikan (gecodificeerd) adalah hukum pidana yang telah
dikumpulkan dan dibukukan (dikitabkan), seperti: KUHP dan KUHPM.
b. Hukum pidana yang tidak dikodifikasikan (niet gecodificeerd) adalah hukum pidana yang
tidak dikumpulkan, melainkan tersebar dalam undang-undang atau peraturan-peraturan
yang bersifat khusus.
HUKUM PIDANA
Bagian-bagian Hukum Pidana
4. Hukum pidana Umum dan hukum pidana lokal
a. Hukum pidana umum, disebut juga dengan hukum pidana nasional adalah hukum pidana
yang dibuat oleh pemerintah pusat dan yang berlaku pada seluruh wilayah negara.
b. Hukum pidana lokal (locaal strafrecht), disebut juga dengan hukum pidana komunal atau
hukum pidana daerah atau hukum pidana setempat (communal strafrecht/plaatselijk
strafrecht) adalah hukum pidana yang dibuat oleh daerah tingkat I atau tingkat II dan
yang berlaku pada daerah tersebut.
Hukum pidana lokal bukanlah hukum pidana khusus, meskipun dihadapkan dihadapkan
dengan masalah-masalah yang khusus bagi daerah. Hal ini disebabkan hukum pidana lokal
itu tidak mengandung asas-asas pidana yang menyimpang dari asas-asas pidana umum.
5. Hukum pidana yang dikodifikasikan dan hukum pidana yang tidak dikodifikasikan
a. Hukum pidana yang dikodifikasikan (gecodificeerd) adalah hukum pidana yang telah
dikumpulkan dan dibukukan (dikitabkan), seperti: KUHP dan KUHPM.
b. Hukum pidana yang tidak dikodifikasikan (niet gecodificeerd) adalah hukum pidana yang
tidak dikumpulkan, melainkan tersebar dalam undang-undang atau peraturan-peraturan
yang bersifat khusus.
HUKUM PIDANA
Bagian-bagian Hukum Pidana
4. Hukum pidana Nasional dan hukum pidana internasional
a. Hukum Pidana Nasional adalah hukum pidana yang memuat ketentuan-ketentuan yang
berasal dari negara itu sendiri.
b. Hukum pidana internasional adalah juga hukum pidana nasional, tetapi meuat ketentuan-
ketentuan yang berasal dari dunia internasional.
5. Hukum pidana tertulis dan Hukum Pidana tidak tertulis.
a. Hukum pidana tertulis adalah hukum pidana yang terdapat dalam KUHP dan KUHAP
yang merupakan kodifikasi hukum pidana material/hukum pidana substantif dan hukum
pidana formal/hukum pidana adjektif /hukum acara pidana.Termasuk pula hukum pidana
yang bersifat khusus dan hukum pidana yang dimuat, baik dalam pemerintah pusat
maupun peraturan pemerintah daerah seperti propinsi, kabupaten, dan kotamadya.
b. Hukum pidana tidak tertulis adalah hukum pidana adat, yang berdasarkan pasal 5 ayat (3)
b UU No.Drt 1951 (L.N. 1951 No.9) masih berlaku di bekas daerah swapraja dan bekas
pengadilan adat.
HUKUM PIDANA
Hukuman Dalam KUHP
Pasal 10 KUHP:
a. Pidana Pokok (utama)
1. Pidana mati.
2. Pidana penjara.
a) Pidana seumur hidup.
b) Pidana penjara selama waktu tertentu (maksimal hukuman 20 tahun dan
sekurang-kurangnya 1 tahun).
3. Pidana kurungan. (sekurang-kurangnya satu hari dan setinggi-tingginya 1
tahun).
4. Pidana denda.
5. Pidana tutupan.
b. Pidana tambahan
1. Pencabutan hak-hak tertentu.
2. Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu.
3. Pengumuman keputusan hakim.
HUKUM PIDANA
Perubahan & Penambahan Pasal Dalam KUHP
HUKUM PIDANA
Perubahan & Penambahan Pasal Dalam KUHP
HUKUM PIDANA
Perubahan & Penambahan Pasal Dalam KUHP
HUKUM PIDANA
Perubahan & Penambahan Pasal Dalam KUHP
TINDAK PIDANA
Van Hamel : “kelakuan manusia yg dirumuskan dalam UU, melawan hukum, yg patut
dipidana & dilakukan dg kesalahan”
Vos : “suatu kelakuan manusia yg oleh per UU an diberi pidana; jadi suatu kelakuan
manusia yg pada umumnya dilarang & diancam dengan pidana”
TINDAK PIDANA
Unsur-unsur Tindak Pidana
Menurut P.A.F Lamintang, unsur tindak pidana terdiri adari:
1. Unsur obyektif (unsur yang terdapat diluar diri si pelaku tindak pidana) :
• Perbuatan / kelakuan manusia
• Akibat yang Akibat yang menjadi syarat mutlak dari delik,
• Unsur melawan hukum.
• Unsur lain yang menentukan sifat tindak pidana
• Unsur yang memberatkan pidana
• Unsur tambahan yang menentukan tindak pidana
2. Unsur subyektif (unsur yang terdapat dalam diri si pelaku tindak pidana):
• unsur kesalahan (dolus atau culpa).
• Unsur niat / maksud / dengan rencana terlebih dahulu.
• Perasaan takut / vrees
TINDAK PIDANA
Subyek Tindak Pidana
Dalam sistem KUHP, yang dapat menjadi subjek tindak pidana adalah hanya manusia
(natuurlijke personen), sedangkan badan hukum (rechspersonen) ataupun korporasi dan hewan
tidak dapat menjadi subjek tindak pidana.
Hal-hal yang menyatakan bahwa manusia sebagai subjek tindak pidana adalah:
1) terdapatnya perumusan tindak pidana yang dimulai dengan perkataan: barang siapa,
seorang ibu, seorang pejabat, seorang nakoda, dan lain-lain. Ini berarti tidak lain adalah
manusia;
2) jenis-jenis pidana yang ditentukan dalam Pasal 10 KUHP hanya ditujukan terhadap
manusia;
3) dalam hukum pidana yang berlaku sekarang menganut asas kesalahan seorang manusia,
yang disebut dengan “hukum pidana kesalahan” (schuldstrafrecht). Dalam schuldstrafrecht
yang dianggap dapat berbuat kesalahan hanyalah manusia, yaitu yang berupa “kesalahan
perseorangan atau individual (individuele schuld).
Dalam perkembangan hukum pidana selanjutnya mengenai subjek tindak pidana itu diperluas,
bukan saja hanya manusia (natuurlijke personen), tetapi juga bafan hukum (rechtspersonen)
ataupun korporsi terutama dalam hal-hal perfiskalan atau perpajakan, perekonomian, dan
keamanan negara yang pengaturannya dalam peraturan perundang-
undangan di luar KUHP.
TINDAK PIDANA
Delik Dolus : Tindak Pidana dilakukan dengan Delik Culpa : Tindak Pidana dilakukan dg
sengaja, mis. Pasal 338, 310, kealpaan, mis. Pasal 205, 359
368 KUHP KUHP
TINDAK PIDANA
Delik formal atau “delik dengan perumusan Delik material atau “delik dengan perumusan
formal” (delict met formele omshrijving), material” (delict met materiele omschrijving),
yaitu delik yang terjadi dengan dilakukannya yaitu delik yang baru dianggap terjadi setelah
suatu perbuatan yang dilarang dan diancam timbulnya akibat yang dilarang dan diancam
dengan pidana oleh undang-undang.
Jadi yang dilarang adalah perbuatannya. dengan pidana oleh undang-undang).
Jadi yang dilarang adalah akibatnya
Delik komisi (commissie delict): delik yang Delik omisi (omissie delict) adalah delik yang
berupa pelanggaran terhadap larangan di berupa pelanggaran terhadap keharusan di
dalam undang-undang. Delik komisi ini dalam undang-undang. Contohnya:Pasal
dapat berupa delik formal, seperti Pasal 164 dan 165 KUHP.
362 KUHP – pencurian, dan dapat pula Delik Omisi dapat dibagi 2:
berupa delik material (Pasal 338 KUHP) 1) Delik Omisi Murni Pasal 164-165, 224,
478, 522, 531 KUHP.
2) Delik Omisi tidak murni, yaitu delik yang
dapat terjadi, apabila akibat yang dilarang
disebabkan oleh tidak dilakukannya suatu
perbuatan yang diharuskan oleh undang-
undang. Contoh: Pasal 194 KUHP.
TINDAK PIDANA
Melawan hukum :
• aliran formil : melawan hukum = melawan UU, sebab hukum adalah UU.
• aliran materiil : melawan hukum adalah perbuatan yg oleh masyarakat tidak dibolehkan.
• Dengan mengakui bahwa sifat melawan hukum selalu menjadi unsur Tindak Pidana, ini
tidak berarti bahwa karena itu harus selalu dibuktikan adanya unsur tersebut oleh
penuntut umum
• Soal apakah harus dibuktikan atau tidak, adalah tergantung dari rumusan Tindak Pidana.
Bila unsur tersebut tercantum dlm rumusan pasal, maka hrs dibuktikan, sedangkan jika
tidak tercantum maka tidak perlu dibuktikan.
• Akan tetapi bila seorang hakim berpendapat bahwa tidak ada unsur melawan hukum
dalam arti materiil, maka unsur tersebut harus dibuktikan (dasar penghapus pidana di
luar KUHP)
KAUSALITAS
Pengertian Kausalitas:
• Hal sebab-akibat.
• Hubungan logis antara sebab dan akibat.
• Persoalan filsafat yang penting.
• Setiap peristiwa selalu memiliki penyebab sekaligus menjadi sebab peristiwa lain.
• Sebab dan akibat membentuk rantai yang bermula di suatu masa lalu.
• Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum pidana (bukan makna di atas), tetapi makna yang
dapat dilekatkan pada pengertian kausalitas agar mereka dapat menjawab persoalan siapa
yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas suatu akibat tertentu.
Ajaran Kausalitas:
1) Conditio Sine Qua Non/ Ekuivalensi (Von Buri)
2) Teori-teori Individualisasi / Causa Proxima : Birkmeyer , Mulder
3) Teori-teori menggeneralisasi : teori Adekuat (Von Kries, Simons, Pompe, Rumelin)
4) Teori Relevansi : Langemeijer
KAUSALITAS
Teori-teori Menggeneralisasi:
Rumelin (Teori Adequat Objectif) :
Faktor yang ditinjau dari sudut objektif , harus (perlu) ada untuk terjadinya akibat.
Ihwal probabilitas tidak berdasarkan pada apa yang diketahui atau mungkin
diketahui pada waktu melakukan tindakannya, melainkan pada fakta yang objektif
pada waktu itu ada, entah diketahuinya atau tidak – jadi pada apa yang kemudian
terbukti merupakan situasi dan kondisi yang melingkupi peristiwa tersebut.
Simons :
Sebab adalah tiap-tiap kelakuan yang menurut garis-garis umum pengalaman
manusia dapat menimbulkan akibat.
Pompe : Sebab adalah hal yang mengandung kekuatan untuk dapat menimbulkan akibat