Anda di halaman 1dari 16

MELETUSNYA GUNUNG RUANG DI

SULAWESI

DISUSUN OLEH:
Kelompok 5
RESTU HIDAYAT (2022A1H073)
KESI APRILIA (2022A1H068)
JUMADI IRFANDANI (2022A1H067)
JUAN JUNIANTI (2022A1H066)
GUNUNG RUANG

Gunung Ruang atau Duang (bahasa setempat) adalah gunung berapi kerucut
(stratovolcano) Tipe-A yang terletak di pulau dengan nama sama yang
termasuk dalam administrasi Kecamatan Tagulandang,
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara. Terdapat dua
desa/kampung yang berada di pulau vulkanik ini, yaitu Desa Laingpatehi dan
Desa Pumpente.
Ketinggian puncak gunung yang berupa kubah lava ini adalah 725 m dari
permukaan rata-rata laut (sebelum letusan 2024). Pulau Ruang merupakan
bagian puncak dari gunung api yang menjulang dari dasar Laut Sulawesi.
Gunung api ini adalah yang paling selatan dari rangkaian gunung api pada
busur Sangihe.
Sejarah Letusan Gunung Ruang

Mengacu pada sejarah, erupsi Gunung Ruang pernah memicu terjadinya tsunami pada tahun
1871 lalu dengan skala letusan atau Volcanic Explosity Undex sebesar 2. Kurang lebih 400
orang tewas akibat bencana tersebut.
Tsunami yang terjadi disebut juga dengan tsunami vulkanik, atau jenis tsunami yang
dihasilkan oleh aktivitas vulkanik. "Pada saat letusan di 1871 itu, ada saksi mata yang
mengatakan tsunami yang terjadi tingginya 5 meter. Namun ada pula yang mengatakan
sampai 25 meter pada pulau sekitar. Tapi artinya, kejadian itu dapat memberikan dampak,"
bebernya.
Beliau menyatakan bahwa memang hingga kini memang informasi mengenai riwayat
letusan Gunung Ruang masih terbatas. Namun, beliau mengingatkan apabila adanya jeda
waktu yang panjang antara letusan, dapat menunjukkan bahwa akumulasi energi gunung api
di letusan selanjutnya akan lebih besar.
"Jadi intevalnya tidak banyak, tapi kita bisa memahami bahwa akumulasi
volumenya akan jauh lebih banyak ketika jeda erupsinya lebih panjang,
dibandingkan dengan yang jarak erupsinya pendek," paparnya.
"Perlu dipahami bahwa gunung api meletus adalah cara mereka mengeluarkan
energi dan mencapai keseimbangan. Letusan dapat terjadi secara besar sekaligus
atau sedikit demi sedikit, tergantung pada karakteristik gunung api tersebut,"
lanjutnya.
Kronologi Erupsi Gunung Ruang

Mulai pada tanggal 16 April 2024 pukul 10.00 WITA, tingkat


aktivitas Gunung Ruang dinaikkan dari Level I (Normal) ke
Level II (Waspada). Setelah terjadinya erupsi dengan intensitas
lemah pada pukul 13.37 WITA dan peningkatan aktivitas
kegempaan, maka mulai pukul 16.00 WITA tingkat aktivitas
Gunung Ruang dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level
III (Siaga). Adapun potensi bahaya yang mungkin terjadi berupa
erupsi eksplosif yang menghasilkan awan panas ke arah barat
daya, selatan, dan tenggara.
Erupsi kembali terjadi pada 17 April 2024 pukul 05.05
WITA dengan ketinggian kolom erupsi diperkirakan 1.800
meter dari puncak. Pada 17 April 2024 pukul 18.00 WITA
terjadi erupsi dengan ketinggian mencapai 2.500 m dari
puncak..Erupsi eksplosif kemudian terjadi pada tanggal 16
April 2024 pukul 21.45 WITA dengan estimasi tinggi
kolom erupsi mencapai 2.000 meter dari puncak. Erupsi
kembali terjadi pada tanggal 17 April 2024 pukul 01.08
WITA dengan ketinggian kolom erupsi diperkirakan
mencapai 2.500 meter yang disertai suara gemuruh serta
dentuman.
Menyusul erupsi eksplosif yang lebih besar terjadi pada pukul
20.15 WITA dengan kolom erupsi teramati berwarna kelabu
hingga hitam setinggi sekitar 3.000 meter di atas puncak. Erupsi
ini terjadi disertai suara gemuruh dan gempa yang terasa hingga
Pos PGA Ruang, serta memunculkan fenomena alam kilatan petir
vulkanik. Letusan Gunung Ruang tersebut juga dibarengi dengan
awan panas yang meluncur sejauh 1,7 kilometer ke arah pantai
Pulau Ruang. Pulau Tagulandang yang berjarak 10 kilometer dari
Pulau Ruang juga dilaporkan mengalami hujan batu dan pasir
akibat peristiwa erupsi pada malam itu.
Maka terhitung mulai tanggal 17 April 2024 pukul 21.00 WITA,
tingkat aktivitas G. Ruang dinaikkan dari Level III (Siaga)
menjadi Level IV (Awas). Dilansir dari laman Antara, Badan
Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
mengimbau warga di Pulau Tagulandang untuk mewaspadai
lontaran batu pijar akibat erupsi eksplosif Gunung Ruang.
Potensi bahaya susulan ini diungkap Ketua Tim Kerja Gunung
Api Heruningtyas dalam Konferensi Pers Kenaikan Status
Gunung Ruang dari Siaga (Level III) ke Awas (Level IV)
dipantau dari Jakarta pada Kamis (17/4/2024).
Heruningtyas juga mengatakan bahwa masyarakat
harus mewaspadai luruhan awan panas serta
kemungkinan terjadinya tsunami yang disebabkan
oleh runtuhan atau material gunung api yang masuk
ke laut. Dikatakan Heruningtyas bahwa perkiraan
tinggi tsunami yang diakibatkan oleh erupsi Gunung
Ruang bisa mencapai 25 meter.
PENYEBAB MELETUS GUNUNG RUANG

Gempa bumi tektonik sebanyak dua kali yang berpusat di Laut Maluku
memicu pergolakan vulkanik pada Gunung Ruang. Hal tersebut bermula
ketika terjadi gempa tektonik berkekuatan M 6,4 dengan kedalaman 94
kilometer di barat laut Pulau Doi, Maluku Utara pada 9 April 2024. Lima
hari setelahnya, terjadi gempa tektonik dengan kekuatan M 5,1 dengan
kedalaman 122 kilometer yang berada di barat daya Pulau Doi, Maluku
Utara. Terpisah, Kepala Tim Pengamatan Gunung Api PVMBG,
Heruningtyas Desi Purnamasari, mengatakan bahwa salah satu trigger
atau pemicu Gunung Ruang meletus adalah gempa.
UPAYA PENGANGAN YANG
DILAKUKAN

Tim gabungan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),


Basarnas, TNI, Polri, Kementerian Sosial, Kementerian ESDM, Pemerintah
Provinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Kabupaten Sitaro, Pemerintah
Kabupaten Minahasa Utara, Pemerintah Kota Manado, Pemerintah Kota
Bitung, bersama PMI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD),
Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, hingga unsur
pemerintah di tingkat desa dan kelurahan terus berjibaku melakukan
langkah antisipatif yang berfokus pada penyelamatan warga terdampak.
Pengiriman personel untuk kaji cepat, evakuasi dan penyelamatan hingga
pengiriman logistik serta peralatan terus dilakukan menuju lokasi
terdampak.
DUKUNGAN BNPB

Sebagai bentuk dukungan untuk memenuhi kebutuhan


dasar warga terdampak dan operasional selama
penanganan darurat, BNPB mengirimkan bantuan berupa
tenda pengungsi 5 set, tenda keluarga 100 unit, light tower
4 unit, genset 4 unit, sembako 300 paket, makanan siap
saji 300 paket, hygine kit 300 paket, matras 300 lembar,
selimut 300 lembar, kasur lipat 150 lembar, masker 300
box, velbed 50 unit, toilet portable 10 paket dan survival
kit pengungsi 300 paket.
Selain logistik dan peralatan, BNPB juga mengirimkan
satu unit helikopter untuk mendukung segala keperluan
kedaruratan, baik untuk mengangkut logistik dan
peralatan maupun evakuasi warga. Di sisi lain,
dukungan juga datang dari Basarnas yang telah
menggerakkan KM Bima Sena untuk membantu
evakuasi warga terdampak termasyk pendistribusian
logistik ke Kecamatan Tagulandang.
DAMPAK POSITIF

• Kesuburan tanah: Abu vulkanik yang dihasilkan dari erupsi gunung berapi mengandung
banyak mineral yang dapat menyuburkan tanah. Hal ini dapat meningkatkan hasil panen
tanaman di sekitar gunung berapi.
• Sumber daya alam: Material vulkanik seperti batu apung dan pasir vulkanik dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
• Selain itu, gas beracun dari gunung berapi dapat diolah menjadi sumber energi panas
bumi.
• Objek wisata: Keindahan alam di sekitar gunung berapi, seperti kawah dan pemandian
air panas, dapat menjadi objek wisata yang menarik bagi wisatawan.
DAMPAK NEGATIF

• Bencana alam: Erupsi gunung berapi dapat memicu berbagai bencana alam seperti awan
panas, aliran lava, banjir lahar, dan gempa bumi. Bencana alam ini dapat menyebabkan
kerusakan infrastruktur, hilangnya nyawa manusia, dan kerugian ekonomi.
• Gangguan kesehatan: Abu vulkanik dan gas beracun yang dilepaskan saat erupsi gunung
berapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata,
dan keracunan.
• Kerusakan lingkungan: Erupsi gunung berapi dapat merusak hutan, lahan pertanian, dan
ekosistem lainnya.
Hal ini dapat berakibat pada hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan iklim mikro.
DAMPAK ERUPSI GUNUNG RUANG

• Penutupan Bandara Internasional Sam Ratulangi: Bandara ini


ditutup karena tebalnya abu vulkanik di udara, sehingga
membahayakan penerbangan.
• Pengungsian warga: Ribuan warga di sekitar gunung
dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
• Gangguan aktivitas: Aktivitas pertanian, perikanan, dan
pariwisata di sekitar gunung terganggu.

Anda mungkin juga menyukai