Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KONFLIK NEUROTIK TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL

TEMPURUNG KARYA OKA RUSMINI SERTA IMPLIKASINYA BAGI


PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

Diajukan untuk Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Shella Restu lestari
032116092

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN
2020
Latar Belakang
KARYA SASTRA PEMBELAJARAN
Peristiwa Nilai budaya,
kehidupan moral, agama, dan
FOKUS PERMASALAHAN masyarakat
TUJUAN PENELITIAN pendidikan KEGUNAAN PENELITIAN
yang
berbeda-beda.
Bagaimana bentuk konflik Bagi Guru: sebagai
neurotik tokoh perempuan 1. Untuk mendeskripsikan 1. Bagi guru
masukkan
Bagi Siswa:
2. Bagi dan
memberikan
siswa
dalam novel Tempurung kecenderungan neurotik
sumbangan
manfaat untuk mengetahui
karya Oka Rusmini dan yang tercermin.
pengembangan
kepribadian ilmujuga
neurotik,
Implikasi konflik neurotik 2. Untuk mengetahui
dalam pembelajran
sebagai paham refleksi dan
dalam novel Tempurung implikasi teori neurotik
KONFLIK NOVEL Mengenai
PSOKOLOGIevaluasi diri.konflik neurotik
KONFLIK
karya Oka Rusmini dalam novel Tempurung
SASTRA dalam novel. NEUROTIK
Orang lain, Penokohan terhadap pembelajaran.
terhadap pembelajaran di
lingkungan, diri
Menggali perilaku Kondisi seseorang
atau karakter merasa tidak aman
SMA Tuhan.
sendiri, dan cemas
seseorang
PSIKOANALISIS SOSIAL HORNEY (KONFLIK NEUROTIK)

Merupakan kajian yang menelaah


cerminan psikologi dalam diri para tokoh yang
MENDEKATI
PSIKOLOGI disajikan sedemikian rupa olehMenjauhi
MELAWAN pengarang
SASTRA sehingga pembaca merasa terbuai oleh problema
Kebutuhan psikologi kekuasaan
Kebutuhan kisahan (Minderop, 2010: 55)
Kebutuhan
kasih sayang kemandirian dan
dan penerimaan kebebasan
Kebutuhan mengeksploitasi
Kebutuhan rekan orang lain Kebutuhan
yang berpengaruh kesempurnaan
Kebutuhan pengakuan sosial
dalam hidup 1. Digunakan untuk menunjukkan satu metode
PSIKOANALISIS penelitian terhadap proses psikis.
Kebutuhan Kebutuhan kekaguman
membatasi 2. Digunakan sebagai satu metode untuk
pribadi
menyembuhkan gangguan psikis.
kehidupan dalam
ranah sempit (Susanto,ambisi
Kebutuhan 2012:55-57)
dan
pencapaian pribadi
NOVEL
Penokohan
Novel sebagai bagian dari karya sastra menurut Nurgiyantoro, 2009:166
berbentuk narasi yang isinya merupakan
suatu kisah sejarah atau sebuah deretan 1. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
peristiwa (Wiyatmi, 2009:28) 2. Tokoh Protagonis dan Tokoh
Antagonis
Novel merupakan karya yang bersifat 3. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat
realis dan mengandung nilai psikologi 4. Tokoh Statis dan Tokoh
yang mendalam sehingga novel dapat Berkembang
berkembang dari sejarah, surat-surat, 5. Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral
bentuk-bentuk nonfiksi atau dokumen
(Nurgiyantoro, 2009:10)
Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2006:4.
METODE Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang dan perilaku yang diamati.

Kata, kalimat, paragraf DATA

Teknik Analisis Membaca dan mencatat


Mendekati: Kecenderungan Neurotik Mendekati Orang lain
(31) “Aku mencintai mereka!” “Aku tahu Jangan galak begitu.” “Aku ikhlas
melakukan semuanya demi kebahagiaan ibu dan dua bibiku. Mereka sudah
tua. Mereka tidak bisa apa-apa lagi.” “Iya. Tapi, kau juga harus mulai
memikirkan hidupmu. Kau tidak bisa mengorbankan hidupmu untuk perempuan-
perempuan itu. Mereka juga akan sedih melihat kamu kerja keras, tapi kamu
tidak bisa mengurus diri sendiri.” “Fokusku saat ini adalah bisa hidup, bayar
kontrakan.”(34) Aku juga bertemu dengan seseorang lelaki Prancis yang terpikat pada salad pecel
(Tempurung,2017:193)
itu. Kami pun berkencan, lalu menikah. Perkawinanku hanya berumur dua tahun.
Tadinya hubunganku baik-baik saja. Kupikir lelakiku itu seorang lelaki tulen. Lelaki yang
menncintai perempuan. Ternyata dia gay. Perkawinan yang dilakukan denganku itu
semula untuk terapi. Dia berharap dengan mengawini aku, dia bisa menjelma menjadi
lelaki yang sesungguhnya. Lelaki yang normal. Kau tahu, aku begitu mencintainya.
Melebihi aku mencintai diriku sendiri. Aku nyaman berada bersamanya. Tubuhnya besar,
tinggi. Aromanya benar-benar aroma seorang lelaki sesungguhnya. Dia sangat gemar
makan cheese fondue. Aku sampai kursus khusus pada orang Swiss agar rasa
makanannya mendekati aslinya. Semua itu kulakukan demi cinta.
(Tempurung,2017:247)
Melawan Orang lain

KEBUTUHAN AKAN KEKUASAAN


(10) Hyang Jagat, kulihat anakku menggeliat ketika bibir kasar perempuan itu dijatuhkan di pipi
anakku. Bibir yang keriput. Penuh tonjolan kulit yang mengelupas karena biasa diolesi lipstik
murahan. Aku yakin tidak setetes oil pun pernah membersihkan bibirnya. Tangannya juga kasar
penuh guratan pisau. Ada beragam warna melapisi setiap guratan itu. Hitam, kuning, coklat, ada juga
yang berwarna merah. Menunjukkan dia seorang perempuan yang akrab dan sangat bersahabat
dengan dapur. Ada lingkaran hitam di jari-jarinya. Mungkin karena disentuh minyak panas. Konon,
dapur itu kerajaan, kekuasaan, dan tempat parkir paling merdeka dan nyaman bagi sebagian
perempuan. Tangan itu mengusap rambut anakku. (Tempurung,2017:60)

KEBUTUHAN MENGEKSPLOTASI ORANG LAIN


(39) Alexis mungkin perempuan hebat. Tapi, apa hak dia mengubur masa laluku?
Membunuh kenanganku? Menghancurkan setiap remeh sejarah hidupku. Sejarah
tempat sebuah cerita dimulai. Tahukah kau, aku tidak pernah melihat wajah ibuku, tidak
juga bapakku. Apakah aku ini masih bernama makhluk hidup? (Tempurung,2017:277)
KEBUTUHAN AKAN PENGAKUAN SOSIAL
(12) Hyang Jagat! Aku tidak mau bermusuhan dengan anak semata wayangku! Tidak mau! Aku
punya masa kanak-kanak yang buruk. Aku ingin jadi ibu yang baik, yang selalu dikenang oleh
anakku. Dirindukan dan dicintai dengan tulus. Bukan karena aku pernah melahirkan dia. Cinta
yang tumbuh dari hatinya. Dia datang padaku, karena dia cinta dan rindu. Bukan karena kewajiban.
Bukan karena mitos tentang ibu sebagai makhluk yang wajib dihargai. Menghormati ibu berarti
membuka peluang membuka kesuksesan pada hidup. Atau istilah durhaka pada ibu. Aku tidak ingin
dia datang karena ada mitos surga terletak di kaki ibu. Aku tidak mau anakku hidup dengan diktum
itu. Aku ingin dia datang penuh cinta. Ditaburi rindu dan kasih sayang. Pasti lezat.
(Tempurung,2017:64-65)

KEBUTUHAN KEKAGUMAN PRIBADI


(32) “Kondisi keluarga ini membuatku seperti ini, Bu. Aku ingin membuktikan pada orang-orang di
sini, perempuan juga bisa mengubah segala hal. Perempuan juga punya ide-ide cerdas, yang tidak
kalah dengan lelaki.” (Tempurung,2017:208)
Menjauhi: Kebutuhan untuk kemandirian dan kebebasan

(29) “Kau sedang bercerita tentang siapa?”


“Aku.”
“Kau pernah hamil?”
“Umur berapa?”
“Tujuh belas.”
“Lalu?”
“Aku cuti selama enam bulan. Tidak bisa ikut ujian.”
“Kudengar kau sarjana.”
“Bayiku lahir prematur dan meninggal. Setelah kejian itu, hubunganku dengan
lelaki jadi penuh perhitungan.” (Tempurung,2017:189)
SIMPULAN
1. Tokoh perempuan dalam novel Tempurung mencerminkan konflik neurotik.
2. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa novel Tempurung karya Oka Rusmini dapat dijadikan
bahan ajar terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
3. Novel Tempurung dan hasil analisisnya memiliki implikasi terhadap pembelajaran Bahasa
Indonesia yang mengacu pada kurikulum 2013 di SMA.

SARAN
1. Novel Tempurung dapat dimanfaatkan sebagai materi pembelajaran nilai-nilai dan novel.
2. Guru dapat memberikan pemahaman unsur intrinsik dan ekstrinsik dalan novel Tempurung
Melalui konflik neurotik dan juga memberikan pemahaman bagaimana penciptaan novel
melalui pengalaman, lingkungan secara langsung
DAFTAR PUSTAKA
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian: Theory Of Personality.666
Tejemahan oleh Handrianto, Jakarta.: Salemba Humanika.

Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rusmini, Oka. 2018. Tempurung. Jakarta: PT. Grasindo.

Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta. CAPS.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.

Wiyatmi, 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai