Anda di halaman 1dari 13

REFARAT

ANEMIA MIKROSITIK
70700123007 - DIN NURUL RASIDIN RUMI

SUPERVISOR :
dr. Hushaemah Syam, Sp.A
PENDAHULUAN
• Anemia didefinisikan sebagai kadar hemoglobin dua standar deviasi dibawah nilai hemoglobin rata-
rata pada usia anak tersebut.
• Klasifikasi anemia didasarkan pada ukuran sel darah merah, yang menentukan volume sel hidup rata-
rata (MCV). Jika didasarkan pada MCV, anemia dibedakan menjadi anemia mikrositik (MCV <80 fL),
normositik (80-100 fl), dan makrositik (>100 fl).
• Anemia mikrositik adalah bentuk anemia yang paling umum, baik pada anak-anak maupun orang
dewasa. Anemia mikrositik terjadi karena kekurangan sintesis hemoglobin (Hb) dalam prekursor
eritroid, menyebabkan penurunan volume sel hidup rata-rata (MCV) sel darah merah (RBC). Penyebab
paling umum dari mikrositosis tanpa adalah anemia defisiensi besi (IDA) dan α-thalassemia (α-thal).
01 DEFINISI
Anemia mikrositik didefinisikan sebagai suatu penurunan
sintesis Hb yang berkurang didasarkan pada Mean
Corpuscular Volume (MCV) dari sel darah merah/red blood
cell (RBC). Penyebab paling umum dari anemia mikrositik
adalah defisiensi zat besi (Fe 3+) dan thalassemia.
EPIDEMIOLOGI

Di Dunia Di Indonesia
50% dari kasus anemia disebabkan Di Indonesia persentase terbanyak dari
defisiensi Fe dan memengaruhi 1,5 miliar kasus anemia defisiensi besi antara lain
orang di seluruh dunia dengan prevalensi 48,1% pada kelompok usia balita dan 47,3%
tertinggi : pada kelompok usia anak sekolah. Sekitar
1. Anak-anak dengan usia <5 tahun (47%) 3,0-10,0% populasi mengidap β-thalassemia
2. Ibu hamil (42%) (β-thal) dan 2,6-11,0% populasi mengidap
3. Wanita subur (30%) α-thalassemia (α-thal).
Mikrositosis yang disebabkan dengan α-thal,
yang mempengaruhi sekitar 20% populasi
ETIOPATOFISIOLOGI
Anemia mikrositik mencakup berbagai kondisi yang terkait dengan mekanisme
patogenik Memang, kondisi-kondisi ini secara luas dapat diklasifikasikan menjadi 3 sub-
kelompok:
• Kelainan pada rantai globin (hemoglobinopati dan talasemia),
• Kelainan pada hemesintesis (sebenarnya, defisiensi protoporphyrin IX)
• Kelainan pada ketersediaan zat besi atau perolehan zat besi oleh prekursor eritroid.

Eritroid Menghasilkan
Differensiasi
Penurunan mengalami Eritrosit dengan
Eritroid
Ketersediaan Hb siklus mitosis Penurunan
Terhambat
tambahan Volume
PENEGAKAN DIAGNOSA : ANAMNESIS
a. Kekurangan asupan zat besi dari makanan
b. Kehilangan darah dalam jumlah banyak
c. Pendarahan dari saluran cerna, terutama akibat ulkus gaster dan duodenum
d. Dalam beberapa kasus, pica mungkin ada. Ini adalah preferensi untuk mengonsumsi zat-zat yang tidak bergizi seperti tanah
liat, es, dan tepung.
e. Ada pembengkakan pada jaringan esofagus dan lidah (glositis).
f. Riwayat thalassemia dan transfusi berulang, sensasi perut membesar dan penuh (hepatosplenomegali), etnis
g. Riawayat menjalani pengobatan imunosupresif pasca transplantasi organ, kelainan autoimun (artritis reumatoid, lupus
eritematosus sistemik), atau penyakit kronis lainnya (misalnya keganasan, penyakit ginjal kronis).
h. Gejala yang dapat terjadi antara lain malaise, lemas, mialgia, alpitasi, insomnia, manifestasi hipotensi ortostatik (pusing,
sakit kepala), sinkop, dan kurang nafsu makan.
PENEGAKAN DIAGNOSA :
PEMERIKSAAN FISIK

Gejala pucat pada tangan serta konjungtivitis, takikardia, peningkatan frekuensi pernapasan,
koilonychia (kuku berbentuk sendok), malaise, mialgia, alpitasi, insomnia, manifestasi hipotensi
ortostatik (pusing, sakit kepala), sinkop, dan kurang nafsu makan. Anemia berat juga dapat menyebabkan
timbulnya tanda dan gejala angina akibat penurunan pengiriman oksigen ke miosit jantung.
Pada kasus dengan riwayat thalassemia, dapat ditemukan asimtomatik tetapi dengan gejala berat dapat
ditemukan berbagai kelainan seperti gagal tumbuh, pucat progresif, diare, gangguan makan, mudah
tersinggung, infeksi berulang (demam), dan organomegali (hati dan limpa).
PENEGAKAN DIAGNOSA :
PEMERIKSAAN PENUNJANG

● Hitung darah lengkap atau Complete Blood Count (CBC)


● Gold standard dalam diagnosis thalassemia adalah elektroforesis Hb dengan
menggunakan metode uji varians Hb kuantitatif, HbA2 kuantitatif, HbF,
elektroforesis Hb kapiler, atau kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC).
● Tes selanjutnya yang harus dilakukan adalah studi zat besi atau Test Iron
Binding Capacity (TIBC). Kadar feritin <12 ng/ml tanpa adanya penyakit
penyerta merupakan indikator kuat suatu anemia defisiensi besi.
● Apusan darah tepi akan menunjukkan sel darah merah berukuran kecil dengan
sel pensil.
TATALAKSANA
Terapi mencakup 325 mg besi sulfat tiga kali sehari secara oral.
Produk zat besi parenteral dapat digunakan ketika:
a. Obat oral menghasilkan efek samping yang tiada henti
b. Anemia resisten terhadap terapi oral
c. Ada beberapa penyakit git yang mencegah penyerapan zat besi yang tepat
d. Ada kehilangan darah terus-menerus yang tidak dapat diperbaiki dengan suplementasi oral.
Sediaan zat besi dengan sorbitol diinfuskan perlahan selama 5 menit dengan dosis 50 mg/kg berat badan pada
pria dan 35 mg/kg berat badan pada wanita.
Tranfusi dapat menjadi terapi utama dengan indikasi pasien menderita thalassemia mayor atau anemia akibat
penyakit kronik dengan Hb <7 g/dL, atau dan mempunyai gangguan perkembangan, dan/atau kelainan tulang
akibat thalassemia.
PROGNOSIS

Defisiensi Besi Thalassemia Penyakit Kronik


Umumnya baik dengan Dengan tranfusi yang adekuat, Prognosis pasien anemia kronis
pengobatan yang adekuat pasien memiliki persentase sangat bervariasi. Angka
kelangsungan hidup yang kesakitan dan kematian sangat
tetapi dapat terus berulang
tinggi tetapi pasien dengan bergantung pada penyakit yang
jika memiliki riwayat riwayat penyakit seperti mendasarinya, baik pada
penyakit penyerta berat kegagalan mencapai pubertas stadium awal maupun stadium
spontan, gagal jantung, lanjut.
hipotiroidisme, diabetes
mellitus, dan gangguan
psikososial memiliki prognosis
yang buruk
INTEGRASI KEISLAMAN

ٍۚ‫َخ َلَق اِاْلْن ساَن ِم ْن َع َلق‬


Artirnya :
“Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS. Al-Alaq [96]:2)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai