Anda di halaman 1dari 11

SISTEM KRIOGENIK

PENDAHULUAN Bahan pangan atau makanan jika dibiarkan di udara terbuka pada suhu kamar akan mengalami kerusakan atau bahkan kebusukan. Kerusakan atau kebusukan bahan pangan atau makanan dapat berlangsung cepat atau lambat tergantung dari jenis bahan pangan atau makanan yang bersangkutan dan kondisi lingkungan dimana bahan pangan atau makanan diletakkan. Bahan pangan yang berasal dan hewan seperti daging, susu, telur dan ikan dalam keadaan segar adalah kelompok bahan pangan yang paling mudah rusak (perishable foods ). Dalam waktu beberapa jam saja pada suhu kamar, jika tidak segera dimasak, bahan pangan dari kelompok ini akan rusak atau busuk. Bahan pangan yang berasal dari tanaman seperti buah-buahan dan sayuran dalam keadaan segar adalah kelompok bahan pangan yang agak mudah rusak. Tidak seperti kelompok bahan pangan hewani, kelompok bahan pangan ini tergantung pada jenisnya relatif dapat tahan beberapa hari pada suhu kamar sebelum menjadi busuk. Buah-buahan seperti mangga dan pisang setelah dipetik akan mengalami proses pematangan dan kemudian dilanjutkan dengan proses pembusukan. Pembekuan adalah salah satu cara untuk mengawetkan produk pertanian
atau produk pangan dan produk-produk lainnya untuk selang waktu relatif lama sebelum dikonsumsi. Pada umumnya pembekuan produk pangan menggunakan teknologi pembekuan (refrigerant) konvensional berbahan pendingin amonia atau di masa lalu menggunakan freon-CFC (chloroflurocarbon) yang ternyata terbukti menjadi gas-gas penyebab kerusakan ozon. Teknologi pembekuan seperti ini juga telah ditemukan memiliki kelemahan karena tingkat pendinginan yang kurang rendah suhunya dan relatif tidak stabil sehingga tidak menjamin keawetan produk pangan yang dibekukan Pembekuan adalah salah satu cara untuk mengawetkan produk pertanian atau produk pangan dan produkproduk lainnya untuk selang waktu relatif lama sebelum dikonsumsi. Pada umumnya pembekuan produk pangan menggunakan teknologi pembekuan (refrigerant) konvensional berbahan pendingin amonia atau di masa lalu menggunakan freon-CFC (chloroflurocarbon) yang ternyata terbukti menjadi gas-gas penyebab kerusakan ozon. Teknologi pembekuan seperti ini juga telah ditemukan memiliki kelemahan karena tingkat pendinginan yang kurang rendah suhunya dan relatif tidak stabil sehingga tidak menjamin keawetan produk pangan yang dibekukan

Kriogenik (cryogenic) merupakan salah satu teknologi pembekuan yang sebetulnya bukan tergolong ide yang baru. Metode pembekuan pada teknologi ini menggunakan gas yang dimanfaatkan menjadi cairan (liquid) misalnya nitrogen (N2) dan karbon dioksida (CO2). Nitrogen cair sebagaimana telah diketahui sejak lama, dipergunakan sebagai pembeku bahan-bahan organik untuk keperluan penyimpanan dan ekstraksi bahan-bahan penelitian bidang biologi terapan. Karbon dioksida cair pun telah sejak lama dipergunakan untuk pengisi tabung pemadam kebakaran. Nitrogen cair memiliki
titik didih pada suhu -195,8 derajat C, sedangkan karbon dioksida cair -57 C. Pada suhu yang lebih tinggi dari suhu tersebut, nitrogen dan karbon dioksida akan berbentuk gas volatil, sehingga umumnya nitrogen cair dan karbon dioksida cair berada pada suhu lebih rendah daripada titik didihnya. Dengan suhu yang sedemikian dingin, baik nitrogen cair maupun karbon dioksida cair mempunyai kemampuan membekukan bahan organik yang relatif lebih efektif daripada pendingin berbahan amonia ataupun freon. Suntory, sebuah

perusahaan minuman di Jepang mengunakan metode cryogenic ini sebagai metode baru untuk produksi minuman sehingga kualitas kesegaran minuman terjaga. Dalam kondisi suhu -195 C buah dihancurkan menjadi tepung kemudian dibuat minuman.

Nitrogen cair memiliki titik didih pada suhu -195,8 derajat C, sedangkan karbon dioksida cair -57 C. Pada suhu yang lebih tinggi dari suhu tersebut, nitrogen dan karbon dioksida akan berbentuk gas volatil, sehingga umumnya nitrogen cair dan karbon dioksida cair berada pada suhu lebih rendah daripada titik didihnya. Dengan suhu yang sedemikian dingin, baik nitrogen cair maupun karbon dioksida cair mempunyai kemampuan membekukan bahan organik yang relatif lebih efektif daripada pendingin berbahan amonia ataupun freon. Suntory, sebuah perusahaan minuman di Jepang mengunakan metode cryogenic ini sebagai metode baru untuk produksi minuman sehingga kualitas kesegaran minuman terjaga. Dalam kondisi suhu -195 C buah dihancurkan menjadi tepung kemudian dibuat minuman. Sistem refrigerasi kriogenik sebenarnya hampir mirip dengan kompresi uap hanya saja kompresornya sampai 200 bar, dan dipasang secara seri. Untuk menghasilkan udara cair dalam jumlah yang besar sehingga dapat dihasilkan CO, cair, O, Nitrogen, DLL. Kegunaan udara cair namun udara cair juga memiliki sifat yang merugikan / berbahaya. Di negara-negara maju, studi mengenai aplikasi teknologi kriogenik untuk pembekuan produk pangan telah dimulai sejak dekade 1990-an. Beberapa kelebihan teknologi kriogenik untuk pembekuan produk pangan dibandingkan teknologi pembekuan konvensional telah ditemukan, seperti : * 1) teknologi kriogenik mempunyai kemampuan mencegah rusaknya adenosintrifosfat (ATP) pada produk pangan laut segar selama periode penyimpanan. * 2) mampu mempercepat pembekuan produk pangan seperti daging dan telur. * 3) menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak produk pangan lebih baik. * 4) mencegah rusaknya nutrisi produk pangan lebih baik. Pada saat ini studi mengenai aplikasi teknologi kriogenik untuk pembekuan produk pangan lebih diarahkan pada perancangan kontainer atau jaket pendingin, mengingat gas cair seperti nitrogen cair dianggap terlalu berbahaya untuk dibawa seenaknya dalam transportasi produk pangan. Dan yang paling mutakhir saat ini yaitu upaya menggunakan teknologi nano material dalam rangka mencari bahan terbaik untuk digunakan sebagai kontainer atau jaket pendingin kriogenik termasuk pipa vakum kriogeniknya. Peralatan Utama Pada System Kriogenik atau Peralatan utama pada system pencairan dan pendinginan pada suhu rendah( suhu minimum ) umumnya terdiri dari : * heat exchanger * kompresor * expander

GAMBAR ALAT KRIOGENIK

Heat Exchanger Beberapa syarat utama heat exchanger untuk aplikasi suhu rendah diantaranya : * 1. perbedaan suhu aliran panas dan dingin yang kecil untuk meningkatkan efisiensi * 2. perbandingan luas permukaan terhadapa volume yang besar untuk meminimalkan kebocoran * 3. perpindahan panas yang tinggi untuk mengurangi luas permukaan * 4. masa yang rendah untuk meminimalkan waktu star up * 5. kemampuan menerima tekanan yang tinggi Jenis-jenis heat exchanger yang digunakan adalah : 1. heat exchanger tabung konsentrik dan tipe Collins 2. coiled tube heat exchanger 3. plate- fin heat exchanger

). Kompresor reciprocating

). Kompresor sentrifugal

Bahan pangan nabati seperti biji-bijian dan kacang-kacangan yang sudah dikeringkan adalah kelompok bahan pangan yang sifatnya relatif awet pada suhu kamar. Dengan kadar air 14% atau kurang umumnya bahan pangan ini dapat disimpan dalam keadaan segar dan kering cukup lama di dalam tempat penyimpanan yang juga kering. Sebagai contoh, gabah, beras, kedelai, jagung dan biji-bijian serta kacang-kacangan lainnya dalam keadaan kering dapat disimpan beberapa bulan di dalam gudang yang kering. Pendinginan umumnya merupakan suatu metode pengawetan yang ringan, pengaruhnya kecil sekali terhadap mutu bahan pangan secara keseluruhan. Oleh sebab itu pendinginan seperti di dalam lemari es sangat cocok untuk memperpanjang kesegaran atau masa simpan sayuran dan buah-buahan. Sayuran dan buah-buahan tropis tidak tahan terhadap suhu rendah dan ketahanan terhadap suhu rendah ini berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Sebagai contoh, buah pisang dan tomat tidak boleh disimpan pada suhu lebih rendah dari 13 0C karena akan mengalami chilling injury yaitu kerusakan karena suhu rendah. Buah pisang yang disimpan pada suhu terlalu rendah kulitnya akan menjadi bernoda hitam atau berubah menjadi coklat, sedangkan buah tomat akan menjadi lunak karena teksturnya rusak. Pendinginan adalah teknik yang paling terkenal karena sering digunakan oleh masyarakat umum di desa dan di kota. Konsep dan teori dari sistem pendinginan adalah memasukkan makanan pada tempat atau ruangan yang bersuhu sangat rendah. Untuk mendinginkan makanan atau minuman bisa dengan memasukkannya ke dalam kulkas atau lemari es atau bisa juga dengan menaruh di wadah yang berisies. Biasanya para nelayan menggunakan wadah yang berisi es untuk mengawetkan ikan hasil tangkapannya. Di rumah-rumah biasanya menggunakan lemari es untuk mengawetkan sayur, buah, daging, sosis, telur, dan lain sebagainya. Suhu untuk mendinginkan makanan biasa biasanya bersuhu 15 derajat celsius. Sedangkan agar tahan lama biasanya disimpan pada tempat yang bersuhu 0 sampai -4 derajat selsius. PENDINGINAN PRODUK PANGAN Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia adalah gizi yang diperoleh dari makanan sehari-hari. Jenis dan cara pengolahan bahan pangan sangat menentukan kadar gizi hasil olahan makanan tersebut. Kebutuhan pangan dan gizi keluarga dapat terpenuhi dari ketersediaan pangan setempat, daya beli yang terjangkau dan memenuhi syarat menu seimbang. Sudah diketahui bahwa bahan pangan, seperti daging, ikan, telur, sayur maupun buah, tidak dapat disimpan lama dalam suhu ruang. Masa simpan bahan pangan dapat diperpanjang dengan disimpan pada suhu rendah; dikeringkan dengan sinar matahari atau panas buatan; dipanaskan dengan perebusan; diragikan

dengan bantuan ragi, jamur atau bakteri; dan ditambah bahan-bahan kimia seperti garam, gula, asam dan lain-lain. Penyimpanan bahan pangan pada suhu rendah dapat memperlambat reaksi metabolisme, Selain itu dapat juga menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab kerusakan atau kebusukan bahan pangan. Cara pengawetan bahan pangan pada suhu rendah dibedakan menjadi 2 (dua) cara yaitu pendinginan dan pembekuan. Pendinginan adalah penyimpanan bahan pangan pada suhu di atas titik beku (di atas 0o C), sedangkan pembekuan dilakukan di bawah titik beku. Pendinginan biasanya dapat memperpanjang masa simpan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, sedangkan pembekuan dapat bertahan lebih lama sampai beberapa bulan. Pendinginan dan pembekuan masing-masing berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, warna,nilai gizi dan sifat-sifat lainnya. Pengawetan dengan jalan pendinginan dapat dilakukan dengan penambahan es yang berfungsi mendinginkan dengan cepat suhu 0o C, kemudian menjaga suhu selama penyimpanan. Jumlah es yang digunakan tergantung pada jumlah dan suhu bahan, bentuk dan kondisi tempat penyimpanan, serta penyimpanan atau panjang perjalanan selama pengangkutan. Bahan pangan yang diawetkan dengan cara pendinginan tidak mengalami perubahan, sedangkan dengan cara pengeringan bahan mengalami sedikit peruhanan rasa. Bahan pangan yang diawetkan dengan pemanasan, peragian atau penambahan bahan-bahan kimia akan berubah baik rasa, bentuk maupun tampilannya, misalnyua selai, sari buah, tempe, kecap, tapai dan lain-lain. Untuk kebutuhan keluarga, daya tahan bahan pangan dapat diperpanjang untuk waktu tertentu apabila disimpan pada suhu rendah, misalnya dalam lemari es. Namun masih banyak masyarakat yang belum mampu memiliki lemari es yang masih tergolong barang mewah. Selain itu masih banyak tempat tinggal di desa yang belum menggunakan listrik. Oleh karena itu, pengetahuan cara mengolah dan mengawetkan bahan pangan untuk memperpanjang masa simpannya perlu diketahui oleh masyarakat pedesaan atau yang ekonominya masih rendah. Pengetahuan cara mengolah bahan pangan untuk memperpanjang masa simpannya dapat digunakan oleh masyarakat yang tertinggal jauh dari pasar atau untuk mengatasi kelebihan hasil panen. Hasil dari olahan bahan pangan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau diperdagangkan. Selain untuk memeperpanjang masa simpan, pengolahan atau pengawetan bahan pangan juga dimaksudkan untuk menganekaragamkan pangan, meningkatkan nilai gizi, nilai ekonomi, dayaguna, memperbaiki mutu bahan pangan dan mempermudah pemasaran dan pengangkutan. Proses pendinginan produk pangan Tahap pendinginan dilakukan setelah proses sterilisasi berakhir. Di dalam proses pendinginan bertekanan (pressure cooling) tekanan di dalam retort dipertahankan selama pendinginan berlangsung sampai tekanan internal di dalam kaleng mencapai tingkat yang aman. Untuk industri besar, proses pendinginan biasanya dilakukan secara otomatis di dalam retort, yaitu sesaat setelah katup uap dimatikan maka segera dibuka katup air dingin. Untuk ukuran kaleng yang besar, maka tekanan udara dalam retort perlu dikendalikan sehingga tidak menyebabkan terjadinya kaleng-kaleng yang menggelembung dan rusak. Tidak ada waktu tertentu untuk pendinginan tekanan karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti jenis produk, ukuran kaleng, suhu proses, suhu air, dan jumlah air yang digunakan. Sebagai contoh, kaleng yang berukuran diameter

401 atau yang lebih besar membutuhkan pendinginan bertekanan jika proses dilakukan pada suhu 240oF (116oC) atau lebih tinggi lagi. Dalam beberapa hal, jika suhu retort yang lebih rendah digunakan, ukuran kaleng yang lebih kecil mungkin saja diproses tanpa pendinginan bertekanan. Sebaliknya kaleng yang berukuran diameter lebih kecil dari 401 mungkin membutuhkan pendinginan bertekanan jika suhu proses yang digunakan lebih tinggi dari 250oF (121oC). Pendinginan pasca sterilisasi dapat menyebabkan rekontaminasi dari air pendingin ke dalam produk. Untuk itu perlu dipastikan bahwa air pendingin yang digunakan memenuhi persyaratan mikrobiologis. Pendinginan dilakukan secepatnya setelah proses sterilisasi selesai untuk mencegah pertumbuhan kembali bakteri, terutama bakteri termofilik. Perendaman kaleng dalam air pendingin lebih direkomendasikan daripada dengan sistem penyemprotan air pendingin. Pendinginan dimulai dengan membuka saluran air pendingin dan menutup keran-keran lainnya. Air pendingin dapat dialirkan melalui dua saluran, yaitu bagian bawah dan bagian atas retort. Pemasukan air mula-mula dilakukan secara perlahan-lahan agar tidak terjadi peningkatan tekanan secara drastis. Peningkatan tekanan secara drastis tersebut harus dicegah karena dapat menyebabkan kaleng menjadi penyok atau rusak pada bagian pinggirnya disebabkan kaleng tidak mampu menahan kenaikan te-kanan tersebut. Air dialirkan dari bagian bawah dahulu agar secara bertahap dapat mengkondensasikan sisa uap yang ada dan baru bagian atas dibuka. Pada saat retort telah penuh dengan air, aliran dapat lebih deras dialirkan. Selama proses pendinginan berlangsung, perlu dilakukan pengontrolan tekanan secara terus menerus untuk mencegah terjadinya koleps pada kaleng, yaitu terjadinya penyok pada kaleng disebabkan tekanan yang terlalu tinggi. Proses pendinginan dinyatakan selesai bila suhu air dalam retort telah mencapai 38 - 42C. Suhu tersebut dapat dilihat pada catatan rekorder. Aliran air pendingin kemudian dihentikan dan air dikeluarkan.
. Gambar Proses pendinginan produk pangan setelah sterilisasi

Contoh aplikasi pendinginan produk pangan 1. Aplikasi Cryogenic Untuk Pembekuan Produk Pangan Pengolahan bahan pangan dengan tujuan memperpanjang masa simpan harus dilakukan dengan hati-hati karena hasil olahan tersebut harus bebas kuman, bakteri atau jamur. Selain itu harus diusahakan agar nilai gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut tidak banyak berkurang karena proses pengolahan. Pendinginan memberikan berbagai manfaat dalam penyimpanan produk pangan terutama bagi industri pangan, misalnya untuk menghambat penurunan kadar nutrisi, menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak pangan dan bahkan pada beberapa produk pangan memberikan manfaat organoleptik (rasa pangan yang lebih enak). Pada umumnya pendinginan produk pangan menggunakan teknologi pendinginan (refrigerant) konvensional berbahan pendingin amonia atau di masa lalu menggunakan freon-CFC (chloroflurocarbon) yang ternyata terbukti menjadi gas-gas penyebab kerusakan ozon. Teknologi pembekuan seperti ini juga telah ditemukan memiliki kelemahan karena tingkat pendinginan yang kurang rendah suhunya dan relatif tidak stabil sehingga tidak menjamin keawetan produk pangan. Pada penggunaan ammonia sebagai bahan pendingin, suhu terdingin yang dapat dicapai untuk refrigeran produk pangan

yaitu antara -1 derajat Celsius sampai dengan -46 derajat Celsius. Kriogenik (cryogenic) merupakan salah satu teknologi pendinginan yang sebetulnya bukan tergolong ide yang baru. Metode pendinginan pada teknologi ini menggunakan gas yang dimampatkan menjadi cairan (liquid) misalnya nitrogen (N2) dan karbon dioksida (CO2). Nitrogen cair sebagaimana telah diketahui sejak lama, dipergunakan sebagai pendingin bahan-bahan organik untuk keperluan penyimpanan dan ekstraksi bahan-bahan penelitian bidang biologi terapan. Karbon dioksida cair pun telah sejak lama dipergunakan untuk pengisi tabung pemadam kebakaran. Nitrogen cair memiliki titik didih pada suhu -195,8 derajat Celsius, sedangkan karbon dioksida cair -57 derajat Celsius. Pada suhu yang lebih tinggi dari suhu tersebut, nitrogen dan karbon dioksida akan berbentuk gas volatil, sehingga umumnya nitrogen cair dan karbon dioksida cair berada pada suhu lebih rendah daripada titik didihnya. Dengan suhu yang sedemikian dingin, baik nitrogen cair maupun karbon dioksida cair mempunyai kemampuan mendinginkan bahan organik yang relatif lebih efektif daripada pendingin berbahan amonia ataupun freon. Suntory, sebuah perusahaan minuman di Jepang mengunakan metode cryogenic ini sebagai metode baru untuk produksi minuman sehingga kualitas kesegaran minuman terjaga. Dalam kondisi suhu -195 derajat celcius buah dihancurkan menjadi tepung kemudian dibuat minuman. Di negara-negara maju, studi mengenai aplikasi teknologi kriogenik untuk pendinginan produk pangan telah dimulai sejak dekade 1990-an. Beberapa kelebihan teknologi kriogenik untuk pendinginan produk pangan dibandingkan teknologi pembekuan konvensional telah ditemukan, di antaranya yaitu : 1. Teknologi kriogenik mempunyai kemampuan mencegah rusaknya adenosintrifosfat (ATP) pada produk pangan laut segar selama periode penyimpanan. 2. Mampu mempercepat pembekuan produk pangan seperti daging dan telur. 3. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak produk pangan lebih baik. 4. Mencegah rusaknya nutrisi produk pangan lebih baik. Pada saat ini studi mengenai aplikasi teknologi kriogenik untuk pendinginan produk pangan lebih diarahkan pada perancangan kontainer atau jaket pendingin, mengingat gas cair seperti nitrogen cair dianggap terlalu berbahaya untuk dibawa seenaknya dalam transportasi produk pangan. Selain itu studi juga diarahkan kepada stabilitas suhu disertai perancangan pengontrolnya, dan selanjutnya variasi produk pangan yang dapat didinginnkan secara efektif dengan teknologi kriogenik. Dan yang paling mutakhir saat ini yaitu upaya menggunakan teknologi nano material dalam rangka mencari bahan terbaik untuk digunakan sebagai kontainer atau jaket pendingin kriogenik termasuk pipa vakum kriogeniknya. 2. Mesin Pembekuan dan Pendinginan Tipe Tunnel ("Inline" atau "Continuous ") Sistem pembekuan dan pendinginan dengan nitrogen cair menawarkan alternatif yang lebih efektif dan hemat biaya dibandingkan metode tradisional dalam proses pembekuan dan pendinginan makanan dalam jumlah yang besar dan waktu yang singkat, serta memerlukan ruangan yang lebih kecil. Sistem kami tersedia dalam berbagai macam ukuran, sehingga cukup fleksibel untuk diakomodasikan pada ruangan produksi yang tersedia dengan biaya investasi yang minimum.

Freezer tipe tunnel adalah bagian utama dari sistem pembekuan menggunakan nitrogen cair kami. Freezer tersebut pertama kali diperkenalkan pada tahun 1965, dengan nama CRYO-QUICK yang dapat memberikan solusi bagi seluruh kebutuhan produksi dalam proses pembekuan Anda. Sistem ini dirancang agar dapat digunakan secara mandiri atau digabungkan bersama dengan sistem immersion freezer kami atau dengan peralatan lainnya dari tipe CRYOQUICK lainnya, yang terus dikembangkan oleh Air Products. Produk yang umumnya dibekukan dengan freezer jenis ini adalah daging potong, burger, fillet ikan, daging unggas, seafood, bakeri, ice cream, appetizer, makanan etnis dan makanan siap saji. 3. Mobil Box Pendingin Sebagai keluarga Mesin Makanan ,Mobil Box Pendingin adalah bagian sangat penting bagi Usaha Makanan, Van Refrigeration yang ada pada mobil box pendingin ini adalah sistim pendingin untukdigunakan pada angkutan Van atau truck yang dapat mengatur suhu muatan didalam Box Pendingin. Mobil Box Pendingin ini memliki beragam suhu yang diinginkan mulai dari suhu -25 C sampai dengan + 26 C, suhu dapat Disesuaikan dgn kebutuhan.Mesin Makanan ini dapat menjaga makanan dalam kondisi yang Fresh,mutu terjaga dengan baik dan tetap mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Mobil Box Pendingin produk kita sangat cocok untuk mengangkut Coklat,Susu Segar, Telur, Buah, Sayuran,Ice Cream,Vaccine atau Vaksin
Gambar Mobil Box Pendingin

KESIMPULAN Dari beberapa uraian di atas maka kita dapat mengambil beberapa kesimpulan mengenai pendinginan produk pangan ini, antara lain adalah sebaga berkut: 1. Bahan pangan akan sangat mudah rusak atau busuk apabila di letakkan atau di simpan pada di tempat yang memilik suhu kamar, oleh karena itu perlu adanya suatu kegiatan yang dapat memperpanjang umur dari bahan pangan dan salah satu caranya adalah melalui proses pendinginan 2. Pendinginan umumnya merupakan suatu metode pengawetan yang ringan, pengaruhnya kecil sekali terhadap mutu bahan pangan secara keseluruhan. Oleh sebab itu pendinginan seperti di dalam lemari es sangat cocok untuk memperpanjang kesegaran atau masa simpan sayuran dan buah-buahan 3. Pendinginan pasca sterilisasi dapat menyebabkan rekontaminasi dari air pendingin ke dalam produk. Untuk itu perlu dipastikan bahwa air pendingin yang digunakan memenuhi persyaratan mikrobiologis. Pendinginan dilakukan secepat-nya setelah proses sterilisasi selesai untuk mencegah pertumbuhan kembali bak-teri, terutama bakteri termofilik. 4. Beberapa contoh aplikas pendinginan produk pangan adalah: - Aplikasi Cryogenic Untuk Pembekuan Produk Pangan - Mesin Pembekuan dan Pendinginan Tipe Tunnel ("Inline" atau "Continuous ") - Mobil Box Pendingin DAFTAR PUSTAKA Hariyadi,P (Editor). 2000. Dasar-dasar Teori dan Praktek Proses Termal. Pusat Studi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Holdsworth,S.D. 1997. Thermal Processing of Packaged Foods. Blackie Academic & Professional, London. Maroulis,Z.B dan Saravacos,G.D. 2003. Food Process Design. Marcel Dekker,Inc. New York. Ramaswamy,H. dan Marcotte,M. 2006. Food Processing: Principles and Application. Taylor & Francis. Boca Raton. Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, 2001. Analisis Kadar Histamin. BBPPHP, Jakarta. Anonimous. 2001. Materi Penyuluhan Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga. Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Sleman. Sleman.

Anda mungkin juga menyukai