Begitu pula data yang diperoleh dari angket dan tes pilihan ganda, terlihat bahwa adanya peningkatan pemahaman siswa (pre-post student) namun tetap saja prensentase siswa yang menjawab dengan tepat masih sedikit sekali. Pada percobaan cermin cekung. sama dengan penelitian dengan menggunakan lensa cembung, peneliti juga merancang empat tugas (pertanyaan) yang harus dikerjakan siswa. Tugasnya meliputi pertanyaan tentang bagaimana posisi bayangan pada layar, (1) jika cermin cekung diganti dengan cermin datar? (2) jika bagian dari cermin ditutup (3) jika layar dipindahkan kedepan cermin, (4) dan jika layar dihilangkan. Hasilnya lebih dari setengah siswa mampu menjawab posisi bayangan pada layar dengan tepat, yaitu bayangan yang terbentuk adalah diperbesar, terbalik, dan nyata. Berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada banyak sekali siswa yang belum memahami konsep pembentukan bayangan. Pun demikian dengan kinerja yang dilakukan oleh mahasiswa dalam memahami konsep pembentukan bayangan nyata. Penelitian ini membuktikan bahwa tidak ada satupun yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan tepat. Setengah dari jumlah mahasiswa gagal di lebih dari setengah tugas yang diberikan. Seperti yang sudah disebutkan diawal bahwa mahasiswa ini mampu menetukan letak bayangan dan menentukan persamaan pada lensa, namun mereka sering tidak mampu menghubungkan dan menginterpretasikan pengetahuan mereka jika dihadapkan pada percobaan langsung. Untuk mengatasi masalah ini, maka diperlukan strategi pembelajaran yang sesuai, yaitu strategi yang membuat si siswa itu tertarik, salah sastunya bisa dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran itu sendiri misalnya saja melalui demonstrasi. Dengan harapan siswa mampu menerapkan konsepnya kedalam kehidupan sehari-hari. Peneliti telah menemukan bahwa tingkat pemahaman siswa tentang optica geometri tidaklah muncul secara spontan melainkan dibutuhkan penekanan untuk memecahkan sejumlah masalah dengan tujuan meningkatkan kualitas tingkat pemahaman siswa.