Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ANALISIS JURNAL KUALITATIF

MATA KULIAH : METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

JUDUL JURNAL : TERAPI BERHENTI MEROKOK (STUDI KASUS 3 PEROKOK BERAT)

Dosen : DR. KOMARUDIN, M.Si

Oleh:
TATA SUHARTA 7816120887

PROGRAM PASCASARJANA PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN


(KONSENTRASI KEPENGAWASAN)

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2012/2013

ANALISIS JURNAL KUALITATIF Oleh Tata Suharta, S.si

IDENTITAS JURNAL 1. Judul Jurnal: TERAPI BERHENTI MEROKOK (STUDI KASUS 3 PEROKOK BERAT) 2. Penulis : Nurhidayati Fawzani Atik Triratnawati

3. Sumber : JURNAL MAKARA KESEHATAN, VOL. 9, NO. 1, JUNI 2005 Hal: 15-22 Di download di: http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/download/342/338 Pada tanggal 02 Mei 2013 jam 20.00 WIB ANALISIS ISI JURNAL A. Topik/tema/masalah Topik Penelitian ini adalah cara sukses terapi berhenti merokok (Smoking Cessation Therapy) dan faktor-faktor alasan berhenti merokok melalui penelitian studi kasus 3 orang perokok berat yang dilakukan pada tahun 2004 di Yogyakarta dengan metode pengobatan, perubahan perilaku, dan dorongan positif. B. Latar belakang Permasalahan penelitian ini adalah kurangnya pemahaman terhadap bahaya merokok. Masalah rokok yang menjadi persoalan sosial ekonomi, karena dari perokok aktif adalah mereka berasal dari penduduk miskin atau

ekonomi lemah yang sehari-harinya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Adapun penyebab utama kematian para perokok itu adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru, dan stroke. Selain kanker juga menyebabkan gangguan stress serta menurunkan produktivitas pekerja. Menghentikan perilaku merokok bukanlah usaha mudah, terlebih lagi bagi perokok di Indonesia. Di Indonesia, terapi berhenti merokok melalui bagian berhenti merokok atau smoking cessation section belum banyak dikenal. C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara sukses informan berhenti merokok , mengetahui faktor-faktor kemudahan berhenti merokok serta terapi dan pelayanan kesehatan yang mereka pilih untuk mengupayakan berhenti merokok.

D. Metode Bagian ini mencakup pemaparan mengenai bagaimana cara meneliti objek kajian, teknik pengambilan data/ sampel, cara perlakuan terhadap sampel, serta pengolahan dan analisis data. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dimana metode kualitatif menekankan atau fokus pada gejala sosial dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, kasus serta sejumlah bukti yang memungkinkan orang untuk memahami arti apa yang sedang terjadi. Apa yang mereka ceriterakan atau perbuat akan diinterpretasi oleh peneliti.

Strategi pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus tunggal terpancang. Alasan pemilihan studi kasus oleh peneliti karena fokus penelitiannya terletak pada fenomena-fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata, peneliti tidak memiliki peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diteliti, serta pokok pertanyaan penelitian ini berkenaan dengan mengapa dan bagaimana, sesuai dengan pengalaman masing-masing informan sebagai perokok yang berbeda satu dengan yang lain. Penelitian case study dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat itu, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Penelitian ini dilakukan tahun 2004 dengan mengambil lokasi di Kota Yogyakarta. Alasan khusus penulis memilih lokasi ini karena di wilayah tersebut banyak sekali perilaku merokok di kalangan anak di bawah usia 18 tahun. Sumber data berasal dari para informan mantan perokok berat. Sampling diambil dengan teknik purposive sampling yang dilakukan dengan memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah yang hendak diteliti secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Menurut Spradley dalam Gillham1 ada lima persyaratan untuk memilih informan yang baik. Pertama, enkulturasi penuh. Enkulturasi merupakan proses alami dalam mempelajari suatu budaya tertentu. Informan yang potensial bervariasi tingkat enkulturasi mereka dan mereka mengetahui budayanya dengan baik. Kedua, keterlibatan langsung. Artinya,
1

ketika

informan terlibat dalam suasana budaya,

mereka

Gillham B. Case study research methods. London: Continuum, 2000. Halaman l0

menggunakan pengetahuan mereka untuk membimbing tindakannya. Mereka membuat interpretasi mengenai berbagai kejadian baru dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, suasana budaya yang dikenal oleh informan, karena terenkulturasi secara penuh. Keempat, waktu yang cukup untuk wawancara. Setidaknya pendekatan ini membutuhkan enam sampai tujuh kali wawancara. Setiap wawancara berlangsung selama satu jam. Kelima, non-analitis. Artinya, informan menggunakan bahasa mereka untuk mendeskripsikan berbagai kejadian dan tindakan tanpa analisis dari kejadian dan tindakan itu. Setelah dilakukan pemilihan informan diketahui bahwa ketiga informan dalam penelitian ini telah memenuhi kelima syarat di atas sebagai informan yang baik. Data yang terkumpul berupa data kualitatif deskriptif informan mulai mengenal rokok sampai kecanduan rokok. Selain itu, diperoleh pula data mengenai proses berhenti merokok hingga peristiwa yang menyebabkan dia berhenti dari merokok. Data lisan diperoleh dari hasil wawancara mendalam terhadap informan. Data tulisan diperoleh dari studi literatur, internet, koran, dan majalah lainnya. Selama wawancara dilakukan di lapangan, tape recorder digunakan sebagai proses perekaman, sehingga data tersimpan dengan baik. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara mendalam. Data ini merupakan data primer yang masih mentah dari lapangan kemudian dipilah -pilah disesuaikan dengan tema (rekontekstualisasi). Data diurutkan berdasarkan konteks, sehingga menjadi rasional. Pada penelitian studi kasus perokok ini kurang kedalaman penelitiannya karena hanya dipusatkan pada fase tertentu saja atau salah satu aspek tertentu dari informan sebelum memperoleh gambaran umum tentang kasus tersebut. Karena studi kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk memperoleh gambaran umum namun tanpa

menemukan sesuatu atau beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Disamping itu, studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Seharusnya dalam studi kasus yang diteliti data diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Yang membedakan metode studi kasus dengan metode penelitian kualitatif lainnya adalah kedalaman analisisnya pada kasus yang lebih spesifik (baik kejadian maupun fenomena tertentu). Biasanya pendekatan triangulasi juga digunakan untuk menguji keabsahan data dan menemukan kebenaran objektif sesungguhnya. Metode ini sangat tepat untuk menganalisis kejadian tertentu disuatu tempat tertentu dan waktu yang tertentu pula. Kelemahan pada metode penelitian ini adalah masalah validitas data penelitian, karena dalam penelitian hanya menggunakan triangulasi sumber harusnya juga digunakan triangulasi metode. Jumlah informan dalam penelitian ini pun hanya tiga orang yang bisa diwawancarai, karena kebanyakan dari informan yang mantan perokok tidak bersedia

menceritakan masa lalunya. Hal ini karena para mantan perokok biasanya tidak mengakui bahwa dirinya pernah menjadi perokok berat. Hal itulah yang menyebabkan kurangnya sumber informasi atau data dalam penelitian ini. Seharusnya dengan adanya berbagai sumber data, peneliti dapat meyakinkan kebenaran dan keakuratan data yang diperolehnya dengan mengecek saling-silangkan antar data yang diperoleh. Namun

walaupun subjek yang diteliti terbatas, hal ini bisa diatasi dengan memperluas dimensi dari variabel-variabel dan fokus yang diteliti sehingga penelitian yang dilakukan dapat lebih intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu kasus (individu/kelompok).

Ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam mengumpulkan buktibukti/data studi kasus, pertama penggunaan sumber bukti-bukti dari dua atau lebih sumber, tetapi menyatu dengan serangkaian fakta atau temuan yang sama. Kedua, penggunaan data primer dan kumpulan formal bukti yang berlainan dari laporan akhir studi kasus yang bersangkutan. Dan ketiga, penggunaan serangkaian bukti dan keterkatitan secara eksplisit antara pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, data yangg terkumpul dan konklusi-konklusi yang dapat ditarik.2 Pada penelitian studi kasus ini, teori yang digunakan adalah hanya untuk menentukan arah, konteks, maupun posisi hasil penelitian. Teori digunakan hanya untuk membangun arahan dan pedoman di dalam menjalankan kegiatan penelitian bukan dipergunakan untuk membangun hipotesis, seperti halnya yang dilakukan pada paradigma deduktif atau positivistik/kuantitatif.

E. Hasil dan Pembahasan Pembahasan dalam penelitian studi kasus ini hanya menyajikan informasi dalam bentuk teks tertulis saja, tidak ditampilkan hasil-hasil dalam bentuk-bentuk lain seperti gambar mati atau hidup seperti foto dan video dan lain-lain. Dalam pembahasan seharusnya data yang diperoleh peneliti ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilah-milah berdasarkan satuan konsep, tema, dan kategori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga

Yin, Robert K. Case Study Research Design and Methods. Washington: COSMOS Corporation, 2003. Halaman 101

mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan. Hasil penelitian ini lebih bersifat deskriptif artinya peneliti melihat, mendengar, dan menggambarkan kasus itu apa adanya. Di sini semua faktafakta dimunculkan peneliti untuk memahami dan menanggapi situasi kasus dikemukakan. Namun, peneliti juga seharusnya menganalisis hasil penelitian dengan menguraikan kasus untuk memperdalam pemahaman tentang faktorfaktor dan sebab-sebab yang mempengaruhi kejadian atau situasi yang dihadapi, Bagaimana pandangan, perasaan, dan motivasi dari pelaku-pelaku ini? Apakah ada pengaruh dari keadaan-keadaan ekonomis, sosial, atau adat-istiadat yang memainkan peranan atau faktor luar lainnya? Di manakah terletaknya masalah atau pokok yang paling penting untuk diperhatikan? Sehingga hal-hal yang bersifat hanya penafsiran atau kesimpulan peneliti dapat dihindari. F. Kesimpulan Dalam bagian kesimpulan penulis menampilkan faktor-faktor untuk berhenti merokok yaitu keinginan untuk hidup sehat, panjang umur, terbebas dari gangguan kesehatan maupun penyakit mendorong perokok untuk terlepas dari penderitaannya, faktor kesehatan, keluarga, dan organisasi keagamaan. Dalam kesimpulan juga penulis hanya menyebutkan faktor-faktor kemudahannya saja dalam mewujudkan program berhenti merokok,

seharusnya juga disebutkan kesulitan-kesulitan informan ketika berusaha berhenti merokok dengan berbagai metode yang pernah mereka lakukan. Karena seperti kita ketahui, upaya untuk berhenti merokok bukanlah suatu permasalahan yang mudah, semuanya membtutuhkan waktu yang lama, proses yang panjang dan hambatan-hambatan yang banyak.

Anda mungkin juga menyukai