Anda di halaman 1dari 19

PAPER TOURISM ATTRACTION MANAGEMENT THE RENGGONG HORSE TRADITIONAL MANAGEMENT IN THE MODERN ERA

By: RL ADEPA IMARNA (11/318574/SA/16095)

TOURISM DEPARTMENT FACULTY OF ARTS AND HUMANITIES UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

KATA PENGANTAR (PREFACE)


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kepada Allah yang telah banyak memberikan nikmat dan hidayahnya, sehingga makalah dengan judul JUDUL MAKALAH dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini, banyak sekali bantuan dari berbagai pihak, karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Marsono,S.U selaku dosen yang telah membimbing dan memberi ilmu Manajemen Atraksi Wisata. Dari beliaulah semua panduan mengenai Manajemen Atraksi Wisata ini didapatkan. Semoga makalah ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun saya harap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata saya harap agar makalah ini bermanfaat bagi masa depan Pariwisata dan Budaya Indonesia.

Yogyakarta, 10 Oktober 2012

THE RENGGONG HORSE | 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Asal Usul Kuda Reggong . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 1.2 Pemain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6 1.3 Tempat dan Peralatan Permainan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7 BAB II ATRAKSI WISATA KUDA RENGGONG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8 2.1 Atraksi Pertunjukan di Pemukiman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10 2.2 Atraksi Pertunjukan Festival Kuda Renggong . . . . . . . . . . . . . . . . . 11 2.3 Manajemen Keluarga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .13 BAB III PENUTUP KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16 LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

THE RENGGONG HORSE | 2

BAB I PENDAHULUAN (INTRODUCTION)


1.1 ASAL USUL KUDA RENGGONG ( THE HISTORY OF RENGGONG HORSE )
Kuda renggong adalah suatu kesenian khas masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang menampilkan 1 - 4 ekor kuda yang dapat menari mengikuti irama musik. Di atas kuda-kuda tersebut biasanya duduk seorang anak yang baru saja dikhitan atau seorang tokoh masyarakat. Kata renggong adalah metatesis dari ronggeng yang artinya gerakan tari berirama dengan ayunan (langkah kaki) yang diikuti oleh gerakan kepala dan leher. Kesenian kuda renggong atau yang dahulu biasa disebut kuda igel karena bisa ngigel (menari) ini konon tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang. Waktu itu (sekitar tahun 1880-1910an) ada seorang anak laki-laki bernama Sipan yang mempunyai kebiasaan mengamati tingkah laku kuda-kuda miliknya yang bernama si Cengek dan si Dengkek. Dari pengamatannya itu, ia menyimpulkan bahwa kuda juga dapat dilatih untuk mengikuti gerakan-gerakan yang diinginkan oleh manusia. Selanjutnya, ia pun mulai melatih si Cengek dan si Dengkek untuk melakukan gerakan-gerakan seperti: lari melintang (adean), gerak lari ke pinggir seperti ayam yang sedang birahi (beger), gerak langkah pendek namun cepat (torolong), melangkah cepat (derep atau jogrog), gerakan kaki seperti setengah berlari (anjing minggat), dan gerak kaki depan cepat dan serempak (congklang) seperti gerakan yang biasa dilakukan oleh kuda pacu. Cara yang digunakan untuk melatih kuda agar mau melakukan gerakan-gerakan tersebut adalah dengan memegang tali kendali kuda dan mencambuknya dari belakang agar mengikuti irama musik yang diperdengarkan. Latihan dilakukan selama tiga bulan berturut-turut hingga kuda menjadi terbiasa dan setiap mendengar musik pengiring ia akan menari dengan sendirinya.
THE RENGGONG HORSE | 3

Melihat keberhasilan Sipan dalam melatih kuda-kudanya ngarenggong membuat Pangeran Aria Surya Atmadja yang waktu itu menjabat sebagai Bupati Sumedang menjadi tertarik dan memerintahkannya untuk melatih kuda-kudanya yang didatangkan langsung dari Pulau Sumbawa. Dan, dari melatih kuda-kuda milik Pangeran Aria Surya Atmadja inilah akhirnya Sipan dikenal sebagai pencipta kesenian kuda renggong. Aki Sipan lalu mewariskan ilmunya kepada anaknya, Aki Sukria. Di tangannya, kuda renggong tumbuh dan berkembang. Walaupun Aki Sukria tidak memiliki anak, dia tetap berhasil mewariskan ilmunya ke beberapa murid. Murid-murid Aki Sukria lah yang meneruskan tradisi seni kuda renggong yang bermula di Desa Cikurubuk, Kecamatan

Buahdua, Sumedang ini. Tradisi kuda renggong terus menjadi tren dan mulai masuk ke hampir setiap kecamatan di Sumedang. Saat ini. menurut Supriatna, kuda renggong bahkan menyebar sampai ke kabupaten Bandung seperti Majalaya dan Soreang. Di kabupaten Sumedang paling tidak terdapat 400 ekor kuda renggong. Di tengah hiburan ala Barat yang terus menerpa masyarakat tanah air, kuda renggong bertahan berkat eksistensi murid Aki Sukria yang rata-rata berumur 70-80 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, kesenian kuda renggong bukan hanya menyebar ke daerah-daerah lain di Kabupaten Sumedang, melainkan juga ke kabupaten-kabupaten lain di Jawa Barat, seperti Kabupaten Bandung dan Purwakarta. Selain menyebar ke beberapa daerah, kesenian ini juga mengalami perkembangan, baik dalam kualitas permainannya maupun waditra dan lagu-lagu yang dimainkan. Di Kabupaten Sumedang kualitas permainan kuda renggong diukur menurut standar Persatuan Kuda Sumedang (PKS) yang dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: 1. Kuda kualitas baik dan pernah menjadi juara dalam festival kuda renggong tingkat kabupaten; 2. Kualitas kuda tingkat pertengahan (kualitas pasaran/pasaran mentas) 3. Kuda renggong yang masih dalam tahap belajar (kuda baru). Renggong horse is one of folk art performances are derived from Sumedang District. According to some of the artists ran tutu, Renggong Horse first appeared from the village of Buah Dua subdistrict Cikurubuk Sumedang District. Later this art spread to various villages and districts outside of District Fruit Two, even to other districts. Now the form of art performances helaran (march) underwent various developments. This can be seen from the

THE RENGGONG HORSE | 4

horse the more robust and powerful, the clothes horse the better, instruments and types of background music is more diverse, clothing and dance better, and so on. Renggong said in a metathesis Renggong Horse of the kata ronggeng kamonesan (skills) how to run a horse who has been trained to dance to the music, especially drums. There are two categories of horse shows Renggong, namely as a riding horse in circumcision and arakarakkan children who exhibited Renggong Horses at certain moments like a big memorial day, a guest of honor or a festival. For the circumcision ceremony, Horse Renggong dipagelarkan the day before the circumcised. After the children finished circumcision special ceremony and given a prayer, then by dressing the puppet characters Ghatotkacha (child's special male circumcision), the child circumcision is promoted to the top Renggong horse, and then paraded around the village. Renggong horse tradition rooted in the community Sumedang. Because of that, not too difficult to find citizens Sumedang, especially in the countryside, along the horses trained to dance. Look at the atmosphere in the front yard of a villager Ciherang, District Rancakalong, Sumedang. Recently, the excitement bubble merrily over the sound wave and sinden petabuh tones of gamelan. As there is no distance between animals and humans in this tradition. Renggong Horse is a very popular art form in Sumedang. Almost every village in the district which is about 45 kilometers from Bandung city is having a horse renggong arts groups. Once the popularity of this art, so every time gamelan renggong beaten horse will always invite the presence of many people. In Sumedang, horses from the village of Silat Ciherang Dugongs group led by Memet was quite famous. This art group has won several championships renggong horse. Their popularity has made these groups are often invited to the feast. Often when there is circumcision in new cut, they will be invited to entertain the wedding circumcision. The bride circumcision climbed into the saddle and then paraded around villages. Understandably, for the citizens of Sumedang is a pride if they could invite a group dugongs during circumcision. This renggong horse tradition inseparable from the history of the past. At the beginning of XVIII century, horse transport among the feudal or aristocratic Sumedang. Especially when examining the region kekuasaanya. This can not be separated from the
THE RENGGONG HORSE | 5

command of the Prince Regent Sumedang Aria Suriaatmaja ruling in 1882 until 1919. To that end, the Prince of Aria who was also nicknamed the Prince of Mecca, brought many horses from the island of Sumbawa, West Nusatenggara and Sumba Island, East Nusatenggara. Consequently, at that time, the number of horses in Sumedang swells reaching hundreds of tail. Usually, these horses entrusted to the local population to be maintained. And sice tersebutlah one named Sipan, villagers Cikurubuk, Buahdua District, about 20 kilometers from Sumedang. Since childhood, who was nicknamed Ki Sipan Sipan've loved horses. He feels happy if his father was ordered to bathe a horse named Bidin. Sipan initially tried to accompany the horse to be bathed to the accompaniment of bamboo tetabuhan angklung, and percussion Dogdog Dogdog or similar. Apparently, pet horse to the music and moving his feet, as it has been taught or trained. Prince Aria heard the news. He was happy. Two horses named Si and Si Ciengek Dengek Sipan sent to be trained. And for the first time also, when the circumcision ceremony of Prince Aryan family, and Si Si Cengek Dengek Sumedang dancing in front of residents. Initially, they called it a horse renggong & quotkuda igel "because it can ngigel or dance. After Ki Sipan died in 1939, had forwarded the ability to train his horse named Ki Sukria. Since that until now, the tradition still preserved renggong horse. Renggong Horse Festival eve, the dancers along with several members of the team went to the Mount horse renggongnya Scorpions. The goal will seek to a big rock which, according to stories handed down a former footprints horse fly. It is said that these footprints are former white-winged horse's footing of a prince. Some believe the horse lovers, horse racing ahead, efforts will be made to the Mount of Scorpions won the champion horse. Prior to the arena, special rituals were performed, ie, burn incense. Fragrant incense that had been given water incantations are believed to make the horses dance with the nimble and bersilat with respite.

1.2 PEMAIN (PLAYER)


Para pemain kuda renggong umumnya adalah laki-laki dewasa yang tergabung dalam sebuah kelompok yang terdiri atas: seorang pemimpin kelompok (pelatuk), beberapa orang pemain waditra, dan satu atau dua orang pemain silat. Para pemain ini adalah orang-orang
THE RENGGONG HORSE | 6

yang mempunyai keterampilan khusus, baik dalam menari maupun memainkan waditra. Keterampilan khusus itu perlu dimiliki oleh setiap pemain karena dalam sebuah pertunjukan kuda renggong yang bersifat kolektif diperlukan suatu tim yang solid agar semua gerak tari yang dimainkan dapat selaras dengan musik yang dimainkan oleh para pemain waditra.

1.3 TEMPAT DAN PERALATAN PERMAINAN ( PLACE AND INSTRUMENT )


Kesenian kuda renggong ini umumnya ditampilkan pada acara: khitanan, menyambut tamu agung, pelantikan kepala desa, perayaan hari kemerdekaan dan lain sebagainya. Biasanya dilakukan pada siang hari dan berkeliling kampung. Durasi sebuah pementasan kuda renggong biasanya memakan waktu cukup lama, bergantung dari luas atau tidaknya kampung yang akan dikelilingi. Peralatan yang digunakan dalam permainan kuda renggong yaitu : 1. 1 - 4 ekor kuda yang sudah terlatih beserta perlengkapannya yang terdiri dari : sela (tempat atau alat untuk duduk penunggang kuda), seser (pembalut kepala kuda), sanggawedi (pijakan kaki bagi penunggang), apis buntut (tali penahan sela yang dihubungkan dengan pangkal ekor kuda), eles (tali kemudi kuda), kadali (besi yang dipasang pada mulut kuda untuk mengikatkan tali kendali), ebeg (hiasan sela), sebrak (lapisan di bawah sela agar punggung kuda tidak luka/lecet), dan andong (sabuk yang diikatkan ke bagian perut kuda sebagai penguat sela agar tidak mudah lepas dari punggung kuda); 2. seperangkat waditra yang terdiri dari: dua buah kendang besar (kendang indung dan kendang anak), sebuah terompet, dua ancak ketuk (bonang), sebuah bajidor, dua buah gong (besar dan kecil), satu set kecrek, genjring, dan
THE RENGGONG HORSE | 7

terbang atau dulang

3. Busana pemain kuda renggong yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : busana juru pengrawit (wiyaga). Busana juru pengrawit terdiri dari: baju seragam biru lengan panjang dan berstrip putih, celana panjang, tutup kepala iket loher, dan sandal. busana pemain silat (pengatik). Sedangkan busana pemain silat terdiri dari: celana pangsi berwarna hitam, tutup kepala iket loher, dan ikat pinggang kain berwarna merah.

BAB II ATRAKSI WISATA KUDA RENGGONG ( THE RENGGONG HORSE TOURISM ATTRACTION)
Pertunjukan kuda renggong diawali dengan kata-kata sambutan yang dilakukan oleh panitia hajat. Setelah itu, barulah anak yang telah dikhitan atau tokoh masyarakat yang akan diarak dipersilahkan untuk menaiki kuda renggong. Selanjutnya, alat pengiring ditabuh dengan membawakan lagu Kembang Gadung dan Kembang Beureum yang berirama dinamis sebagai tanda dimulainya pertunjukan. Renggong horse show begins with the speeches made by the committee. After all, it is the child who has been circumcised or public figures who will paraded giving a welcome to ride The Renggong Horse. Furthermore, the music instrument beaten with a rendition of Kembang Gadung and Kembang Beureum with dynamic rhythmic as a sign of the start of the show. Setelah anak yang akan diarak siap, maka sang pemimpin (pelatuk) akan mulai memberikan aba-aba agar pemain silat (pengatik) dan sang kuda mulai melakukan gerakangerakan tarian secara serempak dan bersamaan. Tarian yang biasa dimainkan oleh pesilat bersama kuda renggong tersebut adalah tarian perkelahian yang terjadi diantara mereka, yang diantaranya adalah: gerakan kuda berdiri di atas kedua kaki belakangnya. Sementara kaki depan bergerak seperti mencakar pesilat, gerakan-gerakan yang seolah-olah menginjak perut pesilat, gerakan menginjak kepala pesilat menggunakan kaki depan, dan gerakangerakan pesilat saat beraksi di sekitar punggung kuda. Sebagai catatan, gerakan-gerakan yang

THE RENGGONG HORSE | 8

dilakukan oleh sang kuda tidak begitu tinggi karena di atas punggungnya terdapat anak yang dikhitan atau pejabat yang menungganginya. Once the child is ready to be paraded, then the leader (the trigger) will start giving the command to allow a fighter (pengatik) and the horse started doing dance movements simultaneously and concurrently. Dances are usually played by a fighter with The Renggong Horse is "fights" dance that took place between them, which are: the movement of a horse standing on his hind legs. While clawed front legs move like fighters, the movements as if stepping on the abdomen fighter, fighters stepping on the head movement using the front legs, and the movements of fighters in action around the back of the horse. For the record, the movements performed by the horse is not so high because there is a child on his back or his circumcised ride. Sedangkan, lagu-lagu yang dimainkan oleh para wiyaga untuk mengiringi tarian biasanya diambil dari kesenian Jaipong, Ketuk Tilu, dan Joged seperti: Paris Wado, Rayakrayak, Botol Kecap, Keringan, Kidung, Titipatipa, Gondang, Kasreng, Gurudugan, Mapay Roko, Kembang gadung, Kangsring, Buah Kawung, Gondang, Tenggong Petit, Sesenggehan, Badudud, Tunggul Kawing, Samping Butut, Sireum Beureum, Manuk Dadali, Adem Ayem, Daun Puspa, Solempang Koneng, Reumis Janari, Daun Pulus, dan lagu Selingan (Siyur, Tepang Sono, Awet Rajet, Serat Salira, Madu dan Racun, Pria Idaman, Goyang Dombret, Warudoyong dan lain sebagainya). Whereas, the songs played by the wiyaga to accompany the dances are usually taken from Jaipong art, Ketuk Tilu, and Joged like as : Paris Wado, Rayak-rayak, Botol Kecap, Keringan, Kidung, Titipatipa, Gondang, Kasreng, Gurudugan, Mapay Roko, Kembang gadung, Kangsring, Buah Kawung, Gondang, Tenggong Petit, Sesenggehan, Badudud, Tunggul Kawing, Samping Butut, Sireum Beureum, Manuk Dadali, Adem Ayem, Daun Puspa, Solempang Koneng, Reumis Janari, Daun Pulus, dan lagu Selingan (Siyur, Tepang Sono, Awet Rajet, Serat Salira, Madu dan Racun, Pria Idaman, Goyang Dombret, Warudoyong, etc). Pertunjukan kuda renggong ini dilakukan sambil mengelilingi kampung atau desa, hingga akhirnya kembali lagi ke tempat semula. Setelah itu, diadakan acara saweran yang didahului oleh pembacaan doa yang dipimpin oleh juru sawer (ahli nyawer) dengan menggunakan sesajen yang berupa: nasi tumpeng (congot), panggang daging, panggang ayam (bakakak), sebuah tempurung kelapa yang berisi beras satu liter, irisan kunyit, dan kembang
THE RENGGONG HORSE | 9

gula. Dan, setelah acara saweran yang dilakukan dengan menaburkan uang logam dan beras putih, maka pertunjukan pun berakhir. Renggong horse show is done while surrounding villages or village, and finally back to the original. Afterward, the event was held saweran that was preceded by the reading of prayers led by the sawer interpreter (expert nyawer) using offerings include: nasi tumpeng (Congot), roast beef, roast chicken (bakakak), a coconut shell containing one liter of rice, sliced turmeric, and sweetmeats. And after the event is done by sprinkling saweran coins and white rice, then the show was over. Ada 2 jenis atraksi pertunjukan kuda renggong yang telah berkembang hingga saat ini yaitu atraksi pertunjukan di pemukiman dan atraksi pertunjukan festival kuda renggong. There are 2 types attractions of The Renggong Horse there are show at settlement attraction and The Renggong Horses Festival.

1. ATRAKSI PERTUNJUKAN DI PEMUKIMAN (SHOW AT SETTLEMENT)


Pertunjukan Kuda Renggong yang pelaksanaannya di sekitar pemukiman penduduk biasanya diadakan pada saat adanya event khitanan ataupun pernikahan. Setelah anak dikhitan, kemudian diupacarai dan diberi doa, lalu anak tersebut dikenakan kostum layaknya tokoh pewayangan Gatotkaca, lalu anak tersebut dinaikan ke atas kuda Renggong lalu diarak meninggalkan rumahnya berkeliling mengelilingi desa. Dengan diiringi musik penuh semangat sambung menyambung dengan tembangtembang pilihan, antara lain ; Kaleked, Mojang Geulis, Rayak-rayak, Ole-ole Bandung, Kembang Beureum, Kembang Gadung, Jisamsu, dll. Sepanjang jalan Kuda Renggong bergerak menari dikelilingi oleh sejumlah orang yang terdiri dari anak-anak, remaja desa, bahkan orang-orang tua mengikuti irama musik yang semakin lama semakin meriah. Panas dan terik matahari seakan-akan tak menyurutkan mereka untuk terus bergerak menari dan bersorak sorai memeriahkan anak sunat. Kadangkala diselingi dengan ekspose Kuda Renggong menari, semakin terampil Kuda Renggong tersebut penonton semakin bersorak dan bertepuk tangan. Seringkali juga para penonton yang ikut mengiringi kuda dipersilahkan bergabung menari.

THE RENGGONG HORSE | 10

Setelah berkeliling desa, rombongan Kuda Renggong kembali ke rumah anak yang dikhitan, biasanya dengan lagu Pileuleuyan (perpisahan). Lagu tersebut dapat dilantunkan dalam bentuk instrumentalia atau dinyanyikan. Ketika anak sunat selesai diturunkan dari Kuda Renggong, biasanya dilanjutkan dengan acara saweran (menaburkan uang logam dan beras putih) yang menjadi acara yang ditunggu-tunggu, terutama oleh anak-anak desa. Horse show held after the child's circumcision Renggong diupacarai completed and given a prayer, and by dressing the puppet figure Gatotkaca, raised on a horse and paraded Renggong left his house around, around the village. Background music to accompany continued vigorously to connect with the songselected songs, among others Kaleked, fathers Geulis, Rayak-rayak, Ole-ole London, Beureum Flower, Flower Gadung, Jisamsu, etc.. Along the way the moves Horse Renggong ( Kuda Renggong ) dancing surrounded by a number of people who consist of children, adolescents also the village, even the old people to the music more and more the merrier. Heat and blazing sun as if it did not dampen them to keep moving to dance and cheer enliven the child circumcision. Sometimes interspersed with dancing Horse Renggong ( Kuda Renggong ) exposure , Horse Renggong ( Kuda Renggong ) the more skilled the audience cheered and applauded. Often also the audience who would come to dance profession are welcome. After touring the village, the group returned home Horse Renggong ( Kuda Renggong ) circumcision of children, usually with a song Pileuleuyan (farewell). The song can be sung in the form of instrumental or sung. When the boy finished circumcision is derived from horse Renggong, usually followed by a saweran (coins and sprinkled white rice) is a long-awaited event, especially by children of the village.

2. ATRAKSI PERTUNJUKAN FESTIVAL KUDA RENGGONG ( THE RENGGONG HORSE FESTIVAL ATTRACTION)
Pertunjukan Kuda Renggong di Festival Kuda Renggong berbeda dengan pertunjukan keliling yang biasa dilakukan di desa-desa. Pertunjukan Kuda Renggong di festival Kuda Renggong, setiap tahunnya menunjukan peningkatan, baik jumlah peserta dari berbagai desa, juga peningkatan media pertunjukannya, asesorisnya, musiknya, dll. Pertunjukan Kuda Renggong dalam sebuah festival biasanya para peserta lengkap dengan rombongannya masing-masing yang mewakili desa atau kecamatan se-Kabupaten Sumedang dikumpulkan di
THE RENGGONG HORSE | 11

area awal keberangkatan, biasanya di jalan raya depan kantor Bupati, kemudian dilepas satu persatu mengelilingi rute jalan yang telah ditentukan panitia dari Dinas Pariwisata Daerah Sumedang. Sementara pengamat yang bertindak sebagai Juri disiapkan menilai pada titik-titik jalan tertentu yang akan dilalui rombongan Kuda Renggong. Dari beberapa pertunjukan yang ditampilkan nampak upaya kreasi masing-masing rombongan, yang paling menonjol adalah adanya penambahan jumlah Kuda Renggong (ratarata dua bahkan empat), pakaian anak sunat tidak lagi hanya tokoh Wayang Gatotkaca, tetapi dilengkapi dengan anak putri yang berpakaian seperti putri Cinderella dalam dongengdongeng Barat. Penambahan asesoris Kuda, dengan berbagai warna dan payet-payet yang meriah keemasan, payung-payung kebesaran, tarian para pengiring yang ditata, musik pengiring yang berbeda-beda, tidak lagi Kendang Penca, tetapi Bajidoran, Tanjidor, Dangdutan, dll. Demikian juga dengan lagu-lagunya, selain yang biasa mereka bawakan di desanya masing-masing, sering ditambahkan dengan lagu-lagu dangdutan yang sedang popular, seperti Goyang Dombret, Pemuda Idaman, Mimpi Buruk, dll. Setelah berkeliling mengelilingi rute yang telah ditentukan kemudian kembali ke titik keberangkatan. Rute yang ditentukan setiap tahunnya berbeda. Festival Horse Renggong ( Kuda Renggong ) in contrast to the usual road show in the villages. Horse show at the festival Horse Renggong ( Kuda Renggong ), every year shows an increase in both number of participants from various villages, as well as improved media performance, accessories, music, etc.. For the record the observation, in a show horse Renggong festival participants usually complete with his entourage each representing a village or district Sumedang District collected at the beginning of the departure area, usually in front of the office of Regent street, then released one by one around the route path committee has been determined (Diparda Sumedang). While observers are prepared to act as judge jury on points of certain roads to be traversed Horse Renggong group ( Group Kuda Renggong ). Featured performances from some visible creative effort of each group, the most notable is the addition of the Horse Renggong (average of two or even four), children's clothing circumcision is no longer just a puppet figure Gatotkaca, but equipped with daughters who dressed like a princess Cinderella fairy tales in the West. The addition of horse accessories, with various colors and sequins lively golden, oversized umbrellas, the dance of accompaniment, arranged, musical accompaniment that is different, no longer
THE RENGGONG HORSE | 12

Kendang Disabled, but Bajidoran, Tanjidor, dangdutan, etc.. Likewise, the songs, besides the usual they bring in their villages, often supplemented with dangdutan songs that are popular, such as Goyang Dombret, Pemuda Idaman, Nightmare, etc.. After traveling back to the point of departure. Festival Kuda Renggong mulai menunjukan eksistensinya sejak September 2006. Saat ini Festival Kuda Renggong sudah menjadi agenda tahunan masyarakat Jawa Barat. Seiring dengan terus bertambahnya kelompok seni Kuda Renggong atau Kuda Silat yang jumlahnya di Kabupaten Sumedang sudah mencapai lebih dari 160 grup atau kelompok, ibarat jamur di musim hujan, jumlah komunitas penyenang maupun pendukung salah satu kelompok atau grup seni Kuda Renggong terus bertambah. Namun semakin banyaknya grup Kuda Renggong, tetapi tidak diseimbangi dengan jumlah kegiatan even yang ada. Maka mulai banyak pemain Kuda Renggong yang mulai mengesampingkan kesenian ini sebagai pekerjaan utama dan mencari pekerjaan lain. The Renggong Horse Festivals begins to show its existence since September 2006. At present, The Renggong Horse Festival has become an annual event people of West Java. Along with the continued, increase in the number of The Renggong Horse Arts at Sumedang district has reached more than 160 groups. Like mushrooms in the rainy season, the number of communities that love and supporters of one group continues to grow. However, the increasing number of group Renggong Horse, but not with the number of activities events take place. Then began many horse players Renggong began looking for another job.

3. MANAGEMENT KELUARGA (FAMILY MANAGEMENT)


Semakin berkembangnya berbagai kesenian modern, maka perlu adanya inisiatif untuk dapat terus melestarikan kesenian tradisional Kuda Rengong ini. Oleh karena itu, perlu adanya manajemen yang baik dan benar untuk dapat tetap menjaga kelestarian kesenian Kuda Rengong. Salah satu kiat yang digunakan oleh kebanyakan para pengelola Kuda Renggong khususnya masyarakat Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat adalah menggunakan manajemen keluarga. Manajemen keluarga yaitu menggunakan sistem turun temurun kepada seluruh anggota keluarga untuk dapat mengelola kelompok Kuda Renggong milik keluarganya dan merawat serta mengembangbiakan kuda-kudanya. Setelah memulainya dari keluarga, kemudian berkembang lagi ke lingkup yang lebih luas yaitu lingkungan sekitar ataupun
THE RENGGONG HORSE | 13

masyarakat Desa. Sehingga hal ini dapat dijadikan suatu potensi wisata yang berkembang di desa tersebut. Hal ini lah yang mulai dikembangkan oleh desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. The growing a variety of modern art, it is necessary to have the initiative to preserve these the traditional arts Rengong horse. Therefore, the need for good management and the right to preserve the art can remain Horse Rengong. One of the tips that are used by most of the managers of The Renggong Horse especially Cikurubuk villagers, Buah Dua District, Sumedang regency, West Java is using family management. Family management system that uses generation system whole family to be able to manage the family's horse Renggong and care and breeding horses. After the begin of the family, and then developed further into a wider scope of the neighborhood or the village community. So this may be a potential for developing tourism in the village. This is what was developed by the village Cikurubuk, District Fruit Two, Sumedang regency, West Java.

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN
Kuda renggong adalah suatu kesenian khas masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang menampilkan 1 - 4 ekor kuda yang dapat menari mengikuti irama musik. Di atas kuda-kuda tersebut biasanya duduk seorang anak yang baru saja dikhitan atau seorang tokoh masyarakat. Kesenian ini konon tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang sejak tahun 1880-1910an yang diciptakan oleh seorang bernama Aki Sipan. Ada 2 jenis atraksi pertunjukan kuda renggong yang telah berkembang hingga saat ini yaitu atraksi pertunjukan di pemukiman dan atraksi pertunjukan festival kuda renggong. Festival Kuda Renggong mulai menunjukan eksistensinya sejak September 2006. Saat ini Festival Kuda Renggong sudah menjadi agenda tahunan masyarakat Jawa Barat. Seiring dengan terus bertambahnya kelompok seni Kuda Renggong atau Kuda Silat yang jumlahnya

THE RENGGONG HORSE | 14

di Kabupaten Sumedang sudah mencapai lebih dari 160 grup atau kelompok. Namun semakin banyaknya grup Kuda Renggong, tetapi tidak diseimbangi dengan jumlah kegiatan even yang ada. Salah satu kiat yang digunakan oleh kebanyakan para pengelola Kuda Renggong khususnya masyarakat Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat adalah menggunakan manajemen keluarga. Yaitu menggunakan sistem turun temurun kepada seluruh anggota keluarga untuk dapat mengelola kelompok Kuda Renggong milik keluarganya dan merawat serta mengembangbiakan kuda-kudanya. Setelah memulainya dari keluarga, kemudian berkembang lagi ke lingkup yang lebih luas yaitu lingkungan sekitar ataupun masyarakat Desa. Sehingga hal ini dapat dijadikan suatu potensi wisata yang berkembang di desa tersebut.

THE RENGGONG HORSE | 15

DAFTAR PUSTAKA (SOURCES)


Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung. Sariyun, Yugo, dkk,. 1992. Nilai Budaya Dalam Permainan Rakyat Jawa Barat. Bandung: Depdikbud. http://id.wikipedia.org http://www.bandungtourism.com http://www.jabar.go.id http://www.westjava-indonesia.com http://uun-halimah.blogspot.com http://menjawabdenganhati.wordpress.com

THE RENGGONG HORSE | 16

LAMPIRAN Monumen Kuda Atraksi di Pemukiman

Festival Kuda Renggong

THE RENGGONG HORSE | 17

Kelompok Kesenian Kuda Renggong

THE RENGGONG HORSE | 18

Anda mungkin juga menyukai